(V) Hope

422 31 9
                                    

jihoon side

Suara decitan roda menggema didalam lorong dan mengantarkan sejoli tampan itu kedalam ruangan penuh dengan alat medis. Wajah cemas orang disekitarnya menyertai suasana saat ini. Mereka terus membawa Jihoon melewati lorong yang kemudian menghilang di dalam suatu ruangan.

Kedua namja itu berusaha untuk sangat tenang dan tetap menunggu kabar keadaan saudaranya.

Yena side

Dengan kepanikannya ia terus berlari mengiringi orang yang sangat ia cintai diatas bankar rumah sakit. Air matanya tak bisa ia hentikan. Dengan cepat tim medis membawa wanita paruhbaya itu masuk kedalam ruangan bernama IGD.

Ia masih sangat shock dan tak kuat menahan air matanya. Yeoja itu akhirnya menunggu di depan ruang tunggu dan mendapati ada dua namja berbeda usia yang ada dihadapanya. Wajah mereka juga tampak resah, tapi mereka hanya bisa diam dan menunggu.

Yena, disini ia sendiri. Ia masih menunggu bagaimana keadaan ibunya didalam. Tubuhnya gemetar, ia berpikir macam-macam. Karena selama di perjalanan, banyak sekali darah yang keluar dari tubuh ibunya. Ia takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Ia ingin ibunya tetap bersamanya dan menemaninya.

Beberapa menit kemudian, pintu ruangan itu terbuka menampakan pria berjas putih yang kemudian kami yang berada di ruang tunggu beranjak dan menghampirinya. Begitu pula dua namja tadi.

"apakah disini ada keluarga dari Park Jihoon?" ucap dokter itu kepada kami bertiga.

Yena menghela nafas berat. Ternyata bukan ibunya yang dipanggil. Tetapi, tunggu. Nama itu. Park Jihoon. Ia pernah mendengarnya. Tapi entah dimana.

Yena kembali duduk dan terus menggigit bibirnya cemas.

Chanyeol dan Woojin menghampiri dokter dan dipersilahkan untuk masuk ke dalam ruangan itu. Mereka berjalan pelan dan mendekat ke arah salah satu ranjang. Mereka mendapati namja gembul yang sedang tertidur pulas disana. Ya, dokter itu bilang berkata bahwa Jihoon demam. Demam tinggi. Tidak parah. Tapi tetap saja membuat semua khawatir. Mereka tidak ingin adiknya sakit meski flu sekalipun.

Dan dokter memberi tahu kalau Jihoon bisa langsung dipindahkan ke kamar rawat. Akhirnya tim medis membawa Jihoon menuju kamar rawat.

Yena POV

Perasaanku sekarang sangat hancur, kapan ini akan berlangsung? Eomma masih didalam. Apakan terjadi sesuatu? Ah Yena, jangan berpikir negatif. Aku masih menunggu dan berharap ada saudaraku datang. Saat perjalanan tadi aku mengabari bibi dan pamanku lewat sms. Entah mereka membacanya atau tidak.

Tunggu, aku masih terpikir tentang nama yang ia dengar dari dokter itu. Park Jihoon.

Mmm.. Ah iya, aku mengingatnya. Namja yang aku temui di halte bus waktu itu. Namja yang takut hujan. Dan namja yang kehilangan keluarganya saat hujan. Iya. Itu benar dia. Aku mengingatnya.

Tapi apakah orang didalam sama dengan namja yang aku temui itu? Entahlah.

Kriittttt..

Suara pintu dan roda yang berdecit menggema di lorong. Aku terperanjat, tetapi yang keluar bukanlah harapanku. Ada seorang namja yang ada di atas bankar itu.

Tunggu. Bukannya itu namja, bukan. Itu Park Jihoon, yang ku temui di halte. Ternyata benar yang ku dengar benar namja itu. Saat aku menatap segerombolan orang tadi aku tersadar dan ternyata bibi dan paman berjalan mendekat kepadaku.

Air mataku seketika tumpah saat melihat kedua sejoli adik dari eomma ku. Aku hanya takut jika ada apa-apa jika aku tidak bersama mereka.

Tidak lama setelah kedatangan bibi dan paman, ada dokter yang menghampiri kami. Pamanku segera menanyakan kabar ibuku.

Aku mendengar samar-samar pembicaraan paman dan dokter itu.

"Maaf, kami tak bisa menyelamatkan nyawa pasien. Banyak sekali darah yang ia keluarkan membuat tubuhnya sangat lemah. Maafkan kami, kami sudah melakukan sebaik mungkin. Mari saya persilahkan masuk untuk melihat pasien." ucap dokter itu.

Seketika tubuhku lemas dan mataku terasa kabur. Saat itu, aku tak tahu apa lagi yang terjadi.

Yena POV off

@ruangrawat

Jihoon sudah siuman tak lama setelah dipindahkan. Wajahnya bersinar saat mendapati kedua saudaranya di ruangan itu.

Jihoon tidak tahu apa yang terjadi, bisa jadi ia pingsan dan dibawa Woojin kerumah sakit. Ya, ia berharap begitu. Seingatnya, ia berada di rooftop dan saat itu udara sangat dingin dan ia tertidur.

Tapi kini Jihoon hanya menatap saudara kembarnya yang berada tidak jauh dari ranjangnya.

Woojin hanya diam dan memainkan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Woojin hanya diam dan memainkan ponselnya. Chanyeol yang melihat kelakuan dua adiknya, semakin gemas.

"jihoon-a, apa kau sudah baikan?" tanya Chanyeol.

Jihoon menoleh ke arah kakaknya. "aku baik-baik saja hyung. Luar biasa. Memang kenapa?" sambil mengangkat 2 lengannya meyakinkan hyungnya.

Chanyeol tertawa. "Kau sedari tadi senyum senyum sendiri, ada apa? Apa kau bahagia ada dongsaengmu menemani?" goda Chanyeol kepada Jihoon.

Merasa dibicarakan, Woojin beranjak dari sofa.

"hyung, aku pulang dulu. Kau jangan lupa istirahat, jangan sampai sakit hyung." ucap Woojin kepada Chanyeol dan dibalas anggukan.

"hati-hati dijalan saeng." teriak Chanyeol kepada Woojin yang sudah mulai menjauh.

Wajah Jihoon berubah sedih ketika Woojin pergi. Chanyeol menyadari perubahan wajah Jihoon menanyainya. "ada apa hun? Apakah ada yang sakit? Mengapa wajahmu sedih seperti itu?" ucap Chanyeol lembut dan mengusap kepala dongsaeng gembulnya.

Jihoon menggelengkan kepalanya pelan. "aniya, gwencana hyung. Aku hanya ingin Woojin menemaniku. Itu saja. Hyung, apakah Woojin yang membawaku kemari?" tanya Jihoon.

Chanyeol tersenyum kemudian mengangguk. "sudah, jangan sedih. Hyung ada disini menemanimu. Woojin pasti lelah. Biarkan dia istirahat, nanti hyung akan mengajaknya kemari lagi. Oke?"

Jihoon mengangguk lucu. Setidaknya ia bahagia, meskipun Woojin hanya melakukan hal seperti itu. Ini pertama kalinya sejak satu tahun yang lalu.

Tapi kini Jihoon berpikir. Apakah Jihoon harus seperti ini? Sakit. Agar Woojin bisa berada didekatnya? Kalau itu yang membuat Woojin kembali menjadi Woojin yang dulu, Jihoon lebih baik sakit seperti ini.

Jihoon hanya ingin semuanya kembali normal. Jihoon ingin keluarganya bahagia meskipun tanpa orang tua. Jihoon ingin orang disekitarnya bahagia. Jihoon ingin sikap Woojin kembali.

Itu adalah harapan Park Jihoon setiap harinya. Melihat semua orang bahagia adalah mimpinya.

Tbc......

Hore, aku update 2 kali dong hari ini. Ada yang nungguin story ini ga sih? Kalo engga aku hapus aja kali ya story ini??

Dari kemaren aku bingung mau ngelanjutin kekgimana. Ini otak buntu. Makanya ceritanya agak ancur. Maaf juga kalo ada banyak typo.

SCARED || PJH & PWJ [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang