Chapter 3.

49.2K 1K 12
                                    

The Shard London, 9.15 PM

Finna dan Deron masuk ke dalam, suasana tempat itu indah. Pemandangan dari luar bisa di lihat dengan jelas, sangat indah sekali, tentu seorang wanita jika di ajak untuk dinner sambil menikmati pemandangan malam kota London.
Finna mengenakan gaun selutut sedikit terbelah di bagian depannya, warna hitam sesuai dengan  tubuh melekatnya. Deron memilih gaun itu untuknya, karena ini malam pertama mengajak seorang ratu dari bangsawan sederhana ke tempat makanan mewah.

Arletta tentunya ikut dong, masa Finna dan Deron seorang, itu akan mencurigakan untuk Arletta di usia 4 tahun itu. Mereka dinner bersama, sebab Deron tidak biasa makan bersama sendiri tanpa seorang pendamping.
Hidangkan makanan telah datang, Finna duduk bersebelahan dengan Arletta, sedangkan Deron berhadapan dengan Finna. Deron memang sengaja duduk menyepi agar bisa menyentuh kulit mulus Finna. Belum juga menyantap makanan, kaki Deron sudah bergerak di bagian kakinya Finna.

Finna memilih untuk menghindar karena suasana romantis ini sedikit tidak nyaman, apalagi tempat di mana dia berada adalah tempat untuk para bangsawan, Finna hanya mendampingi bukan untuk bersenandung dengan mesraan intim pada majikannya.  Deron merasa tertolak oleh Finna saat kakinya menyentuh kulit bawahnya.

"Papa, tumbenan bawa Arletta sama Maid kesini. Ada yang mau Papa kenali sama Arletta?" Arletta bersuara lebih dulu, Deron mengangkat kepala sedikit menatap mata manik warna biru lautan.

"Em .... mungkin ... tapi, tidak sekarang, sayang. Kemungkinan akan Papa bawakan seseorang untuk dirimu." Deron berkata pada Arletta, Arletta berbinar.

Sedangkan Finna terdiam menikmati hidangan depannya tanpa selera. Deron bisa melihat dengan ujung matanya, Finna terlihat cemburu. Namun siasat itu mungkin akan ampuh menaklukkan hati seorang pengasuh.

Ya, Deron tahu Finna menyukai dirinya. Hanya sentuhan dari pertama kali saja Deron bisa menebak cepat kalau Finna bukan tipe wanita biasa. Karena di dalam tubuhnya memiliki kaitan untuk memikat seseorang agar tidak terlepas. Wajah boleh polos, dan natural alami, di dalam belum tentu dia polos dan natural alami.

"Maaf, tuan, saya ke kamar kecil sebentar. Arletta makan yang pelan, ya," kata Finna berlalu pergi, Deron terus mengawasi gerak-gerik Finna.

Finna menatap cermin kaca melihat wajahnya sekali, tidak ada yang salah. Kenapa dia terlihat sedih jika tuannya akan membawa wanita di kehidupannya. Padahal dia senang kalau di ajak dinner bersama, entah bagaimana dia tidak suka jika tuannya membawa wanita ke dalam rumah selain dirinya.

"Apa aku egois? dia bukan siapa-siapa aku. Aku hanya seorang pengasuh di gaji. Bukan untuk di sebagai hubungan intim, istri saja tidak, pacar juga bukan. Simpanan? tidak mungkin, jika simpanan buat apa aku harus lelah bekerja di rumah besar nanti megah mewah itu menjaga mengurus anak usia 4 tahun itu. Kalau memang kenyataan aku hanya simpanan duda kaya raya. Oh ... Tuhan tentu itu tidak mungkin. Tapi .... aku benar menginginkan dirinya. Entah kenapa aku merasa di dalam diriku butuh dia, memelukku, menyentuhku setiap sela-sela jari pada kulitku." - Finna mengkhayal pada dirinya sendiri

Deron selesai menyantap hidangan, melihat jam arloji di tangannya sudah hampir setengah jam Finna belum juga kembali dari kamar kecil.

Arletta juga baru selesai makan, Deron merasa dia harus menyusul, namun anaknya bagaimana apa tidak masalah seorang balita usia 4 tahun di tinggalkan. Hem ... mungkin bisa di titipkan pada sopir pribadinya.

Deron menyusul mengecek Finna di sana. Untung kamar kecil sedikit sepi jadi jarang ada  untuk mampir sekedar cuci tangan. Deron mulai mengetuk pintu toilet wanita, Finna yang berada di dalam sedang onani.

Dia melakukannya sendiri, Deron masih mengetuk pintu tetap tidak ada respons. Finna mulai orgasme pertama kali, setelah itu dia bersihkan diri merapikan gaunnya mencuci tangan serta tisu yang basah akibat lendirnya. Saat membuka pintu itu, Finna di kejutkan oleh Deron berdiri tetap di depannya. Deron menatap  tajam menyelidiki ada yang aneh pada sikap Finna.

"Tu-an ... kenapa Anda di sini ... ini ... kamar kecil wanita, tua----"

Belum selesai berbicara Deron sudah mendorong tubuhnya masuk kembali ke dalam, lalu di tutup pintu itu serta di kunci. Deron mengunci tubuhnya. Finna menelan salivanya seperti tersangkut di tenggorokannya. Sebab, Deron menatapnya tajam tanpa berbicara.

Deron melumatkan bibir Finna untuk tidak melanjutkan bicaranya. Cukup lama mereka berdua berciuman, bibir Finna merah akibat Deron menggigit karena geram. Finna menunduk merasa sangat malu. Jika saja dia tidak melakukan onani sendiri mungkin Deron tidak akan melakukan kasar padanya.

"Sampai di rumah, aku akan menghukummu," bisik Deron di telinga Finna. Finna tercegah diam.

Deron menjauhkan wajahnya merapikan pakaiannya dan juga gaun Finna. Finna masih belum mengerti.

"Maksud tuan, saya ... saya ..." Satu ujung jari menempel di bibirnya yang memerah itu.

"Ssstt ... ini perintah." Potong nya, kemudian keluar seperti hal biasa tanpa terjadi apa-apa.
Finna menyusul masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Hukuman apa yang akan di berikan oleh Deron nanti malam. Dia tahu kesalahannya tadi adalah melakukan sendiri pada tubuhnya. Tapi, kesalahan itu tidak salah karena dia melakukan sendiri di kamar kecil tersebut.

Lantas  apa yang membuat dirinya bingung dengan hukuman itu. Finna semakin pusing memikirkannya,  sedangkan Deron menatap kaca depan menatap wajah Finna masih melamun menatap arah luar jendela. Deron senyum tipis tidak terlihat. Dia bahagia bisa mengerjai wanita itu, mungkin dengan cara ini dia bisa menyantap tubuh manis di depannya.

Sexy Maid with Bastard Boss ( 18+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang