Steve

3.3K 130 18
                                    

Note : haloooo ... saya keluarin lg proyek keroyokan bersama teman2 tercinta ... proyek fantasi absurd ... kali ini saya menggandeng author-author wattpad yang mungkin sudah banyak dikenal jg ... sengajanya biar saya ketularan terkenal gitu ... hahahaa ... kali ini tulisan ini bekerja sama dengan @AletheaKea dan @Mumu_Rahardi silahkan dinikmati ... terima kasih ... ditunggu saran dan kritiknya ...

"Apa-apaan itu?!"

Aku melempar remot televisi yang ada di dekat kaki dengan berang. Lemparanku nyaris mengenai televisi yang tengah ditonton oleh sekelompok orang-termasuk diriku. Aku merasa kesal pada acara televisi yang diputar. Acara tersebut menampilkan sekelompok lelaki-yang katanya-tampan dan-harus kuakui-perempuan cantik. Sebagian dari penonton yang sedang asyik menyaksikan acara itu sontak memandangku. Aku sendiri. Kekesalanku sudah kutahan hingga episode duaratusan. Masih saja stasiun televisi itu menayangkan orang-orang tampan tapi yang menggelikan. Tentu saja, judul dan jalan ceritanya bahkan jauh berbeda. Seolah penulis skenario sedang resah memutuskan judul yang cocok, dan ia hanya asal menyomot judul. Aku bahkan berani bertaruh bahwa jalan cerita sinetron itu akan mirip dengan salah satu film yang saat itu sedang digandrungi para remaja meski diriku pun belum pernah menonton versi aslinya.

Setelah adegan melempar remot tadi, beberapa orang akhirnya meninggalkan tempat menonton kami yang berlokasi di sebuah warung bensin sekaligus angkringan. Setiap malam-tidak, setiap ada uang-aku akan menyempatkan diri untuk datang kemari. Tidak untuk makan, tetapi untuk membeli bensin. Aku tidak punya motor karena kemiskinan yang kuderita. Motor matik berwarna gelap yang terparkir di depan warung tenda itu milik Dirman, teman yang beberapa hari lalu bersedia menjadi tempatku menginap. Aku tidak memiliki pekerjaan tetap. Jangan salahkan aku yang tidak kompeten. Aku sangat kompeten. Selain kompeten, fisikku mengagumkan. Tinggiku menjulang 183 sentimeter dengan berat tubuh 86 kilogram. Proporsional dan berisi. Wajah tampan dan berkarisma menurun dari ayah asli Inggris dan tentu saja, ada percampuran Indonesia yang kudapat dari ibu. Hidung yang kumiliki pas. Tidak terlalu berlebihan untuk ukuran seorang bule blasteran. Dan aku begitu percaya diri dengan rambut hitam legam bak arang yang berantakan. Setiap wanita akan tergoda untuk meremasnya. Otot yang kumiliki akan membuat siapa saja ingin menyentuhnya. Wanita ingin memilikiku dan lelaki ingin memiliki kesempurnaan fisik yang melekat padaku.

Sembari masih mengumpat, ada suara menyeruak dari arah belakang seorang bapak-bapak yang tengah menyeruput kopi panas. "Enggak usah pakai lempar remot juga keles!" suara itu melengking khas perempuan cerewet. "Itu tipi juga punya gue!" suara itu meningkat masuk dalam desibel merusak telinga.

Aku tahu itu adalah suara milik Rukmini, pemilik angkringan sekaligus pertamini bensin. Dia terkenal di kalangan ojek motor dan supir bajaj. Selain suaranya yang melengking, Mini begitu ia ingin dipanggil agar terlihat keren, ia tak segan-segan mengajak siapa saja berduel jika mencoba mencuri atau menipu. Sial!

"I am sorry, Miss. I tidak bermaksud throwing remot Anda," kataku. Bahasa Indonesiaku masih belum lancar. Lagipula, bukankah terlihat keren jika aku masih mempertahankan ke-bule-anku?

Gadis itu-aku sendiri sangsi apakah dia masih gadis ataukah emak-emak berusia empatpuluh menengah-berkacak pinggang. "Ayem sori ... ayem sori! Kalau rusak pegimane? Mau situ ganti? Utang aja belum dilunasin pake belagak ngomong inggris lagi," gadis itu berteriak-teriak. "Elu tuh bule udah miskin, belagu lagi."

"My name is Steve, Miss. Bukan Bule," sanggahku. Aku lebih menyukai seseorang memanggil nama daripada harus memanggilku dengan istilah bule. Hei, aku mengerti bahasa Indonesia. "Anda can call me Steve."

Mini mendengus. "Terserah lu dah. Mau Steve atau Strok, gue kagak peduli. Sekarang, bayar ini bensin yang elu minta tadi pagi. Jangan bilang elu mau utang lagi. Bisa-bisa gue bangkrut gara-gara kagak ada modal lagi!"

Ganteng-Ganteng SongongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang