Aku berlari terburu-buru dari parkiran menuju ruang dokter. Aku menyusuri koridor Rumah Sakit sambil mengusapkan peluh keringatku.
"Varaaaaaaa"aku menghentikan larianku, pasalnya seorang memanggilku dengan volume tinggi. Aku memcari siapa yang memanggilku, oh ternyata Jasmine, Inaya, dan Seyra teman yang sudahku anggap sahabat.
"Aduh Vara.........kenapa kamu lari-lari sih, kayak lomba lari jarak jauh aja pake acara lari-larian segala" cicit sahabatku Seyra, yang melihatku perihatin.
"Iya nih, aku takut telat. Udah yuk keruangan"ajaku pada ketiga sahabatku itu.
"Var, kok kamu tumben sih datang akhir waktu?. Biasanyakan kamu duluan yang lebih sering datang awal dibandingkan kita-kita" tanya Inaya saat kami berjalan menelusuri koridor.
"Hi...hi...hi....ada masalah dikitlah, tapi insyaallah udah kelar" kekehku sambil berjalan.
"Alhamdulillah deh masalahnya dah kelar. Yuk cepet langkahnya bisa kena omel nanti"perintah Jasmine sambil melangkah cepat.
Disinilah sekarang kami berdiri para anggota koas Rumah Sakit Surya Medika. Didalam aula kedokteran, yang lumayan luas.
"Baiklah......pertama-tama saya ucapkan terima kasih para anggota koas, dokter muda yang dapat membantu masyarakat kedepannya karna kalian sudah hadir disini untuk meninggkatkan kinerja hasil belajar kalian. Saya berharap kalian dapat bergabung bersama RS. Surya Medika dengan kemampuann kalian sebagai dokter. Disini saya sebagai ketua dokter RS. Surya Medika akan membagi tim untuk pratikal kalian semua. Setiap tim saya bagi lima orang anggota dan diketua oleh dokter RS. Surya Medika yang akan membimbing kalian." ucap dokter Farhan selaku dokter ketua.
"Tim pertama akan saya bagi........" dokter Farhan membaginya dengan menyebutkan nama masing-masing anggota.
"Tim ketiga, beranggotakan Jasmine Ariya Putri, Zaki Al-kautsar, Angga Mahesa, Bagas Zurahel, dan Zavara Asyifa Maryam. Tim ketiga akan diketua oleh dokter spesialis anak dari RS, Surya Medika yaitu dokter Zaldino Ashaby Kahfi" Jasmine merangkulku bahagia. Kurasa karna kami satu tim.
"Yesss.......aku setim ama kamu Var" senyumnya mengembang kearahku.
"Yaaaaa.......kalian enak deh berdua, aku rasa aku pengen setim sama kalian deh. Setim sama Seyra kan ngebosenin" Inaya mamasang muka melasnya, sedangkan Seyra melotot atas ucapan Inaya.
"Semangat para dokter muda tinggkatkan kinerja kalian dalam menangani pasien, bersabar kunci utama. Baiklah yang sudah saya bagi timnya silahkan temui dokter pembimbing. Emm.....kecuali tim tiga tetap diruangan ini dulu" semua orang telah keluar, dan menyisakan kami berlima dengan dokter Farhan. Ada apa ini, kenapa kami ditahan......husssss positif thingking Vara.
"Untuk kalian berlima, sebelumnya saya minta maaf. Saya baru mendapat kabar bahwa dokter Zaldino mengalami musibah. Untuk sementara waktu akan saya gantikan posisinya. Baiklah mari kita mulai" perintah dokter Farhan, dan dianggukkan kami berlima.
***
Kami berlima sekarang berada di ruang UGD atas perintah dokter Farhan. Hufff......lelahnya hari ini, kami harus mondar-mandir dari ruang ini ke ruang itu. Tapi aku menikmati pekerjaan ini, toh ini yang aku mau.
"Hai perkenalkan namaku Zaki, ini temanku Bagas, dan yang ini Angga " kenalnya kepada aku dan Jasmin. Dia hanya tersenyum, syukurlah dia tidak menyodorkan tangannya. Mungkin dia tau kami tidak akan menerima juluran tangannya dan membuat dia malu atau sakit hati, mungkin karna khimar panjang yang kami gunaka.
"Iya salam kenal juga. Namaku Jasmine dan ini sahabatku namanya Zavara, cukup panggil Vara saja" ucap Jasmine mengenal balik kepada mereka.
***
Pukul empat sore, aku pulang dari Rumah Sakit. Setelah berkutat lama dengan obat, pasien, alat medis aku pun akhirnya pulang. Aku menuju parkiran dimana motorku parkirkan. Jarak beberapa meter sebelum sampai motor, aku mendengar ada suara tangis. Allah......kuharap jangan ada adegan horor film hantu dan sebagainya. Suara itu makin terdengar.........Baik aku penasaran suara apa itu. Aku mengikuti suara itu berasal. Dan ternyata suara itu berasal dari taman Rumah Sakit disamping parkiran. Aku melihat seorang anak perempuan sekitar umur 9 tahun sedang menunduk dan menangis dibangku taman paling pojok. Sekali-kali dia mengusapkan wajahnya menggunakan hijab berwarna navy yang ia kenakan.
"Mengapa kamu menangis?" tanyaku padanya. Dia menoleh melihatku sambil terisak tangis.
"Kakak siapa?"tanyanya sambil mengusap air matanya menggunkan hijabnya. Aku mencari tisu ditasku dan memberinya.
Dia mengambil tisu pemberianku dengan senang hati dan tersenyum.
Aku membalas senyumnya. "Kakak bekerja dirumah sakit ini, ketika kakak ingin pulang kakak mendengar suara orang menangis, dan itu rupanya kamu. Kenapa kamu menangis?" tanyaku lembut sambil mengelus kepalanya lembut yang ditutup hijab.
"Aku kesasar kak. Aku baru datang dikota ini, makanya aku gak tau jalan pulang. Mamahku bilang dia sedang dirumah sakit menemani kakak sepupuku yang sedang sakit. Oleh karna itu, aku kesini sendiri tapi Mamahku dan kakakku gak ada. Kayaknya aku salah rumah sakit deh. Aku juga lupa bawa hp kak, uang aja aku bawa pas-pasan." Gadis itu kemudian kembali menangis. Aku memeluknya dengan lembut.
"Jangan manangis sayang. Nama kamu siapa?.......kamu ingat tidak nomor hp orang tuamu atau telpon rumah, supaya kakak dapat menghubunginya." Tanyaku. Dia menengokku dengan wajah yang sembab habis menangis.
"Namaku Delisa kak. Aku gak tau nomor orangtuaku dan nomor rumah. Tapi aku ingat jalan rumah Opa." Dia berhenti dari tangisnya dan sekarang memandangku.
"Oh yaa, jalan apa?"
"Jalan perumahan Adipura nomor 15 kak" jawabnya sambil tersenyum.
Aku ikut tersenyum. Emmmm........sepertinya aku tau arah rumahnya, oh ya inikan arah kerumah Inaya.
"Ayo kakak antar pulang" ajakku menuntunnya berjalan.
"Tapi kak aku laper. Kesini aja aku lupa makan siang saking buru-burunya." ucapnya polos. Aku tersenyum mendengar kejujuran perutnya yang minta diisi makanan. Sejujurnya aku juga laper, mana tadi siang hanya makan sandwich buatan Bunda tadi pagi.
"Ayo.....kita makan dulu. Kakak juga laper"aku menuntunnya pergi dari taman.
"Iya kak. Makasih yaa kak" ucapnya senang sambil memelukku. Aku membalas pelukannya.
"Delisa mau makan apa?" Tanyaku saat kami sampai dikantin rumah sakit.
"Bakso saja kak" tunjuknya pada kedai bakso ditengah lapak.
"Oke.......ayo kita kesana" ajakku dan diangguk antusias olehnya.
***
Aku menyelusuri jalan mengantarkan Delisa pulang. Motorku berhenti didepan gerbang yang tinggi disebuah rumah yang sangat megah."Mari kak mampir dulu, aku mau ngenalin kakak dengan Mamah dan Papa." Ajaknya sambil menarik tanganku.
"Maaf sayang ini sudah sore. Lain kali saja yaa, orangtua kakak pasti khawatir nanti kalau kakak tidak cepat pulang" tolakku halus, sedangkan dia mengerucuti bibirnya.
"Magriban disini dulu aja kak." Ajaknya lagi.
"Makasih.......tapi sebaiknya kakak pulang saja ya"
"Iya deh.... asal kakak nanti main ya kerumah aku" Delisa memandang kearahku dengan muka memohon.
"Oke......kakak pulang yah.....assalamualiakum Delisa" ucapku pergi meninggalkan dia.
"Waalaikumsalam"
Masya allah........aku belum tau nama kakak itu. Aihsss....bodohnya kamu Delisa, nama saja sampai lupa nanya. Delisa melangkah malas menuju rumah dengan penyesalan yang ia derita, pasalnya dia tidak tau nama wanita yang menolongnya.
***
Ada yang bosen gak dengan ceritaku ini........?
Maaf ya, kalau ceritanya gak mendukung pikiran kalian.
Masih mau lanju?
Kalau masih terussin aja😊😊😊
Kira-kira gimana ya kelanjutannya?......pengen tau?........lanjutkan readers.
Syukron.Happy reading🍃🍃🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
DINOVARA
SpiritualDisaat namaku dan namamu terikat disitulah cinta suci bermekaran hingga jannah