-Bab 25

30.8K 1.7K 78
                                    

Yang kedatangannya dinanti, yang ketiadaannya dirindui. Itulah sepasang yang sejati.
-Afka.

***

Afka baru saja masuk keruangannya, jadwal praktik hari pertama kerja sangat padat. Ia mengusap keringat yang ada dikeningnya dengan punggung tangan. Setelah itu, ia mencari ponsel di laci mejanya karena setiap praktik ia tak pernah membawa ponsel. Afka terkejut dengan notif yang ada diponselnya, ada 35 pesan dan 15 panggilan tak terjawab. Afka terkekeh kecil membacanya, dari siapa lagi kalau bukan Rara. Ia kira ada hal penting yang ingin Rara beri tau, padahal hanya menanyakan kabar, makan, dan jangan terlalu lelah. Afka pun membalas pesannya hanya dengan emot 'oke' ia tau pasti Rara sangat kesal padanya. Tapi itu menyenangkan.

Setelah membalas pesan Rara, Afka menyambar tas kerja nya untuk segera pulang. Saat ini hampir memasuki waktu isya, biasanya, sebelum menikah Afka sering sholat di masjid dekat rumah sakit sebelum pulang. Tapi, semenjak Afka menikah, ia ingin cepat cepat pulang menemui istrinya dan sholat berjamaah bersamanya. Sesederhana itu cita citanya.

Dilorong rumah sakit Afka melihat wanita bercadar yang tak asing. Ia menyipitkan matanya untuk memastikan, dan benar saja dugaannya. Itu Disti. Tapi kenapa ia ada disini? Bukannya belum lama ia ada di Bandung? Afka tak mau ambil pusing, ia melanjutkan jalannya. Pasti istrinya sudah memajukan bibir mungilnya karena pesannya dibalas singkat.

***

Afka mengetuk pintu utama rumahnya, tapi tak ada tanda tanda orang yang membukakan. Afka buka, ternyata tak dikunci. Afka masuk, sepi tak ada orang. Kemana Rara?

Afka berjalan menuju kamar, sebelum ia buka terdengar suara musik yang begitu keras. Afka mendekatkan telinganya ke pintu bercat putih itu. Benar saja asal suara yang sangat bising itu dari kamarnya.

"Wakey wakey wakey, baby zawameku Buzz. Wakey wakey wakey wakey mezame no burū eyes. Atarashiku umarekaware maiserufu. Wakey wakey wakey ima kakusei seyo Oh yeah" suara musik dari kamar yang diikuti teriakan Rara.

Afka terkejut dengan tingkah Rara, ia sedang berdiri ditengah tengah kasur sambil melompat lompat tak jelas dan digenggamannya ada sebuah light stick persegi berwarna hijau.

"Aura, kamu kenapa?" Tanya Afka heran. Rara mematung. Detik berikutnya ia nyengir tak berdosa dan menggaruk tekuk kepalanya.

"Rara bosen, nunggu abang pulang lama. Mana dibalesnya singkat, kan Rara kesel. Rara lapar, tapi nggak ada makanan, mau masak tapi nggak bisa. Dari pulang sekolah Rara belum makan tau!" Cerocos Rara. Afka melongo mendengar perkataan Rara. Sedikit merasa bersalah ia membalas singkat.

"Maaf Aura, jadwal praktik tadi sangat padat."

"Bilang aja temu kangen sama pasiennya" gumam Rara pelan.

"Ada apa Aura?"

"Nggak."

"Oke."

"Ish! Abang jangan kaya dulu lagi dong. Jangan irit ngomongnya, nanti Rara bingung." Ujar Rara sambil turun dari kasur.

"Ayo" ajak Afka.

"Kemana?" Tanya Rara keheranan.

"Tadi kamu kenapa?" Rara diam. Berfikir.

My Kpopers (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang