| 4 |

52 6 0
                                    

Eung

Erangan Vania saat ia sadar cahaya matahari mulai menyela ke kornea mata nya.

Vania terduduk sembari mengumpul kan nyawa nya yang belum sepenuh nya terkumpul sembari merenggangkan tubuhnya.

"Tujuh empat lima" gumam Vania melihat jam digital yang terletak di atas nakas samping kasurnya. Gadis itu kembali mendaratkan kepala nya ke bantal dan memejamkan mata nya kembali.

"HAH? TUJUH EMPAT LIMA?! MAMPUS!" Pekik Vania membuka mata lebar-labar. Dengan kecepatan kilat Vania beranjak dari kasur dan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Usai dari urusan dikamar mandinya Vania bergegas memakai seragam sekolah nya dan berdandan seperlu nya saja. Gadis itu hanya memakai bedak bayi tabur dan sedikit polesan lip balm agar bibir nya tidak kering. Soal rambut? Ntahlah Vania hanya menguncir asal-asalan, atau mungkin ia akan merapikannya saat tiba di sekolah nanti.

Di kira nya semua urusan nya telah selesai. Vania keluar kamar dan pergi ke kamar Jevan.

"KAK! ANTERIN GUE CEPETAN! KENAPA LO GA NGEBANGUNIN GUE DARI TADI?! KAN TELAT JADI NYA!" Teriak Vania mendobrak pintu kamar Jevan. Bukan nya Jevan yang ia dapati namun hanya lah kucing-kucing yang dengan santai nya tiduran di karpet kamar Jevan.

Ting!
You got 1 message from Jevan

Jevan: Gue ada kelas pagi. Gue udah ngebangunin lo semampu gue tapi lo nya kalo tidur kayak orang mati ga gerak². Yodah gue tinggal aja lo. Mending lo pergi naik ojek aja deh ohya pintu rumah jangan lupa di kunci ntar kemalingan.

"Shit!" Umpat Vania kesal dan menendang pintu kamar Jevan. Vania langsung berlari keluar rumah dan tak lupa juga pesan dari kakak nya untuk mengunci rumah.

Gadis itu langsung memanggil mamang ojek yang lagi nongki nongki ganteng di pengkolan sana dan menuju ke sekolah.

🍃

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di sekolahan Vania. Dan disini lah Vania, di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat dengan gembok besar yang menghiasi bagian tengah pagar.

Sudah berulang kali Vania membujuk pak Tatang selaku satpam di sana, namun tetap saja hasil nya nihil. Gerbang itu tidak bergerak sedikit pun untuk memberikan celah sedikit agar Vania bisa masuk.

Vania berpikir sejenak. Kemudian ide muncul di kepala nya. Gadis itu berlari menuju ke arah belakang sekolah. Tanpa pikir panjang Vania memanjat tembok tersebut dengan bantuan karung-karung besar yang ntah apa isi nya, tembok tersebut lumayan tinggi. Namun hanya bermental bonek *bocah nekat* Vania bisa melewati nya.

"Aww" rintih Vania saat mendarat ke tanah setelah acara memanjat nya selesai. Vania menyeka-nyeka seragam nya agar tidak terlihat kotor. Ia melihat sekeliling memastikan tidak ada orang satu pun yang melihat nya. Tempat pendaratan Vania bisa di bilang cukup sepi, karena disana adalah belakang sekolah yang terkenal dengan basecamp nya para berandal sekolah.

Dikira nya aman, Vania pergi berlari menuju ke gedung sekolah. Vania melewati koridor yang memang sudah sepi karena proses belajar mengajar. Atau paling tidak anak-anak kalau bolos palingan nongki di kantin yah atau basecamp mereka.

Tujuan pertama Vania bukan lah kelas. Gila saja jam segini setor muka ke guru di kelas nya, mustahil. Yang ada Vania akan di beri siraman rohani setelah itu di hukum. Sungguh proses yang Klasik.

Vania melewati kelas nya dengan sedikit menunduk dan berjalan menuju kantin.

"Bik, Vania cireng satu, terus sama es tebu nya ya bik. Di tunggu" kata Vania ke bik ina yang berjualan di kantin sekolah Vania.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang