Seulgi kembali lagi diruangan tuan Kim, entah ke berapa kali sejak dia di tugaskan bekerja di ruang VIP. Tuan Kim dengan seenaknya menyuruh-nyuruh Seulgi entah untuk menyusun dokumen yang berantakan, atau menyuruhnya membuat kopi selagi dia fokus menatap layar komputernya.
Di ruangan itu ada pria yang selalu saja mendampinginya, pria berambut pirang yang entah mengapa aktif memantau gerak-geriknya. Kedua mata selalu mengikuti, dan pria itu benar-benar membuatnya tidak nyaman. Meski tak tahu apa masalah yang dia punya, Seulgi memiih untuk membiasakan dirinya dengan situasi ini.
Seulgi membuka pintu perlahan, menarik napas sebelum mendekat pada tuan Kim yang membaca dokumen dimeja kerjanya. "Tuan Kim. Aku rasa anda baru saja meminta saya untuk menemui anda?" Sapa Seulgi ragu-ragu, sambil mengamati wajah serius miliknya. Pria rambut pirang dengan tatapan anehnya saat ini tidak ada di ruangan, membuatnya merasa lega.
Seokjin kemudian melepas kancing kemejanya yang paling atas melonggarkan dasi yang terasa mencekiknya perlahan. "Nona Kang. Aku punya satu pekerjaan penting." Ucapnya dengan terburu-buru.
Seulgi baru saja menelan ludahnya sendiri. Masih tertunduk ragu, untuk menunggu apa yang sebenarnya harus dia lakukan.
"Nona Kang, aku membutuhkan mu untuk mendampingi Jimin pergi ke suatu acara penting. Hari Kamis ini seseorang akan menjemputmu dan memberikan mu pakaian resmi." Ucapnya dengan cepat. "Ah, Jimin adalah pria yang selalu ada disini, dia bukan lah pengangguran iseng. Dan aku rasa kau sangat pas untuk mendampinginya pergi."
Seulgi mengerutkan dahinya. "Aku tidak mengerti tuan. Apa yang sebenarnya akan ku lakukan?"
Seokjin mendesah pelan, biasanya setiap orang yang dia suruh akan menjawab atau menyetujui ucapannya dengan spontan. Namun Seulgi terlalu banyak bertanya, sebenarnya Seokjin juga tidak bisa menyalahkannya. Karena Seulgi belum terbiasa dengan segala perintah atau permintaannya yang selalu datang tiba-tiba. "Singkat saja nona Kang. Hari Kamis ini, aku akan mengirim seseorang untuk mempersiapkanmu. Kemudian kau harus mendampingi Jimin ke sebuah acara penting. Aku akan ada disana kebetulan jadi kau tidak perlu panik. Maaf, kebetulan aku tidak suka bicara panjang lebar saat sedang sesibuk ini. Jadi kembali lah bekerja." Setelah penjelasannya, Seokjin kembali dengan kesibukannya dengan setumpuk dokumen tebal tanpa menatap wanita yang kebingungan didepannya.
Seulgi membungkuk sekali, menyadari atmosfir yang kurang menyenangkan jadi pura-pura mengerti dan keluar dari ruangan segera.
..
Sooyoung menghabiskan siangnya dengan banyak lamunan kosong. Seungwan menangkap pandangan kurang menyenangkan itu, seakan Sooyoung berada di dimensi lain dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia lalu menepuk punggung Sooyoung pelan, untuk membuatnya tersadar.
"Apa ada yang mengganggumu?" Tanya Seungwan sambil mengangkat sebelah alisnya.
Sooyoung tersenyum lemah, membayangkan hal yang terjadi kemarin malam. Saat Taehyung mengatakan bahwa dia menyukainya, tentu membuat Sooyoung terjaga semalaman. Tidak tahu harus bertindak apa keesokan harinya saat berpapasan dengan pria itu. Padahal Taehyung tetaplah bersikap seperti dirinya sendiri, seolah kemarin dia tidak mengatakan sesuatu yang penting. Mungkin menyukai yang dimaksudkan Taehyung, bukan lah sesuatu yang mengarah ke bagian romantis. Namun, kata suka disini adalah. Taehyung hanya tertarik untuk bekerja sama dengannya, bukan hal yang lain. Pikir Sooyoung semalaman ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Your Eyes (under Editing)
Fanfiction"𝐄𝐯𝐞𝐫𝐲 𝐥𝐨𝐨𝐤, 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲 𝐭𝐨𝐮𝐜𝐡. 𝐦𝐚𝐤𝐞𝐬 𝐦𝐞 𝐰𝐚𝐧𝐧𝐚 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐦𝐲 𝐡𝐞𝐚𝐫𝐭. 𝐈'𝐝 𝐛𝐞 𝐜𝐫𝐮𝐬𝐡𝐢𝐧' 𝐨𝐧 𝐲𝐨𝐮 𝐛𝐚𝐛𝐲. 𝐒𝐭𝐚𝐲 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐚𝐲 𝐲𝐨𝐮 𝐚𝐫𝐞." -Ariana Grande, Moonlight-