PROLOG

45 15 7
                                    

Namaku Nila Berliani, Aku tinggal di Jakarta bersama Ibuku. Ayah sudah pergi meninggalkan kami setelah mengurus surat perceraian ketika aku masih dalam perut Ibuku. Tidak ada satupun orang yang memberitahuku apa penyebab ayah bercerai dengan Ibuku.

Ibu sering kali meninggalkan aku sendirian di rumah, Aku Tidak tahu pasti ia kemana. Yang jelas, Ia selalu pulang ke rumah ketika angka jam menunjukkan waktu lebih dari 10 malam, dalam keadaan mabuk.
Dalam keadaan mabuknya, ia kadang suka membentak-bentakku. Dan tidak ada yang bisa ku lakukan.

***

Sepanjang masa sekolahku, Aku hanya memiliki 1 sahabat yang ku dapat ketika aku masih SD kelas 1 bernama Kiara Annisa. Aku mengenal Kiara si Gadis pencinta Bintang itu ketika Teman-teman sekolah ku mengolok-ngolokku dan tiba-tiba seorang anak perempuan melemparkan batu ke arah mereka.

Semenjak itu, aku berteman dengan Kiara. Walaupun hidupku tetasa sunyi di beberapa waktu yang ada, Di saat yang tepat pula Aku di ajak Kiara mengenal dunia yang menyenangkan di salah satu sisi.

~~Rasanya aku di terbangkan ke awan-awan putih yang bergerombol tanpa takut jatuh melihat ke bawah, melihat Ribuan orang menertawakanku tapi ada satu orang yang tertawa bersamaku.~

***

6 tahun masa SD kami sungguh menggelikan. Dimana aku dan Kiara selalu bersama membuat kekacauan dimana-mana.(Haha, parah sih kalau di ingat-ingat)

Sempat Tali sepatu ku lepas ketika kami bermain kejar-kejaran di perumahan kami. Namun ketika aku ingin mengikatnya, Kiara lebih cepat jongkok di bawahku dan mengikatkan tali sepatuku. Sudah selesai mengikat, ia langsung meledekku dan berlari menjauh. Dan betapa bodohnya aku, Aku terjatuh saat itu melihat Tali sepatuku sudah berbelit-belit tak karuan. Lalu ia dengan senangnya menertawakanku, lalu aku melepas sepatuku dan melemparkan ke arahnya hahaha. (Ceritanya bego sesaat)

***

Tapi..Di setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Aku berpisah dengan Kiara karena Ayahnya memaksa Kiara sekolah di Manchester, Inggris.

Saat itu, Kami sedang bermain Tebak-tebakkan dari gambar yang sama-sama kami buat. Tiba-tiba ayah dan Ibunya pamit dengan Ibu dan nenekku, kemudian mengajak Kiara naik ke mobil. Nenekku saat itu hanya berkata bahwa mereka akan pergi sementara, Tapi kami yang sedang dalam masa pubertas tentu tidak mempercayainya.

"Nila, jaga buku ini baik-baik ya. Gunakan ketika akan berbicara dengan teman baru, Aku akan selalu bersama buku itu:')" Kiara memberiku buku tulis saat itu.

Semenjak itu, Aku hanya melampiaskan perasaanku pada bintang-bintang yang bersinar di Atas sana. Hatiku yang roboh seketika tersusun rapi ketika mataku di perlihatkan keindahannya. Kalau aku tidak mengenal Kiara dari kecil, aku juga pasti sudah terlambat mengenal Bintang di malam hari.

***

Aku bercita-cita menjadi seorang penulis. Walau penghasilannya tak seberapa, tapi setidaknya aku dapat menuangkan emosi ku disana.
Tapi sepanjang masa sekolah, aku tidak diperbolehkan mengikuti lomba ke jenjang nasional. Sempat ku
ikuti ketika aku duduk di bangku SMP se-Kabupaten. Aku masuk 3 besar Untuk ke Perlombaan yang Nasional, namun guru ku tidak mengizinkan. Karena takut ketika aku menang aku hanya mempermalukan sekolah. Karena aku gagap, sehingga ketika menang aku tidak bisa di interview.


Sehingga semua yang ku perjuangkan terasa sia-sia.
Karena perihnya rasa itu, aku sudah merasa bosan hingga tidak melakukannya lagi.

THE STAR GOES DOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang