Jia menghela nafas kesal. Tangannya ia lipat di depan dada seraya bibirnya yang mengerucut pertanda ia bosan. Bosan bercampur kesal, mungkin?
Ia sempat melirik ke arah kakaknya yang masih asik bercinta dengan laptop dengan merk apel tergigit tersebut. Jia menatap kesal benda tersebut bukan, bukan kakaknya tapi laptopnya. Sudah hampir 2 jam ia merengek meminta dibelikan apple pie di mc D*onald's tapi kakaknya terus saja mengacuhkannya dan memilih berkutat pada pekerjaannya.
"Kak, aku lapar"
"Hmmm"
Sabar
"Aku ingin apple pie"
"Deliv aja, ya"
Jia menggeleng cepat tanda ia menolak usulan kakaknya tersebut.
"Aku mau makan di tempatnya"
"Tapi kakak sibuk sayang nanti ya kalau udah beres"
"Ih kakak, Jia lapar ngidam epple pie dari 2 jam yang lalu tapi kakak malah sibuk sendiri. Kakak tega ya nggak ngasih makan aku?"
Mario, kakak Jia menghela nafas kesal. Laptop yang ia tumpu di paha kini ia turunkan di atas meja. Ia memegang pundak sang adik lalu menariknya agar mendekat kearahnya. Berniat merangkul sebelum Jia memukul perutnya kuat - kuat, Beringas pikirnya.
"Iya, maaf tapi sebentar aja ya! Kakak sibuk banget soalnya"
"Beneran? Oke, Jia siap - siap dulu"
Jia sontak meloncat turun dari sofa. Dengan semangat ia berlari menuju kamarnya untuk berganti baju sekaligus berdandan. Ya, walaupun hanya sekedar bedak bayi semata.
Tak lama ia pun keluar dari kamar. Mengunci pintu lalu memasukkan ponselnya ke tas kecil yang ia gunakan. Kakaknya sudah siap dengan jacket baseball yang terlihat keren ditubuhnya.
"Ayo Kak!!"
Mario mengangguk lalu menggandeng tangan adiknya menuju ke mobil. Meninggalkan pekarangan rumah dan pergi menuju ke mc D*onald's. Ya, dengan hati merana tentunya. Dompet nya semakin menipis gara - gara kemauan sang adik. Padahal hari ini akhir bulan, sial memang.
*****
Setelah makan di mc D*onald's, Jia memutuskan untuk mampir ke cafe tempat favorit kakaknya. Ia awalnya menolak dan berfikir untuk apa mengunjungi tempat orang - orang berkepala dua seperti kakaknya yang pastinya dipenuhi para mahasiswa kuliahan, tapi nyatanya pikirannya salah. Kafe ini lebih didominasi para kawula muda dengan para temannya serta sang kekasih yang berniat hangout untuk mengisi waktu libur.Gadis itu duduk di kursi pojok dekat jendela yang menampilkan langsung keadaan jalan raya yang penuh Dan sesak. Cafe ini nyaman, dengan interior klasik dan bau coffee yang memanjakan pelanggan saat menginjakkan kaki disini benar - benar membuat suasana menjadi nyaman.
"Kamu ingin minum? biar nanti kakak pesanin" Tanya Mario yang berdiri di depan meja.
"Mmm... Aku pengen minum Caramel macchiato"
" Oke, tunggu disini ya!"
Jia mengangguk patuh memandang Mario yang telah melenggang pergi menuju ke arah antrean panjang di meja pemesanan.
Disaat ia tengah menatap lalu - lalang orang di jalanan, sebuah suara mengiterupsi Indra pendengarannya.
"Selamat datang, Tuan Taehyung"
Jia mengerutkan dahinya. Sepertinya nama yang disebutkan karyawan tadi salah? Atau bisa jadi dia salah dengar? Lagi pula nama Taehyung bukan cuma pria itu saja yang punya, ya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gazelle
FanficSweet Seventeen mu tiba - tiba berubah suram akibat pernyataan cinta dari senior tampan nan kaya raya seantero sekolah. Ah, jangan lupakan hal ini. Dia sangat sangat narsis. Apakah Jia harus mencintainya atau membencinya?