Keputusan

20 2 0
                                    

"Dan hijrah menjadi salah satu elemen dari sub sistem dalam rangka menjadi manusia"

Arisa : kamu yakin mau hijrah? Secepat itu ra?

Zara : semakin cepat semakin baik sa.

Arisa : tapi kamu sendirian ra. Gaada yang sekufu sama kamu di sekolah ini. Fikir fikir dulu deh, baru lulus SMP tau apa sih tentang islam? Yang penting ngaji dibanyakin, sholat dibenerin ra.

Zara : engga. Ada kamu yang sekufu sama aku.

Arisa terbelalak memandangku. wajahnya yang bersih kini seperti dipenuhi kata mengapa yang di bold. Tak mau ketinggalan mata sipitnya seketika membesar, wajahnya dipenuhi bercak kekhawatiran. Ia berasumsi bahwa jalan yang kuambil terlalu tergesa gesa. Seperti kuda yang dipacu tuannya. Tapi, inilah kehidupan beserta kausalitasnya. Ia ada sebagai konspirasi alam semesta.

Ya, Arisa. Gadis berhati sutra yang ditakdirkan menjadi teman satu mejaku dikelas. Ia bak lembaran lembaran kertas yang diatasnya kutuliskan segala kisah yang membual dada. Bahunya selalu siap menopang ragaku yang lembek. Semoga ia senantiasa dihujani kebaikan.

Teeeett! Teeeeeet!! Teeeettt!!

Seperti komplotan buah duku yang menemukan celah pada karung yang rombeng. Seluruh siswa berhamburan keluar dari masjid kemudian sontak merayakan kebahagiaan musabab suara bel yang berepitisi sebanyak tiga kali. tanda pulang lebih awal.

"Yeaaaaaayy pulang. Akhirnya Gw bisa tidur siang ya Allah" teriak seseorang dari balik pintu.

"Sa gramedia yukk?" Kataku singkat.

"baca doang?" Timpalnya melemparkan semyum.

"Heheheheheheheee"

Raja siang kian naik. Teriknya menjilat jilat epidermis, orang orang yang berlalu lalang dibuat haus, sedangkan para penjual es gerobak dibuatnya untung bukan main. Ahh kehidupan, senang sekali ia melibatkan kausalitas.

Dipinggir jalan aku dan arisa menghitung data statistik laju kendaraan yang berlawanan. Ramai sekali, seperti mau lebaran idul fitri. Melangkah sekali harus mau mundur tiga kali. Begitu kira kira musabab pengendara yang mengorupsi jalur pejalan kaki.

"Mau kemana sa?" Tanyaku heran

"Hehehe. Heran deh, jalan aja dikorupsi" arisa mengganti posisinya.

"Dasar koala, selalu aku yang harus menghadapi laju kendaraan. Alih alih ditabrak aku yang mati duluan" timpalku menggandeng arisa

Setelah hampir lima menit lidah hitam itu sedikit lengang. Dengan pengaman seadanya -tukang parkir- kami menyebrangi jalan dengan berlari kecil. Tiba tiba,

Tiiiiiinnnnn....!

"Cari mati dek?!" Kata pengemudi angkutan kota bertato ular naga, ia menggeber mobilnya tiga kali.

Aneh sekali dia, aku kan mau ke toko buku bukan cari mati. Huhh dunia jalan raya kini jauh mengerikan dari amukan ayam betina Pak masykur. Mematuk, menerjang siapa saja yang dilihatnya mencurigakan. Induk ayam itu begitu mengasihi anak anaknya.

Melihat aksi induk ayam pak Masykur membuatku ingat pada bunda. Manusia berhati malaikat pemilik afeksi paling kronis sejagat raya. Ia pemberi tutorial hidup terbaik dalam periodisasi sejarah kebudayaan anak adam. Perempuan yang disebut tiga kali dalam hadis Nabi itu menduduki jabatan paling luhur. Darinya lahir dan hadir para penguasa, filsuf, politisi, sufi, ahlul quran, muhaddisin, juga mufassirin. Semoga, doa doanya diijabah. Dan ia masuk dalam golongan mukmin yang beruntung.

Oh iya, kata bunda sejak dalam kandungan aku paling senang mendengar suara azan. Seperti mimosa pudica yang menguncup bila disentuh. Begitu pula rupaku. Apalagi suara muadzin paling fenomenal dikampungku. Pak Rasyid, penyabet gelar muadzin terbaik enam kali berturut turut. Dan karena itu pula namaku Zarra Ar Rasyid. Ah kausalitas kembali berkecimpung dalam proses pemberian namaku. Tapi bagaimana dengan ayah? Apakah ia menerima secara de facto nama belakang itu ? Tunggu, bunda kata ayah fans berat khalifah Harun ar Rasyid, dan secara aklamasi ayah menyetujui. Semoga ayah bunda senantiasa ditudungi mahabbah.

Hampir tujuh menit menyusuri jalan yang sesak dengan manusia, tiba tiba Arisa mengubah laju kakinya membelakangi barat daya. Kuat dugaan ku pasti perutnya meronta ronta minta dibelikan pempek panggang. Gadis asal lampung barat itu memang senang sekali jajan. Salah satu prinsipnya yang membuatku geli adalah, harga murah isi banyak. Indonesia sekali bukan?!

"Ra ra, hijrah itu selalu identik dengan kerudung panjang ya?" Arisa duduk menikmati pempek panggangnya.

"Iya betul." Aku memandangnya

"Tapi jilbab kamu? Masih pendek ra. Tandanya belum hijrah dong?" Katanya lugu.

Aku diam.

"Eh sorry ra. Intermezo perut kosong heheh" arisa cekikikkan.

Its About KausalitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang