Muara 2

2 1 0
                                    

'aku ingin bersembunyi, menutup kehidupan ku rapat-rapat, tapi hadirmu tak bisa ku tolak'

-Anada Qiandra

~

~~~~

"WHAT THE FUCK?!" Ray salah satu sohib Dana berterika terkejut saat melihat luka-luka yang ada di tubuh Dana dengan wajah khawatir bercampur amarah, karena tidak rela temannya dilukai seperti ini. Ruang tamu rumah Dana adalah base camp mereka berkumpul.

"lo udah gila Dan? lo abis ngapain?" tanya Arya yang juga adalah sahabat dekat Dana, walaupun Arya bertanya dengan nada santai namun tak menghilangkan wajah khawatirnya sedikitpun.

"siapa yang buat lo begini?! kita harus kasih dia pelajaran?!" Ray kembali tersulut emosinya.

"santai! dia udah hampir mati, mungkin sekarang masih koma" sahut Dana santai dengan seringainya.

"emang siapa yang berani buat koreng di badan lo ?" tanya Ray dengan nada sedikit tenang.

Arya hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa, ia tahu bahwa seorang Dana tidak mungkin diam saja jika ada yang mengusiknya, Arya sudah yakin kalau orang yang memukuli Dana keadaannya lebih parah dari temannya itu.

"gue juga ga kenal, semua ini karena cewe murahan itu! dia maksa gue one night stand, eh tiba-tiba cowo nya dateng, kan gila" jelas Dana seraya mengisap rokoknya.

"pasangan gila! terus kenapa lo ga hubungin kita, mana kabur dari rumah sakit lagi, kalo lo mati gimana?" tanya Ray yang hanya dibalas senyum miring oleh Dana.

"lo ga kerumah sakit hari ini? perban lo harus di ganti tuh" ucap Arya mengingatkan.

"lo udah kaya pacar gue aja" ucap Dana mengedipkan mata nya sebelah.

Arya hanya bergidik jijik melihat.

"btw kemarin gue ketemu Anada di rumah sakit" ucap Dana seraya menyemburkan asap rokoknya ke udara.

"masih ga nyerah juga lo mau deketin dia? udahlah Dan dia ga mempan sama lo, dia ga kayak cewe-cewe gatel yang mau lo gombalin" ujar Arya yang sedang membakar ujung batang rokoknya.

"hmm..." Dana hanya berdehem, benar kata Arya, Anada tidak pernah merespon setiap perilaku Dana, entah sudah berapa kali Dana mencoba pendekatan pada Anada, namun respon yang diterima tetap sama seperti sebelumnya.

"udahlah dan, lebih baik lu cari cewe lain, ngapain juga ngarepin cewe es kaya dia, mungkin dia aja hidup di rumah iglo kali, dingin banget anjir sikapnya" ujar Ray asal

Dana tidak menjawab ia hanya sedang terlihat menghisap rokoknya.
Mereka semua tau kalau seorang Dana adalah Playboy kelas Arwana! bukan lagi kelas kakap! karena rayuan dan gombalan Dana selalu berhasil menggigit gadis-gadis cantik diluar sana. Dana juga tidak mengerti mengapa ia inginkan Anada berada di dekatnya, padahal Dana tau seorang Anada tidak mungkin memilih badboy untuk menjadi pasangannya, tapi tetap saja Dana tidak berhenti mencoba mendekati Anada.

*****
Suasana sangat terasa panas, terik matahari menusuk kulit menimbulkan kemerahan pada wajah putih mulus nya, Anada berjalan menjauhi lapangan parkir kampus nya. sebenarnya siang ini Anada tidak memiliki mata kuliah yang harus di ikuti, ia hanya datang karena menerima panggilan dari Ricky, ketua UKM musik.

"hai nad" sapa Ricky ketika melihat Anada memasuki ruang musik.

"ada apa ky?" tanya Anada to the point.

"sebentar lagi kan ada festival dikampus kita, setiap UKM menampilkan pertunjukan, maksud gue, hmm apa kita kasih pertunjukkan acapella untuk penampilan UKM kita? gue butuh saran dari lo" tutur Ricky dengan senyum merekah menatap Anada.

"astaga gue kira ada apa ky"

"ya gue si setuju aja kalo kita mau acapella, acapella di kolab sama alat musik modern mungkin keren" ucap Anada memberi saran.

"dan gue mau lo ikut serta nad kali ini" ucap Ricky dengan wajah berbinarnya.

"what? kenapa harus gue? anak lain bisa kali ky"

"anak lain emang bisa nad, tapi kalo lo yang tampil pasti ada kesan yang beda, please nad, demi kemajuan UKM kita, kali aja anggota UKM jadi nambah karena lo" ujar Ricky membujuk Anada.

"hmm gue pikirin lagi ya ky"

"dan gue harap lo mau, gue juga mau kita kolab nanti" ucap Ricky

"banyak mau lo" ketus Anada.

Ricky hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"yaudah cuma ini kan yang mau di omongin? kalo gitu gue balik sekarang" ujar Anada pamit setelah merasa tidak ada lagi yang harus dibicarakan.

"yok,gue juga mau balik" ujar Ricky.

Anada fan Ricky keluar dari ruang musik yang sebelumnya hanya ada mereka berdua didalamnya.

Anada berjalan menyusuri koridor kampusnya dengan Ricky disebelahnya, tak ada perbincangan diantara mereka. ya memang begitulah Anada tidak bisa basa-basi, dingin, cuek, jutek, jarang tersenyum, mungkin bukan jarang, bahkan tak pernah.

"nadaa... nadaa kuuu"

Anada memutar tubuhkan kebelakang, menatap sosok yang memanggilnya dengan jengah.

*****

next>>

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang