Prolog. Sebuah Pertemuan

369 28 3
                                    

Ini sudah akhir musim dingin. Namun, rasanya dingin masih terlalu mengigit. Salju bahkan masih menumpuk tebal di tiap sisi jalan. Masih terlalu betah untuk terus jatuh ke atas bumi dan menyelimuti bumi dengan selimut putihnya. Tiap inchi kota rasanya bagai lukisan mozaik dengan hitam putih yang begitu mendominasi. Bahkan langit malam ini pun tak jauh beda. Begitu pekat dan gelap.

Malam kesekian yang terasa begitu dingin hingga ke tulang. Rasanya tak ada seorang pun yang mau keluar malam ini. Sayangnya, selalu ada pengecualian untuk setiap hal. Termasuk hal ini. Rasanya hawa dingin sama sekali tak mempengaruhi Uzumaki Naruto yang sedang sibuk berjalan menyusuri trotoar jalan. Tubuh mungilnya terbungkus mantel tebal yang ia kaitkan erat-erat. Tak lupa helaian pirang itu ikut tertutup topi rajut warna merah tua.

Ia entah sejak kapan sibuk berjalan. Terus berjalan dengan wajah menunduk hingga rasanya ia hanya menurut kemana kedua kakinya melangkah. Tak peduli pada etalase-etalase toko di sampingnya yang ditata begitu apik dengan lampu warna-warni. Atau bahkan memandang butiran-butiran salju yang kini jatuh begitu pelan dari atas langit. Yang ia lakukan hanya terus berjalan sambil sekali-kali merapatkan mantel tebalnya. Tidak ada yang lain.

"Hey, anak muda!" Entah seruan keberapa yang pemuda itu dengar malam itu. Mungkin hanya pejalan kaki lain yang terganggu dengannya. Sudah terlalu terbiasa hingga ia hanya menggeser tubuhnya sedikit dan terus melangkah. Tanpa sedikit pun mengangkat kepalanya untuk melihat orang yang menegurnya tadi.

"Bukankah tak sopan jika kau mengabaikan orang yang memanggilmu seperti itu?"
Suara itu kembali terdengar. Suara seorang wanita yang entah mengapa terdengar begitu dekat dengannya.

Detik itu juga sebuh manik mata sebiru lautan akhirnya terangkat dan memandang lurus ke depan. Di sana, tepat di depannya, berdiri seorang wanita cantik yang sedang berkacak pinggang. Tubuhnya tinggi dan langsing, dengan kulit kecoklatan yang nampak begitu cocok dengan helaian merah panjang miliknya.

Wanita itu tampak ayu dengan mantel tebal warna coklat susu yang membungkus tubuh semampainya.
Wajahnya pun tak kalah memesona. Wajah rupawan dengan hidung mungil serta bibir kecilnya. Tak lupa lesung pipi yang muncul di kedua pipinya. Semua seakan dibuat semakin sempurna miliknya dengan sepasang manik mata indah sewarna batu amethiyst.

Tak lupa juga senyum yang terkembang sempurna di bibir tipis itu. Rasanya hanya kata sempurnalah yang mampu menggambarkan betapa indahnya wanita yang ada di depan Naruto saat ini.

Seorang wanita yang benar-benar mampu membuat seorang pria terpana dalam sekali pandang. Hanya saja lagi-lagi Naruto menjadi pengecualian hari ini. Ia hanya memandang wanita di depannya dengan pandangan tak minat serta wajah lesu yang membuat wajah mungilnya benar-benar tak enak dipandang.

"Kenapa kau murung sekali, Bocah?" Wanita itu kembali berkacak pinggang. Menatap kesal ke arah Naruto yang hanya dibalas dengan tatapan malas. Bahkan bibir tipis miliknya pun sudah mengerut karena kesal. "Wajahmu itu sama sekali tak enak dipandang, kau tahu?"

Dan sama seperti sebelumnya, Naruto masih terlalu lesu untuk memberikan ekspresi lebih. Yang bisa ia lakukan hanya mengerutkan kedua alisnya serta bibir mungil itu. Diam-diam mengikuti wanita cantik di depannya.

Ia sangat lelah, sungguh. Semua yang terjadi hari ini benar-benar membuat semua semangatnya melayang entah kemana. Yang ingin Naruto lakukan saat ini hanya pulang ke rumah dan tidur segera.

Gangguan walau dari wanita cantik sekali pun tentu tak ia harapkan sama sekali.

"Bibi ini siapa?" Kedua belah bibir Naruto semangit mengerucut. Wajah bulatnya semakin memasang raut kesal yang terlalu kentara. Benar-benar ingin menyingkir dari tempat ini saat ini juga. Namun, satu cengiran lebar langsung dihadiahi untuk Naruto. Sang pemilik rasanya terlalu senang saat pemuda lesu di depannya ini akhirnya mau berbicara juga. 

Winter Love : MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang