Prologue

217 14 7
                                    

"Astaghfirullah, Teteh!"

Bunda terjengkang melihat daftar nilai gue yang jebloknya naudzubillah. Gue sendiri cuma bisa cengengesan sambil mengambil alih raport laknat itu dari tangan bunda. Usai meletakannya diatas meja belajar gue beranjak mengusap bahu yang masih tegang itu. Sepertinya bunda benar-benar syok berat.

"Udah ya, Bun, jangan dilihatin lagi. Dera takutnya Bunda kena serangan jantung. " kata gue menenangkan.

Bunda beralih menatap gue, matanya melotot tajam. Aduh mati gue!

"Kamu ngedoain Bunda?!" suaranya menggelegar. Buset, udah kayak petir di tengah badai pasir aja emak gue. Gue menggeleng cepat.

"Bu-bukan itu maksud Dera, Bun. Ah-oh ayolah, Bun, jangan marah ya. Adera janji semester depan nilainya pasti bakalan bagus!" gue menampilkan tampang memelas dengan suara yang dibuat selembut mungkin.

"Kamu dari dulu janji-janji mulu, mana buktinya? Bunda gak mau ya masa depan kamu dipertaruhkan gara-gara nilaimu yang jebloknya kayak jalanan di depan komplek itu!" tuturnya menyakitkan. Gue meringis, menghadapi bunda memang harus ekstra sabar.

"Ish. Dera beneran lho, Bun, kali ini Dera bakalan berusaha. Masa Bunda gak percaya sih sama anak sendiri?" gue mulai merajuk, membuat bunda seketika menepis tangan gue yang bergelayut manja di lengannya.

"Bunda gak bakal percaya selama belum ada buktinya. " Bunda mendelik. "Lagian gimana caranya kamu ngebuktiin sama Bunda? Selama ini kerjaan kamu cuma males-malesan di kamar, gak pernah ngerjain tugas. Boro-boro ngerjain, seumur-umur Bunda bahkan gak pernah lihat kamu belajar. "

Gue nyengir lebar. Woah, ternyata bunda selalu merhatiin gue guys!

"Ih cie Bunda diem-diem sering ngepoin Dera ya...hayolo ngaku, Bun!"

Dan dengan teganya bunda menggeplak kepala gue. Ouch! Gue yakin setelah ini bakalan ada sinetron yang judulnya "Azab Bagi Orangtua Yang Hobi Menggeplak Kepala Anaknya" dan seketika malaikat langsung menendang bokong gue. Ok maafin Dera, Bun!

Err!

"Ngomong sana sama tembok!" ketus Bunda dengan mimik kesal. "Ya jelas Bunda ngepoin kamu, kan kamu anak Bunda. Apa selama ini kamu pikir Bunda gak pernah ngawasin anak-anak Bunda? Dengar, Bunda peduli sama masa depan kalian, Bunda gak mau anak-anak Bunda punya masa depan yang suram nantinya. Maka dari itu Bunda udah mutusin bakal nyariin guru private buat ngebantu kamu belajar. "

"Tapi---"

"No excuses. " potong bunda tanpa berniat mendengarkan penjelasan gue dulu. Gue mengerucutkan bibir.

Setelah mengatakan hal panjang kali lebar kali tinggi dan dikuadratkan akhirnya Bunda memilih untuk keluar. Meninggalkan gue yang siap tempur air mata dan...

"KYAAA BUNDA JAHADD!" teriak gue sambil menangis meraung-raung, menggaruk-garuk tembok, berguling-guling di lantai dan berteriak sekali lagi. "BUNDA CARIIN GURU YANG GANTENG!"

"Ndasmu!" bunda balas berteriak.

✏️✏️✏️

Jika sosok guru private yang ada dibayangan kalian adalah cowok ganteng yang dingin seperti kutub selatan, kaku seperti papan triplek, dan cowok baik-baik dengan segudang prestasi maka dengan berat hati gue nyatakan itu semua salah. Realita gak seindah ekspektasi bung! Orang yang jadi guru private gue ini malah lebih bangsat daripada seorang maling sekalipun.

Namanya Setan Gerano Dimasta, eh gak deng, maksud gue Altan Gerano Dimasta. Tapi gue rasa gak ada salahnya juga gue plesetin namanya jadi Setan toh kelakuannya pun sebelas dua belas. Gue sama sekali gak pernah nyangka Bunda bakalan milihin gue guru private sekampret dia. Bukannya bikin gue makin pinter ini malah ngebikin gue jadi makin bobrok sebobrok-bobroknya. Kan syetannn!

"Bangsattt lo dapet foto aib gue darimana?!" teriak gue satu detik setelah memastikan sebuah foto yang terpampang nyata di ponsel milik Altan.

"Kalo lo gak mau muka bodoh lo itu gue sebar di medsos, lo harus kerjain semua soal ini tanpa kesalahan sedikitpun!" cowok itu tersenyum penuh kemenangan, tanpa menggubris pertanyaan gue sama sekali.

NAH KAN KEBANGSATANNYA MULAI!

"KAMPRET!" maki gue emosi dan dengan ogah-ogahan segera meraih kertas dan bolpoin. "Awas kalo lo beneran sebar foto gue, gue potong tytyd lo sampai abis!"

"Ouh, takut. " katanya sok dramatis. "Kalo punya gue lo potong, nanti kita gak akan bisa bikin anak dong, Yang. "

"Dasar iblis jahanam!" gue menggertakkan gigi kesal, meladeni cowok itu memang tak ada habisnya.

Usai berkutat selama lebih dari satu jam akhirnya gue bisa menuntaskan semua soal. Diam-diam gue ngelirik Altan yang tengah sibuk bermain game online di ponselnya. Hm, kalo dilihat-lihat sih nih cowok emang ganteng---ralat super ganteng---ternyata bunda nurutin kemauan gue, tapi kalo inget sikapnya yang nackal ini mana tahan gue diajarin dia.

"Gak usah lihatin gue kayak gitu, gue tau gue ganteng dan gue yakin lo terpesona kan sama gue?" katanya tanpa mengalihkan perhatian dari ponsel sedikitpun, seolah tahu isi otak gue saat ini.

Shit!

"Ganteng tai kuda! Mamam nih jawaban!" gue menghempaskan kertas jawaban tadi ke wajahnya yang sok innocent itu, kemudian melengos menuju dapur.

"Anying sialan lo! Lihat nih gara-gara lo gue jadi kalah!" teriaknya kesal, gue cuma tertawa geli.

Seriusan nih bunda milihin guru private jenis begajulan begini?

Sebenernya tuh cowok kagak pantes disebut guru private, apalagi mengingat tingkahnya yang lebih mirip setan daripada seekor manusia. Lagian usia kita berdua cuma terpaut satu tahun. Lebih spesifiknya, Altan itu kakak tingkat gue. Untunglah kami beda sekolah dan dari jaman embrio sampai jaman zigot sekalipun gue gak akan mau punya kakak kelas macem dia.

"Teh, Bunda mau bicara. " gue menoleh saat mendengar suara bunda tanpa berniat menghentikan aktivitas gue membuat es teh manis.

"Kenapa, Bun?"

Bunda berdehem pelan. "Hm, mulai besok Teteh berangkat sekolah bareng sama Altan ya?"

HAPAAA?!

"Mulai besok juga Altan bakalan satu sekolah sama Teteh. " sambung Bunda.

WHAT?! ARE YOU KIDDING ME, BUN?

Seseorang tolong cabut bulu ketiak gue saat ini juga!

"Bu-bunda se-serius?" tanya gue tak yakin, gue harap kuping gue aja yang salah denger.

Bunda mengangguk mantap. "Seratus rius malah. "

Tiba-tiba Altan datang, mencolek dagu gue sekilas seraya menyematkan senyum iblisnya.

"Sampai jumpa besok, cantik. "

Go to hell.

️✏️✏️

N.B: Ini versi remake-nya cerita "Adera" yang sebelumnya udah aku publish. Semoga kalian suka yaa... Jangan lupa vote dan comment! ❤


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Private TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang