Bagian Lain Bumi bernama Cilincing

108 1 0
                                    


"Selamat siang Pak"

"Eh iya, selamat siang Bu, gimana ? ada yang bisa saya bantu ?"

Siang itu cuaca sangat cerah, nggak ada tanda-tanda keanehan bakal terjadi. Seperti hari-hari kerja biasanya, gue saat itu yang bertugas di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Cilincing sedang ada di balik komputer melakukan hal paling standar yang dilakukan RO BPJS Ketenagakerjaan seantero jagad.

REKONSILIASI

Rekonsiliasi adalah proses harian menyamakan iuran masuk yang dibayar perusahaan peserta, dengan yang seharusnya mereka bayar berdasarkan data upah dan data karyawan yang terdaftar di itu perusahaan.

Bingung ?

Nggak usah bingung. Biar gue aja.

Oke lanjut.

Ibu-ibu yang barusan negur gue adalah seorang ibu-ibu 45 tahunan, lengkap dengan daster kembang-kembang warna hijau tua lengan panjang dan jarit (gendongan kain) yang dia gunakan untuk menggendong anak kecil yang bisa gue tebak sebagai anaknya sendiri. Sepertinya seorang anak perempuan, masih balita, berkulit putih namun agak sedikit kumal dibagian pipi. Entah bekas sisa bubur, entah abis ngemilin beng-beng.

Tapi gue rasa anak setaunan belom boleh makan beng-beng.

"Ini pak, data saya kok bisa salah pak? saya gak bisa klaim JHT pak dibawah"

"Coba bu saya lihat KTPnya, sama kartu peserta ibu mana ?"

Kemudian ibu-ibu itu curhat, sementara anaknya mulai gelisah sambil garuk-garuk rambut. "Saya soalnya butuh banget uang ini pak, buat anak saya yang pertama mau masuk SMP, yang ini anak ketiga saya pak..."

"Oh iya bu, sebentar ya bu..." ujar gue sambil ngecek data KTP dan di sistem. Sesekali gue ngelirik si balita yang udah semakin nggak betah dan makin garuk-garuk. Perlu gue informasikan kepada kalian semua, Cilincing itu adalah sebuah kecamatan di pinggir laut jakarta. Mepet banget sama tanjung priuk.

Kepleset dikit langsung laut, makanya hawa panasnya tuh agak lain lain gitu.

Panasnya tuh PANAS BANGET.

Ditambah truk kontener yang wara-wiri lewat yang jumlah ban dalam 1 truk nggak bisa gue itung.

"Anak keduanya emang kemana bu ?" ujar gue biar ga basi-basi amat.

"Oh anak saya yang nomor dua lagi sama bapaknya, nemenin jualan ikan di Pasar Koja situ..." ujar si ibu sambil membuka gendongannya perlahan dan membuka kancing bajunya.

Ehm, sebentar.

MEMBUKA KANCING BAJUNYA ?

Gue shock, si Ibu beneran buka kancing baju dan netein gitu aja anaknya di depan gue.

INI NETEIN KOK KAYAK NGASIH PERMEN SIH. GAMPANG BENER. DI DEPAN ANDA INI ORANG LHO BU. SAYA INI PRIA TULEN LHO BU.

Gue rasanya pengen teriak, BU JANGAN BUKAAAA !

Tapi niat itu gue urungkan tentu saja. Kayaknya si ibu ini emang udah kesian sama anaknya yang ternyata dari tadi menunjukan gelagat haus. Dan tanpa pikir panjang langsung melakukan hal yang seharusnya dilakukan ;

NETEIN ANAK DI DEPAN ORANG LAIN

Gue ngeliat ke kubikel meja samping kiri kanan gue. Temen gue yang lain si Ifa sama Harja udah mau nahan ngakak ngeliat ada ibu-ibu netein anaknya di depan gue.

"Bu maaf, ini sudah saya koreksi datanya. Dulu kayaknya ibu pas daftar kerja gak pake KTP ini deh, makanya datanya beda..." ujar gue memecah kesunyian.

Lika-Liku Jadi Karyawan BPJSWhere stories live. Discover now