Rasa 01

20 4 1
                                    

" Terimakasih, telah menabur luka dengan pecahan     kaca. Kau termahir membinasakan!"
                                      - Kifani. C -

* Author pov *

Setelah melewati mos kemarin, Kifani dan Alice telah resmi menjadi siswi SMA KUSUMA BANGSA. Kebetulan mereka berdua satu kelas di X IPS 1 . Sebenarnya Kifani cukup pandai untuk masuk di kelas IPA, hanya saja ia lebih memilih kelas IPS karena Kifani menyukai sejarah.

Setelah melewati masa MOS, kini Kifani tengah berada di aula lapangan basket, sendiri. Ia memantul mantulkan bola berwarna orange itu ke lantai. Sedikit berlari untuk menuju ring basket sembari men drible bola tersebut, dan mak cemplung, masuk.

" Wow! " suara berat laki laki bersumber dari sudut ruangan yang kemudian disusul dengan tepukan tangan gemuruh.
" lo suka basket? " tanyanya dengan merebut bola orange itu dari tangan Kifani.

Kifani hanya memberikan ekspresi datar " penting? " alih alih untuk menjawab pertanyaan dari laki laki itu, Kifani malah balik bertanya dengan wajah malas.

Laki laki itu tersenyum simpul " gue Alfa! " terangnya sembari menjulurkan tangan. Kifani hanya melirik uluran tangan itu sekilas tanpa berniat menyambut uluran tangan dengan bulu yang lebat bagai hutan rimba itu. Merasa tak ada tanggapan, Alfa menarik tangannya kembali.

" dasar songong! " ucapnya acuh melirik ke arah Kifani.
" lo udah cuci tangan? " tanya Kifani sambil mengambil dua permen karet dari saku roknya.
Alfa melongo tak paham dengan pertanyaan dari kifani " cuci tangan? " Alfa membeo.
" lo abis berak kan? "
" hah? Berak? "
" tadi gue liat soalnya! " jujur Kifani di sela sela ia mengunyah permen karet rasa ballado itu.

" astatanggg! Ngapain lo ngintipin gue ber- aww"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Alfa mendapatkan lemparan bola dari Kifani tepat mengenai kepalanya. " gue kaga ngintipin lo berak! Gue cuma liat lo tadi ke toilet buru buru. Cuma ada dua kemungkinan, lo kebelet pipis ato berak! Makanya gue ga mau salaman sama tangan lo, pasti lo ga cuci tangan bekas megang anu!" jelas Kifani panjang lebar yang membuat Alfa melongo terkejoed terheran heran.

" lo mau? " ujar Kifani menyodorkan permen karet yang masih terbungkus rapi.
" kaga! Lo aneh ya? " ucap Alfa selidik.
" gue cuma berfikir kritis aja! " jawab Kifani santai.
Alfa menggaruk tengkuknya yang sedikit gatal," tapi lo beneran kaga ngintipin gue kan? " tanya Alfa to the point. " ga napsu! " ujar Kifani sarkastik.

Alfa tersenyum menyeringai, lalu ia memperpendek jarak antara dia dengan Kifani. " lo yakin ga napsu sama gue? " tanyanya kembali. Kifani hanya berdehem sebagai jawaban " mau ngapain muka lo deket deket muka gue?" cicit Kifani dengan wajah datar.

Alfa tak menghiraukan Kifani yang tengah bingung dengan perbuatan nya sendiri. Tangan kiri Alfa sedikit memeluk pinggul Kifani dan mengunci tubuh Kifani. Kifani yang tak paham dengan perlakuan Alfa hanya diam tak bergeming.

Alfa menatap kedua manik mata Kifani teduh " gue pengen liat, masa lo ga napsu sama cowok seganteng gue? " ucap Alfa dengan wajah serius.
Kifani dapat merasakan hembusan nafas dan aroma tubuh Alfa dengan jarak sedekat ini. Perlahan Alfa mendekatkan bibirnya ke wajah Kifani, ralat! Lebih tepatnya ke bibir Kifani. Dan...
" Cup! "
1 detik
2 detik
3 detik..




1 abad kemudian,



" eh apaan nih? " tanya Alfa dengan kening berkerut.
" permen karet! "
" ha? Permen karet? "
" HELEH! sok sok an ga mau, ya udah gue cemplungin aja permen karet ke mulut lo! Lo deket deket tadi mau minta permen karet kan? " ujar Kifani dengan menaik turunkan alisnya.
" anjir, parah lo! Main cemplung cemplung aja! " kesal Alfa tak terima yang tiba tiba mulutnya di cemplungi permen karet oleh Kifani.
" au ah, gue mau ke kelas bye! "
Kifani mengibas kibaskan tangan nya ke udara dan segera meninggalkan Alfa dari aula lapangan basket.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang