Perbatasan Wakanda, 2018.
"You... should've gone for the head," Thanos menjentikkan jarinya.
SNAP! Sinar menyilaukan terpancar dari Infinity Gauntlet yang baru saja diaktifkan.
Di bumi dan seluruh jagat raya, katastrofe menanti semua yang bernyawa.
BLIBLI Indonesia Open 2018, Istora Senayan, Jakarta.
"Service over, 20-all. Play!"
Shuttlecock di tangan Anthony Sinisuka Ginting bergetar ketika si pemilik melakukan servis. Benda berbulu angsa itu terlontar ke sisi lapangan Viktor Axelsen, lawannya di final turnamen ini.
Viktor mengembalikan bola dengan cekatan. Anthony tidak kalah cepat, dia mengeksekusi teknik net silangnya. Tak ingin berlama-lama di depan net, Viktor mengarahkan bola ke belakang sisi lapangan Anthony. Pebulutangkis asal Indonesia itu mundur, menjangkau bola dan mengembalikannya dengan backhand smash yang ciamik. Refleks paripurna Viktor membuatnya mampu mengembalikan bola itu secepat kilat.
Reli panjang pun berlangsung. Momen yang jarang terjadi, mengingat bahwa tipe permainan kedua pemain ini cenderung menyerang. Istora, yang sarat oleh suporter Indonesia, bergemuruh tiap kali Anthony berhasil mengembalikan bola.
Anthony melihat celah di pertahanan Viktor setelah lawannya itu terjungkal di lapangan. Ketika ia hendak melakukan drop shot, semua lampu di Istora padam.
Alih-alih mengenai bola, kepala raket Anthony justru menghantam net. Napasnya memburu diikuti debar jantung yang kian cepat. Sorak sorai para penonton berubah menjadi berisik tak beraturan, memekakkan telinganya. Tak ada lagi yang menyerukan nama Anthony ataupun yel-yel suporter Indonesia. Ia bahkan tak mendengar apakah umpire menganulir poinnya atau tidak. Butuh waktu bagi matanya untuk beradaptasi dengan kegelapan.
"Anthony!"
Anthony terkesiap. Ia masih diam di tempat, seolah membeku.
Tanpa memedulikan pergelangan tangannya yang terkilir, Viktor bangkit dan bergegas menghampiri Anthony di sisi lapangannya.
"Viktor Axelsen, stop! Go back to your side!"
Si pemilik nama tidak menghiraukan sahutan umpire.
"Yellow card for Viktor Axelsen! Yellow card for Anthony Sinisuka Ginting!"
Jejaring merah itu tersingkap.
"Red card for Viktor Axelsen! Red card for-" Bunyi feedback.
Anthony ingin menutupi kedua telinganya. Raketnya menghantam lantai. Dia ingin segera pergi dari sana, tapi tubuhnya tak mengizinkannya...
"Anthony!" Viktor merangkul sang lawan dengan tangannya yang terkilir. Ia mengaduh.
"Oh, Jesus! Um, I mean Viktor! You alright, man?" tatapan Anthony beralih ke manik biru lawannya.
"Yeah, sort of. My wrist hurts a little bit, but I'll be fine. You?"
"Gue juga pengen keluar, anying!" Pebulutangkis asal Indonesia itu memandang sekelilingnya.
Para penonton tergesa-gesa menuju pintu keluar, meninggalkan barang berharga dan atribut suporter di kursi. Sejumlah petugas keamanan berusaha menertibkan suasana, namun kerumunan itu tetap tidak kondusif. Tiba-tiba terdengar jeritan seorang perempuan, diikuti dengan bunyi seperti pasir tersapu angin.
Anthony Sinisuka Ginting yakin dia berhalusinasi saat melihat Widya Amelia, wartawan dan fotografer PBSI, berubah menjadi abu. Namun, saat butiran abu itu tertiup angin dan membuat matanya perih, dia menyadari bahwa semua ini bukanlah ilusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
.the second sight.
FanfictionAnthony Sinisuka Ginting yakin dia berhalusinasi saat melihat penonton berubah menjadi abu. Namun, saat butiran abu itu tertiup angin dan membuat matanya perih, dia menyadari bahwa semua ini bukanlah ilusi. (Infinity War AU - out now) an anthology o...