Part 1

1.8K 194 10
                                    

Dalam hidup yang dipikirkan bukan hanya jodoh semata. Tapi kenapa orang-orang selalu usil mengenai Mira yang belum menikah juga. Memangnya jodoh yang mengatur dirinya sehingga bisa tahu kapan menikah. Terkadang orang hanya berbasa-basi tanpa tahu apa itu menyakiti atau tidak. Mira sudah lelah rasanya. Mempunyai usaha bagus belum tentu menjamin terlihat bahagia. Padahal dirinya baik-baik saja. Ia mempunyai usaha katering sejak usia 20 tahun. Awalnya usaha keluarga, dan diteruskan olehnya. Namanya Asmira Gayatri usianya memasuki angka rawan 27 tahun. Untuk di tanya-tanya kapan menikah.

Mungkin telinga dan hatinya sudah kebal. Tapi tetap saja otaknya bekerja karena memikirkan jodoh yang belum juga datang. Dalam hidupnya ia pernah menyesal karena memilih mundur dari pada melanjutkan hubungannya dengan seseorang. Pria yang melilih meneruskan hobinya daripada kuliahnya. Pria itu paling terkesan dalam hidupnya. Sayangnya, mungkin bukan jodoh.

"Mira, kamu ngedengerin aku kan?" tanya Nia yang sedang di hadapannya menatap tajam.

"Iya, Nia. Itu mantan suamimu yang nggak punya otak kan?" desahnya.

"Iya, dia memang nggak punya otak. Aku kesel banget sama dia. Dia yang ngajuin ke pengadilan dan sidang kedua, tiba-tiba dia narik gugatannya. Disitu aku lemes banget. Perjuanganku sia-sia selama ini. Bingung apa yang dia mau, udah nyakitin aku. Sekarang malah nggak rela ngelepasin aku!" cerocos Nia panjang lebar. Mira menghela napas, beginilah menikah. Ada saja masalah.

"Dia mau mempertahanin rumah tangga kalian kali, Nia." Mereka sedang berada di sebuah Mall. Nia menghubunginya untuk bertemu karena ingin curhat. Mereka teman sejak SMA sampai sekarang.

"Rujuk maksudnya?" Mira mengangguk. "Kayaknya aku nggak sanggup deh. Dia udah punya cewek lain, tapi kok aku deket sama cowok dia kayak yang kebakaran jenggot. Udah empat tahun ini aku di gantung sama dia!" Secara agama Nia dan suaminya sudah berpisah tapi menurut pemerintah belum. Itu yang membuat Nia khawatir menjalin hubungan dengan orang lain. Apalagi kini ada yang sedang pedekate dengannya. Ia mempunyai 1 putra bernama Azriel yang baru masuk sekolah PAUD.

"Aku bingung mau ngasih solusinya gimana. Disini yang nyebelin itu suami kamu. Maunya apa sih? Cerai atau nggak. Kalau dia minta balikan lagi gimana?" tanya Mira penasaran. Apa Nia masih cinta dengan suaminya itu.

"Aku nggak tahu, disini ada anak. Kalau dia mau berubah mungkin aku pertimbangkan. Daripada aku nyari cowok lain." Mira terdiam saat mendengarnya. Nia masih gamang dengan pilihannya. Ia banyak belajar dari semua yang curhat padanya. Menikah itu tidak seindah saat pestanya saja.

"Kamu sabar aja ya, mungkin nanti dia sadar. Berdoa semoga di bukain pintu hatinya biar dia mikir. Aku nggak bisa nyuruh kamu buat balikan atau gimana tapi anak memang dijadikan pertimbangan. Tapi kalau kamu udah nggak kuat lebih baik berpisah."

"Iya, aku bingung mana Beni nyuruh aku cepet-cepet selesain. Dan dia ngelarang aku buat ketemu Ayahnya Azriel. Aku nggak bisa gitu aja kan. Walau bagaimana pun Wahyu Ayahnya." Nia menghela napas. Wajahnya muram.

"Iya, benar juga. Kamu nggak bisa mutusin Wahyu buat nggak ketemu Azriel."

"Aku nggak munafik, si Wahyu ngasih uang buat Azriel. Dan Beni bilang nggak usah nerima. Aku bingung, Beni memang ngasih aku tiap bulannya. Tapi aku nggak mau tergantung sama dia, apalagi kita baru deket. Beni terlalu posesif. Dia pengen ketemu Wahyu buat ngurus surat perceraikanku."

Mira terdiam sejenak. "Benar-benar rumit kalau kayak gitu Nia."

"Iya, rumit banget. Aku sampai stres mikirin kayak gitu. Kamu tau sendirikan aku bisnis online nggak menentu, biaya anak sekolah belum lagi buat sehari-hari. "

"Iya sih bingung kalau jadi kamu, Nia."

"Memang udah takdirnya kali ya, ketemu cowok macam si Wahyu. Biar aku makin kuat menghadapi hidup." Nia menyenderkan punggungnya ke kursi. Azriel tidak di bawa di titipkan pada neneknya.

Memikatmu (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang