Aku tak tahan melihat kau terus terluka.
Reyna menatap pria yang berjarak lima meter darinya. Pria itu tertawa bersama wanita dihadapannya, mereka tampak berbincang dengan ceria.
Reyna menganggap tawa Leo sebagai pertanda Leo terluka. Tidak masuk akal memang, tapi itulah Reyna.
Reyna ingin menyembuhkan luka Leo.
Reyna tidak rela melihat Leo terus seperti itu.
Reyna tidak menyadari bahwa tawa Leo saat bersama wanita lain merupakan luka bagi Reyna sendiri bukan Leo.
"Leo!" panggil Reyna menarik atensi dan menghampiri Leo.
"Malam ini temenin aku ya, mama sama papa ada urusan mendadak di luar kota." pinta Reyna tanpa ragu karena memang sejak SD mereka sudah bersahabat.
"Yaudah iya tapi gua balik ke rumah bentar." ucap Leo.
"Sippp... eh maaf aku ganggu ya." ucap Reyna sambil menatap sinis wanita yang tadi berbincang dengan Leo.
"Kelihatannya?" jawab Leo sewot.
"Yaudah sih, nyantai. Udah kayak emak-emak yang kehilangan tapperwire aja." Reyna pergi meninggalkan mereka sambil memasang seringaian jahat.
••••
"Rey, aku udah sampe." teriak Leo langsung masuk rumah Reyna yang tidak dikunci.
Bugh.
Pandangan Leo gelap, dengan kepala pening yang mulai mengeluarkan darah hingga ke pelipisnya dia berusaha bertahan namun tetap saja tubuhnya tergeletak lemah.
"Maaf, ini surprise buat kamu." ucap Rey sambil menyeret Leo menuju ruangannya.
°°°
"Eugh..." lenguh Leo merasa pening dikepalanya.
"Udah bangun?" Reyna tersenyum manis.
"Rey, kamu ngapain sih ngiket aku kayak gini. Gak lucu tahu."
"Maaf Le, sayangnya disini aku lagi gak ngelucu." Rey kembali memasang watados.
"Lepasin." Leo memasang wajah datar.
"Kamu tahu? Setiap aku ngeliat kamu ketawa sama cewek lain, aku kasihan." Reyna mulai bicara tanpa memperdulikan ucapan Leo sebelumnya.
"Maksud kamu?"
"Aku gak tega ngeliat kamu terluka... makanya sekarang aku bakalan ngilangin semua rasa sakit kamu, nyembuhin semua luka kamu." Ucap Reyna dengan senyum tulus.
Leo menatap Reyna bingung, ini bukan Reyna yang dia kenal. Reyna gak mungkin ngelakuin hal ini, Leo yang menjadi sahabat Reyna sejak kecil tidak pernah melihat sosok Reyna yang seperti ini. Sekalipun itu memang Reyna, bagaimana bisa Reyna menyembunyikan kepribadiannya ini dengan baik dari Leo.
"Rey, udah ya main-mainnya. Nonton drama korea kesukaan kamu aja yuk, aku udah download-in." Ucapnya dengan nada ragu. Sebenarnya Leo berusaha menghindari pikiran negatif-nya terhadap Reyna.
"Aku lagi gak mood, aku harus nyembuhin kamu dulu." Ucap Reyna sambil menggores pisau kecil yang sejak tadi dia pegang menuju kedua pipi Leo yang mulus.
"Sstt.. Rey!" Leo memekik perih dan memejamkan mata berharap sakitnya berkurang.
"Iya aku tahu, sakit kan? Makanya aku mau nyembuhin kamu." jawab Reyna lagi-lagi menggores Leo, kali ini di lengannya. Goresan vertikal yang sangat panjang, hampir terbuka lebar menampilkan daging dan darah segar yang terus mengalir membentuk genangan merah di lantai putih itu. Reyna sangat menyukai bentuk genangan tersebut.
"Arghhhhh... Rey sadar! Kamu shh kenapa sih? Please~~ berhenti Rey..." ucap Leo terbata-bata karena menahan rasa sakit dan berusaha tidak teriak.
"Mulut kamu banyak omong, aku lagi males denger omelan kamu." Reyna mengarahkan pisau ke leher Leo dengan wajah seksama.
Leo hanya bisa menggeleng lemah, "Rey, aku mo--." sayangnya pisau sudah menancap lehernya dan seketika dia tidak bisa bicara.
"Tenang aja, aku cuma rusak pita suara kok. Nadi kamu gak kena." Reyna mengukir senyuman yang makin membuat Leo bergidik ngeri.
"Jujur, sebenarnya selama ini. Aku suka sama kamu."
Jleb.
Satu tusukan mendarat di perut bagian kanan Leo yang hanya pasrah memejamkan mata menghadap langit-langit atap.
"Aku cinta sama kamu." ucap Rey lembut.
Lagi-lagi, satu tusukan mendarat di tubuh Leo kali ini pahanya yang kena. Tusukannya sangat dalam, membuat Leo mati rasa seketika. Berusaha berteriak namun tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun, ia mendongakkan kepala menghadap langit-langit atap berharap rasa sakitnya berkurang.
"Aku sakit ngeliat kamu ketawa sama wanita lain, ngelihat kamu setiap hari kayak gitu. AKU GAK SUKA!!!"
Kali ini pisau tersebut menancap berulang kali menuju punggung kaki Leo. Sakit, sangat sakit disiksa seperti ini lebih baik dia langsung mati dalam sekejap. Bahkan saat ini seluruh tubuhnya sudah mati rasa.
"Aku bahkan gak tahu sejak kapan aku menganggapmu berbeda, jadi kalau kamu bukan milikku, maka kamu juga bukan milik mereka." Ucap Reyna sambil menusuk bahu Leo secara perlahan semakin dalam.
Tidak puas, Reyna mencabut bola mata kanan Leo dengan kedua tangannya. "Aku gak suka ngeliat kamu yang ngasih tatapan berbinar ke wanita itu, jadi maaf aku ambil ya mata kamu." Reyna melempar bola mata Leo sembarangan.
Diam. Leo tidak lagi bergerak, entah sudah mati atau hanya pingsan. Yang jelas Leo sudah tidak kuat menahan segala rasa sakit ditubuhnya.
"Haish, selama ini kamu emang lemah. Aku pikir kamu kuat, baru segitu aja kamu udah mati." Kali ini pisau menancap ke jantung Leo yang berdetak lemah, seketika jantung itu tidak lagi memompa darah ke seluruh tubuh.
Dengan santai Reyna menusukkan kembali pisau di dada Leo lebih dalam dan menariknya kebawah hingga menimbulkan lubang besar sekaligus..
Krekk. Krekk.
..mematahkan tulang rusuk Leo yang melindungi jantungnya. Bunyi setiap tulang rusuk Leo yang patah dilepas paksa oleh Reyna membuatnya terhibur.
"Jantung kamu... cantik, aku simpan ya Le." Reyna tersenyum bahagia dan memotong semua pembuluh darah yang terhubung ke jantung Leo.
Reyna menatap Leo yang berlumurkan darah di seluruh tubuhnya, "penampilan kamu yang sekarang... Sangatlah tampan!!!".
Reyna mencintai Leo.
Reyna membenci Leo ketika tertawa bersama wanita lain.
Reyna terluka, maka Leo juga harus merasakan apa yang Rey rasakan.
Tawa Leo, luka Reyna.
Luka Leo, tawa Reyna.