Chapter 2.

59.4K 1.2K 22
                                    

Esok paginya, Finna bangun dengan kondisi tubuh telanjang tanpa ada sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Dia harus bersiap untuk membangunkan Arletta dan menyiapkan sarapan untuk keluarga Cornelius.

Melihat jarak dekat, Deron masih terlelap dengan dengkuran yang teratur. Finna perlahan untuk turun agar tidak membangunkan si tuannya. Finna memungut bajunya yang berserakan di lantai. Walau di bagian selangkangnya masih perih.

Setelah itu, Finna bersihkan diri di kamarnya sendiri, mengganti pakaiannya, bercak merah masih terlihat di bagian tubuhnya. Masalah semalam mereka bercumbu, Finna senyum tipis masih bisa merasakan kecupan bibir dari Deron.
Sejam selesai dari kamar mandi dengan seragamnya. Finna akan bersiap membuat sarapan untuk Deron dan Arletta.  Tidak butuh waktu lama, sarapan selesai dihidangkan.
Waktunya Finna membangunkan Arletta.

"Hai, Sayang. Bangun, waktunya mandi," ucap Finna menepuk bahu Arletta. Arletta mengerang membuka kelopak matanya.

"Bagaimana tidurmu, nyenyak?” tanya Finna merapikan selimut tebalnya.

"Begitulah, sepertinya semalam aku mendengar sesuatu teriakan di kamar papa," jawabnya lalu kembali menanyakan pada Finna. Finna terdiam sebentar,

Apa dia mendengar jeritanku? batin Finna.

"Mungkin, tuan Cornelius melihat film horor. Kau tahu bagaimana beliau ketika menonton film itu?" ucap Finna asal mengarang agar Arlitta percaya.

"Benarkah? Mulai sejak kapan papa suka menonton film horor?" Arletta kembali bertanya.

"Mm ... mungkin sejak semalam, kau tidak melihat bagaimana tuan Cornelius saat pulang kerja wajahnya terlihat lelah, dia butuh hiburan." Mengarang lagi Finna sambil menyabuni Arletta.

"Begitu ya, pantasan," ceplos Arletta.

Finna tersenyum mendengar celoteh polosnya itu, Setelah selesai memandikannya. Arletta turun dan didampingi oleh Finna. Ia duduk bersebelahan dengan Deron. Finna menuangkan susu ke dalam gelas, tidak terjadi hal apa-apa di antara mereka berdua.

Finna kembali membersihkan peralatan dapur, karena saat menyiapkan sarapan dia hampir lupa membersihkannya. Hari ini kegiatannya sangat padat, banyak yang harus dia kerjakan di rumah ini. Deron memerhatikan Finna dari jauh, masih dengan mata tajam menatap tubuhnya, tetap sama seperti semalam.

"Papa  hari ini aku berangkat dulu, ya, akan ada kegiatan menyanyi." Arletta bersuara.

"Benarkah? Sampai jam berapa?" tanya Deron.

"Mungkin sampai jam dua siang," jawabnya.

"Baiklah, jika ada sesuatu ingin disampaikan beritahu pada Finna, ya," ucap Deron melanjutkan minum susu di gelasnya.

"Siap Papa!" Arletta menggerakkan tangan ala militer.

Setelah mereka selesai sarapan, Arletta masuk ke mobil pribadi dari keluarga Cornelius, koleksi mobil di rumah ini ada empat, masing-masing pribadi. Tentunya Deron menggunakan mobil warna hitam.

Finna melambaikan tangannya pada Arletta ketika meninggalkan rumah ini. Finna kembali masuk ke rumah untuk membersihkan meja tersebut. Deron masih di tempat ia belum berangkat. Finna seperti biasa, padahal Deron dari tadi  memerhatikannya.

Finna meletakkan piring kotor di tempat pencucian, tetiba sebuah lengan melingkari tubuhnya. Tentu Finna terkejut bukan main. Dia menoleh, Deron langsung menyepitkan tubuhnya pada tubuh Finna. Finna sulit melakukan aktivitas kerjanya.

"Hmm ... Tuan ..." Finna bersuara, sesuatu menyentuh bagian sensitifnya.

"Ssstt ... diamlah, sebentar saja," bisik Deron memerintahkan Finna untuk tetap diam.

Finna menurut seperti biasa ia melakukan melanjutkan mencuci. Sedangkan Deron masih menyentuh bagian sensitifnya. Finna menggigit bibir bawahnya. Ia tidak tahan dengan jari milik Deron. Setelah selesai mencuci. Satu entakan jari tengah milik Deron masuk bebas.

"Hm ..." desah Finna mengeluarkan suaranya.
Diangkat pinggul Finna sedikit membungkuk agar Deron bisa memasukkan miliknya. Mereka melakukan Intiman di dapur. Walau dapur sepi tidak ada seorang pun melihatnya.

Bebas masuk sedalam-dalamnya. Finna memegang tepi pencucian itu,  Deron terus menggenjotnya, Finna bisa pasrah, si tuan rumah benar-benar luar biasa. Seharian bercumbu tidak puas-puasnya.

Desah Deron, Finna bisa mendengarnya. miliknya keluar masuk dari lubangnya. Licin dan becek apalagi basah. Sesuatu hangat di lubang vaginanya, Deron mengeluarkan pelepasannya cukup banyak, Finna bisa merasakannya hangat di dalam itu. Pagi hari membuatnya tenaga terkuras habis oleh intiman dari Deron.

Deron menarik pelan-pelan agar spermanya tidak keluar semua. Bisa dia lihat sendiri miliknya masih tegak. Finna berbalik badan melirih ke bawah, milik si tuannya masih berdiri. Finna tidak perlu diperintahkan lagi, dia berjongkok, membuka mulutnya kemudian membersihkan sperma serta campuran lendir miliknya di mulutnya. Deron Meremas rambutnya. Ia mengerang hebat dilakukan oleh Finna. Finna memasukkan milik tuannya itu sedalam-dalamnya sampai kerongkongan. Terus dimainkan masuk keluar, masuk keluar, sehingga Deron menikmati perlakuan pengasuhnya.

Suara desis desah Deron meracau. Finna memainkan ujung kepalanya. Deron menggelinjang hebat merinding saat Finna menggunakan lidahnya. Sepertinya Deron mulai memuncak pelepasannya. Finna mengisapnya, hingga di atas puncak, Deron mengeluarkan semua untuk kedua kalinya. Mungkin ini lebih banyak. sehingga mulut Finna tidak muat menampungnya, ditelan perlahan-pelan sperma itu. Setelah itu, dibersihkan menggunakan lidahnya hingga bersih.

Finna berdiri, kemudian membersihkan mulutnya dikumur-kumur. Deron merapikan pakaiannya dan celananya. Finna sebaliknya. Sudah selesai dengan kegiatan intiman mereka di dapur. Finna mengeringkan wajahnya dan mulutnya.  Deron menarik secara kasar, sehingga Finna berbalik berputar didekapkannya. Deron menatapnya tajam dengan intens, mata mereka bertemu. Finna menatap dua mata indahnya.

"Kau begitu sexy ... membuatku ingin mencicipinya lagi," ucapnya dengan kecupan pertama. Finna masih diam.

"Jika kau bukan pelayanku, mungkin sudah aku santap hingga habis."

"Nanti malam, pakailah baju lebih cantik. Jangan lupa."

Deron terus menciumnya seluruh wajah Finna. Finna masih belum mengerti maksud ucapan dari tuannya itu.

"Maaf Tuan, memang nanti malam ada acara apa? Terus untuk pakaian, saya ... saya ..." Tergantung ucapannya.

"Soal pakaian, kau tenang saja, nanti sopir pribadi akan mengantarnya. Ingat dandan yang cantik. Aku berangkat dulu." Dikedipkan satu mata pada Finna.

Finna masih belum sadar, apakah dia sedang bermimpi. Tuannya mengajak dia kencan antara senang atau hanya angan-angan saja.

Sexy Maid with Bastard Boss ( 18+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang