Eleventh

3.7K 532 60
                                    

March, 2019

Sore hari, ketika ruang kelas sudah kosong melompong, Jaemin menemukan dirinya masih bergeming di atas sebuah bangku. Sama sekali belum beranjak walau bel pertanda jam sekolah usai sudah lama terlewat. Ia termenung sendirian, duduk dengan wajah yang menampakkan raut malas sementara lima jemari kanannya sibuk memutar-mutar pena.

Ada secarik kertas yang teronggok tanpa daya di atas meja. Keberadaannya tidak terlihat penting, namun lembaran itu adalah alasan mengapa Jaemin belum beranjak pulang hingga saat ini.

"Kupikir kau sudah pulang meninggalkanku, ternyata masih di sini."

Suara yang amat familiar di telinga Jaemin itu sukses membuyarkan lamunannya, beralih memaku atensi pada sosok Renjun yang berdiri di ambang pintu. Lelaki itu baru saja kembali setelah izin untuk mempersiapkan olimpiade selama jam terakhir pelajaran.

Dan si pemuda Huang itu tersenyum. Menghampiri Jaemin yang masih terpaku, kemudian duduk di hadapan sang kekasih dengan posisi menghadap sandaran kursi. Lantas, ia mencondongkan wajahnya penasaran, ingin tahu apa yang sedang dikerjakan oleh Jaemin.

"Lembar cita-cita? Rencana untuk sepuluh tahun ke depan?" Renjun menggumam. Alisnya tertekuk sedikit saat berusaha membaca konten dari lembaran yang tergeletak di atas meja.

"Byul-sonsaengnim menyuruhku mengisinya saat konseling kemarin." Di akhir kalimat, Jaemin menguap seraya merenggangkan tubuh. "Tapi aku bingung mengisi bagian bidang studi kuliah yang diminati. Informatika atau fisika murni? Keduanya aku minati sama besar."

Tapi, Renjun tidak merespons. Alih-alih, hening yang didapati oleh Jaemin.

Maka, sebelah alis Jaemin pun terangkat. "Renjun-ah?"

Masih nihil, tidak ada jawaban. Karena saat ini, Renjun terpaku menatap satu kolom di lembar cita-cita milik Jaemin. Ada rona tipis yang mewarnai wajahnya, kentara sekali bahwa lelaki itu tengah tersipu.

"Jaemin-ah, ini ....," Renjun mencicit, suaranya terdengar begitu pelan hingga menyerupai gumaman. "Bagian rencana sepuluh tahun ke depan ...."

Jaemin mengikuti arah pandangan Renjun, kemudian tersenyum. Pelan, ia mencondongkan wajah, meraih wajah merona Renjun dan mengusap pipinya dengan lembut.

"Iya, kenapa?" tanyanya, terkekeh ketika Renjun mengangkat pandangan dan menatapnya. Manik bulat lelaki itu melebar, makin terlihat manis di mata Jaemin. "Rencanaku sepuluh tahun ke depan memang mendirikan perusahaan sendiri, tinggal di perumahan asri daerah Gangwon, dan ...."

Jaemin menjeda. Ia semakin mendekatkan wajahnya pada Renjun, menatap dalam-dalam sepasang iris coklat di hadapannya, kemudian menutup dialog dengan satu kalimat.











"Menikah denganmu."

Lalu, Jaemin pun mengikis jarak, mempertemukan bibirnya dengan milik Renjun dalam satu ciuman lembut.







Dan Renjun tidak mau berpikir, apa yang menyebabkan Na Jaemin Si tsundere akut tiba-tiba frontal dan manis seperti itu.

Subtle Kind of Love (Jaemren vers.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang