One

12.3K 128 10
                                    

Namaku Kim Saera, aku adalah seorang gadis miskin yang tak mengerti apa-apa. Kebanyakan gadis seusiaku melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, namun tidak denganku. Bersekolah saja aku tak pernah. Umurku 18 tahun, aku hanya seorang gadis miskin yang tak punya pendidikan dan penghasilan. Tapi disini, aku tak akan memaksakanmu memanggilku dengan nama dan marga asliku.

Aku anak ke enam dari lima bersaudara. Kakak pertamaku sudah bekerja dan sudah mempunyai seorang istri ( Kim Seok Jin & Kim Gong-Sim ), kakakku yang ke dua Kim Min Seok, selanjutnya Kim Jong-In, setelahnya Kim Junmyeon, lalu kakak yang umurnya lebih tua satu tahun dariku Kim Taehyung.

Semua saudaraku laki-laki dan mereka memanggilku si-benalu, karena hampir setiap hari aku hanya berdiam diri dikamar yang bisa dibilang sangat kecil. Seharusnya aku tak pantas di sebut si benalu, karena merekalah yang mengurungku bukan kemauanku untuk menjadi si benalu.

Jangan berfikir aku di dalam sini tidak belajar, jika kau berfikir seperti itu kau salah. Aku disini belajar walau hanya dengan beberapa buku bekas yang ibuku ambil di tempat pembuangan sampah. Terkadang ibuku baik denganku, tapi juga terkadang sebaliknya.

Jika kalian bertanya kenapa ayah dan ibuku membiarkanku terkurung, ya karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh kakekku tentang, jika ada anak perempuan satu satunya dalam keluarga maka, anak itu akan membawa kesialan. Itu sebabnya keluarga ku mengurungku.

Rumahku memang kecil, sekecil ruang lingkup hidupku. Jika kalian menjadi diriku, mungkin kalian akan mengalami depresi atau mungkin kalian akan bunuh diri. Kenapa aku berkata seperti itu? Karena aku mengatakan apa yang selama ini aku rasakan.

Mereka mengurungku dan hanya memberiku makan setelah mereka semua makan. Bisa di katakan kalau aku memakan makanan sisa dari mereka. Tapi aku bersyukur karena mereka masih memberiku makan walau mereka tak membiarkanku melihat alam sekitarku.

Cklekk

Suara pintu kamarku yang terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya sembari membawa nampang berisikan nasi dan juga air gula.

"Nih makan! Gausah protes sama lauknya!"

Aku hanya mengangguk tanpa menatap wanita yang sedang ada di depanku.

"Sekarang udah jadi bisu? Kalau orang ngomong tuh di jawab! Dikasih makan gatau terimakasih! Masih mending kamu ibu kasih makan!" Ucap ibuku lalu pergi meninggalkan kamarku dengan hentakan kaki dan penutupan pintu yang kasar.

Sudah biasa aku merasakan seperti ini.

Akanku mulai ceritaku dari hari ini, hari yang sudah di sambut dengan kemarahan ibuku.

"I will fight to prove that I am not a bad luck kid."



Pak KayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang