Kurindu setiap tawanya, ku rindu saat bersamanya. Setiap waktunya untukku. Saat kami bersama hari hari yang telah kami lewati. Semua terasa indah tanpa adanya duka. Tak pernah kurasa lelah ataupun bosan melanda. Kau begitu sempurna kurasa hampir tak ada celah yang dapat memperburuk dirimu dimataku.
Apapun yang terjadi selalu kuutarakan pada secarik kertas bertuliskan pena hitam. Hanya tentangmu. Ku ingin sampaikan pada mentari, ingin jua kusampaikan pada bulan indahnya dirimu saat hadir di hidupku.
Tapi kenapa sekarang kau buat luka? Kenapa kau tebarkan bunga jika selanjutnya kau tabur hama pada bunga itu? Apa kau tak tau sakitnya? Apa kau tak merasa? Ada pertemuan selalu ada perpisahan? Itu kah kata kata yang sedang kau pegang sekarang?
Sungguh tak kuasa ku menahan. Ketika dengan mudahnya kau akhiri suatu hubungan sepihak. Rindu yang sudah menggebu kau balas dengan abu. Terimakasih untuk waktu yang sudah kau beri. Terimakasih sudah hadir membawa suka dan pergi meninggalkan luka. Cukup sudah kurasa takkan lagi ku mengenal cinta. Sudah lelah ku merasa. Selamat tinggal cerita.
YOU ARE READING
Hate my self
PoesiaIntinya ketika aku mulai percaya dengan sesuatu saat itulah kepercayaanku dibuang dan dijatuhkan sejatuh jatuhnya oleh orang yang benar benar kupercaya. -DevaRaniC