Jumpa Pertama

43.9K 1.6K 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part di hapus karena sudah terbit ebookUntuk membaca secara lengkap bisa membacanya di Playstore/Playbuku dengan judul yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part di hapus karena sudah terbit ebook
Untuk membaca secara lengkap bisa membacanya di Playstore/Playbuku dengan judul yang sama.
Atau kalian juga bisa baca di aplikasi Kubaca

Happy reading reader.
Enjoooy

Shafa pov

Sragen, tempat asal Papa dan dikabupaten ini aku memutuskan untuk mulai karier mengajarku.

Menjadi guru merupakan profesi yg kupilih, aman dan tidak perlu meninggalkan keluarga. Dan beruntungnya aku diterima di SMK negeri daerah ini, tempat Papaku menimba ilmu dulu.

Tidak seperti Papaku, yg selalu pindah tempat 4tahun sekali, yang kadang tidak pulang setahun, yg kadang tidak bisa datang saat aku ulang tahun atau sekedar melihatku saat pentas akhir tahun.

Atau seperti Mamaku, yg lebih sering pergi saat mendapat telpon, mementingkan para pasien daripada anaknya dirumah.

Dan satu lagi yg kubenci dari Papaku, beliau selalu memandang  foto perempuan berhidung lancip dikantornya dengan penuh kerinduan.

Sungguh memuakkan, keluarga macam apa keluargaku ini, hidup satu rumah tanpa ada kasih sayang. Papaku yg cuek, Mama aku yg selalu menatap Papa dengan harapan. Dan aku yg selalu diacuhkan.

Heii, pernikahan apa yg kalian jalani, ingin sekali kuteriakkan kata kata itu pada mereka yg hanya berdiam diri, tak ada sambutan saat aku pulang kerumah, tak ada pelukan saat aku menjadi juara.

Sungguh memuakkan !!!

Dan saat aku meniti karierku, aku ingin terbebas dari lingkungan hijau pupus ataupun jas dokter. Dan disinilah aku, berjalan kaki menuju tempat mengajarku di daerah Kebayanan, dengan berjalan kaki selama 15menit aku akan sampai di tempatku bekerja.

Satu hal yg menodainya, aku tidak menyukai jika harus berjalan melewati Yonif408/SBH, sudah kubilang bukan aku tidak menyukai hijau pupus. Mau tidak mau aku harus melewatinya. Untunglah ada tukang Bubur ayam enak yg mangkal daerah itu, yg membuatku agak rela melewatinya.

Seperti pagi ini, pukul 6.15 aku sudah ikut mengantre di samping gerobak Bubur Ayam legend ini.

"Pak, buburnya satu bungkus ya Pak"

"Siap bu Guru" Pak Herman, lelaki tua berwajah kebapakan seusia kakekku ini memang sudah hafal dengan seleraku saking tiap hari aku sarapan disini.

10menit menunggu akhirnya bubur ayamku sudah jadi, tepat disaat dering ponselku berbunyi. Dengan agak susah aku menunduk mencari cari ponselku dengan susah karena harus memegang plastik makanan.

Bruuuukkk

Sesuatu yg keras dan padat menubruk ku, kutatap bubur ayamku yg sudah jatuh mengenaskan, dering ponsel yg terus berbunyi tapi tak kunjung kutemukan membuatku semakin emosi.

"Heeiii kalo jalan lihat lihat dong, jatohkan sarapanku"

Kudongakkan kepalaku pada sosok yg menjulang didepanku, menatapku penuh perhatian seakan tidak bersalah.
Dan melihat hidung lancip didepanku membuatku semakin emosi.

"Maaf, tapi kan yang salah kamu Dek!" Heeeehhh apa apaan dia, yg jatuh kan sarapanku, dan sudah tahu badannya selebar lemari kenapa menghalangi jalan. Lagian sik akrab banget Dak Dek Dak Dek, huuueeek mau muntah.

"Kamu tuh yg salah, nghalangin jalan"

Mata tajam beralis tebal itu semakin menatapku penuh minat, seakan emosiku yg meledak ledak adalah hiburan untuknya, ingin sekali ku cakar wajahnya itu.

"Pak Tentara, Bu Guru jangan berantem, nanti Jodoh" celetuk pak Herman.

Aku menatap Pak Herman horror, sungguh perkataannya mengerikan, kulirik lelaki di depanku ini, paket komplit yg tidak kuharapkan, Tentara dan berhidung lancip, spesies yg harus kuhindari.

"Pak Herman bercandanya nggak lucu" sahutku kesal, kulirik lelaki didepanku sekali lagi, dan hal itu membuatku semakin kesal saat cengiran kecil masih menghiasi wajahnya, dengan sekuat tenaga kuinjak kakinya dengan wedgesku.

Melihatnya kesakitan membuatku puas, apalagi beberapa tentara yg lewat jogging juga tertawa.

Dengan menjulurkan lidah aku berlari menjauhinya, takut jika dia tiba tiba ngamuk.

"Nice too meet you Bu Guru" sungguh edan lelaki itu, bukannya marah dia malah mengeluarkan gombalannya.

"APA IKUT KETAWA, MAU KUSURUH SIKAP TAUBAT SEHARIAN!!" kudengar suaranya yg lantang saat aku sudah jauh, pasti karena ada yg mentertawakannya karena ulahku.

Rasakan !!!

____________________________________

Saga pov

Kulihat perempuan mungil berkulit eksotis menunduk sibuk mengaduk ngaduk isi tasnya tanpa memperhatikanku yg juga akan ikut mengantre, lapar menderaku selepas jogging membuatku ingin sarapan di bubur ayam ini.

Dan sepertinya ini hari baikku, perempuan manis dengan mata coklat ini menatapku marah, menyalahkanku karena sarapannya jatuh.

Heeeiii salahnya yg tidak melihat jalan, tapi tetaplah ingat aturan jika perempuan itu tidak pernah salah, itulah sebabnya kaumku serba salah.

Tapi sungguh melihatnya menggerutu justru hiburan bagiku, jujur saja semua perkataannya mental karena aku yg sibuk mengagumi paras manisnya.

Dan puncaknya saat Pak Herman menggodanya tentang Jodoh, mata coklat itu melihatku horor seakan aku  bukanlah pilihan walaupun yg terakhir.

Heeeiiii barukali ini tidak ada yg menatapku kagum.

Betapa uniknya Bu Guru satu ini, dia bahkan menghadiahkan injakkan kuat dengan wedgesnya yg tebal, sungguh luar biasa wanita satu ini. Membuatku menjadi pusat perhatian diantara anak buahku.

"Nice to meet you Bu Guru" teriakku yg dibalas delikan tajam olehnya, membuatku kembali menjadi bahan tertawaan.

"APA IKUT KETAWA,AU KUSURUH SIKAP TAUBAT SEHARIAN !!!"dan sukses membungkam tawa mereka.

Lihat saja nanti Ibu Guru cantik, Takdir yang akan berbicara tentang kita.

Tbc

New story sequel Dear My Kapten, ,,

Enjoy
Love xoxo

Mr. Loreng Untuk Shafa, Lettu Sagara. Tersedia Di E-bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang