saat jam istirahat tiba, jaemin akan duduk seorang diri di kursi taman sambil memakan roti pemberian bibi lee, tetangganya yang sangat baik hati. sementara anak-anak lain sibuk menikmati makan siangnya di kantin dan saling bercanda, yang bisa jaemin lakukan hanyalah menatap mereka dari kejauhan.
kantin sekolahnya memiliki dinding kaca, jaemin bisa melihat dengan jelas ke dalam kantin. tatapan wajahnya sendu, dia juga ingin berada di antara orang-orang itu. makan siang bersama, saling berbagi cerita dan tertawa.
jaemin mengunyah rotinya. tidak. dia tidak boleh iri. bisa bersekolah dan punya sesuatu untuk di makan saja sudah lebih dari cukup! jaemin mengepalkan tangannya ke udara dan tersenyum. dia kembali menikmati rotinya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. tidak lagi memandang kantin dengan penuh rasa iri.
"siapa dia?" sementara itu, di salah satu meja tempat berkumpulnya empat orang siswa tingkat dua, salah satu dari mereka menunjuk jaemin dengan dagunya.
"maksudmu siswa kurus yang duduk sendirian di taman itu?" hyunjin, anak kelas 11 - 2 balas bertanya pada si kulit pucat.
si kulit pucat mengerutkan dahinya tapi tetap mengangguk sambil menyuapkan sesendok penuh nasi ke dalam mulut.
"namanya na jaemin, siswa 11 - 7. lebih baik kau tidak dekat-dekat dengannya." siswa lain dalam meja itu menyahut dengan wajah datar.
"yoonbin benar." hyunjin menimpali yang langsung di angguki pemuda yang duduk di depannya. "kau bisa kena sial."
lee jeno, si kulit pucat, juga siswa baru yang pindah ke sini pada awal semester mengerutkan keningnya makin dalam. "hyunjin, bukankah berlebihan menyebut seseorang sebagai pembawa sial?" tanya jeno bingung.
"tapi hyunjin benar jeno!" sanha, siswa yang duduk di depan hyunjin akhirnya buka mulut. "ada rumor yang beredar kalau keluarganya meninggal dalam kecelakaan tunggal saat akan menjemput jaemin yang merengek pulang dalam acara perkemahannya saat masih sekolah dasar."
"tapi bukan berarti dia pembawa sial kan? mungkin sudah takdir tuhan seperti itu. lagipula dia juga tak akan mau hal seperti itu terjadi jika dia bisa memilih."
"kau belum mendengar cerita lainnya saja." hyunjin meletakan sumpitnya lalu menatap jeno dengan tajam. "setelah kedua orangtuanya meninggal, dia sempat tinggal bersama paman dan bibinya. belum genap sebulan jaemin di sana, rumah paman dan bibinya terbakar. semua penghuni rumah tewas, termasuk sepupu jaemin yang usianya baru tiga tahun. hanya jaemin yang selamat."
"apa jaemin yang membakar rumah itu? tidak juga kan?"
yoonbin mengerutkan hidungnya.
"jeno... kau hanya anak baru di sini. masih banyak hal yang belum kau ketahui." yoonbin menjawab, masih dengan wajah datar.
"intinya lebih baik kau tidak dekat-dekat dengan jaemin. dan lagi tidakkah kau melihat ada anak yang mau berdekatan dengannya? tidak ada kan? dia juga tidak menarik sama sekali. justru terlihat--err, kau tak jijik apa dengan penampilan kumalnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
babo-na | nomin
Short Storyi shall call you squishy and you shall be mine. 💌 nomin [au.lowercase.baku]