Ditengah perjalanan sekali-kali ia bertanya hal yang membuatku bingung kenapa ia menanyakan itu.
"Hmm, boleh cerita dikit gak?"tanyanya.
"Boleh."jawabku.
"Misalnya nih ya, aku kan mau nembak seseorang. Tapi takut ditolak. Menurut kamu aku bakal ditolak ga?"tanyanya.
"Emang cewe yang bakal kamu tembak itu kayak gimana?"tanyaku yang pada saat itu merasa kecewa terhadap perkataannya. Yang ku pikir pasti itu adalah orang lain.
"Dia itu cantik, kalo dideketnya aku itu ngerasa nyaman. Pengen deh tiap hari disampingnya. Orangnya itu ngangenin apalagi lucu. Baik lagi."katanya sambil membayang-bayangkan perempuan tersebut.
"Kalo boleh tau namanya siapa? Atau inisialnya deh. Siapa tau aku kenal sama tu orang."kataku yang Enah kenapa ada rasa sedikit cemburu bahkan kekecewaan didalam diriku. Tapi aku berfikir aku itu siapanya dia? Bahkan baru kenal. Dasar bodoh!
"Takut sih, malu soalnya."katanya.
"Gapapa. Aku bisa jaga rahasia kok, tenang aja."jawabku.
"Orangnya itu yang sekarang aku boncengin. Gimana? Bakal nerima ga dia?"Jawabnya.
Sontak aku terkejut dengan apa yang ia katakan. Rasanya aku tak percaya ada orang yang mencintaiku bahkan menyukaiku. Ingin rasanya ku tersenyum saat itu, tapiku urungkan. Ku tak ingin reputasiku jadi wanita cuek hilang dimatanya. Tapi bibirku melengkung keatas tak kuat untuk menahan tawa senyum.
"Gimana? Terima ga dia? Kok malah ketawa sih?"tanyanya.
"Katanya, dia ga tau. Dia mau mikir-mikir dulu soalnya dia udah pernah diselingkuhin sama mantannya yang dulu."kataku sambil tertawa kecil.
"Yaudah bilang kalo aku bakal nunggu jawabannya. Tapi do'ain semoga dia nerima."jawabnya.
"Itu katanya kemungkinan terbesarnya. Dia bilang kemungkinannya dia bakal nerima. Tapi dia masih mikir-mikir dulu."kataku.
"Iya deh."jawabnya.
Rasanya malam itu kami seperti berbicara ber-3. Padahal yang ditanyakan itu aku, tapi aku mengarah menjadi orang yang dititipkan pesannya. Bisa dibilang unik dan bisa dibilang lucu ketika ia memintaku untuk menjadi kekasihnya. Ia bukan orang romantis tapi humoris. Dan aku paling suka itu.
***
Berhari-hari ia menunggu jawabanku yang tak kunjung terjawab. Akhirnya akupun menjawab semua itu tepat ditanggal 1 Mei. Pada saat itu seperti malam sebelumnya ia mengajaku vc."Gimana, terima apa Engga katanya?"tanyanya sambil membenarkan rambutnya itu.
"Katanya dia masih mikir-mikir."jawabku.
"Ah mikirnya kelamaan. Keburu aku dateng kerumahnya terus langsung minta restu."katanya memasang wajah cemberut khas nya.
"Eh-eh. Tadi dia bilang, dia nerima kamu loh."kataku yang merasa panik setelah ia mengucapkan kata 'kerumahnya minta restu'.
"Ah? Serius?"tanyanya dengan wajahnya yang kini bersinar-sinar.
"Iya."jawabku.
"Serius?"tanyanya.
"Iya."jawabku.
"Serius?"tanyanya lagi.
"Hiya."jawabku.
"Serius?" Tanyanya lagi dan lagi.
"HIYAKK! KALO KAMU LAGI NGOMONG SERIUS GA BAKAL DITERIMA LOH!"teriakku.
Diapun tertawa. Aku terlihat kebingungan kenapa ia tertawa padahal bagiku tak ada yang lucu.
"Kok ketawa? Kan ga ada yang lucu."kataku.
"Ada kok."katanya.
"Apa?"tanyaku.
"Mukamu lucu apalagi ngangenin. Rasanya pipimu pengen tak cubit Ihh."katanya sambil memasang wajah gemas.
"Nih cubit kalo bisa."kataku sambil mencubit-cubit pipiku.
"Ihhh, awas ya kalo ketemu. Tu pipi ga bakal dikasi ampun. Tak cubit apalagi kalo bisa tak bawa pulang."katanya sambil memasang wajah gemas terhadap pipiku ini.
"Kalo kamu bisa, HAHAHA."kataku meledeknya.
"Kalo bisa ga bakal kasi kepasang lagi tu pipimu."katanya.
"Silahkan, mana mau pipiku sama orang kayak kamu. Bwekkk!!"kataku sambil menjulurkan lidah yang bertanda aku mengejeknya.
"Sialan ni anak. Aku ngambek ya."katanya.
"Silahkan ngambek. DASAR ANAK KECIL! Hahaha"tawaku.
"Eh tidur sana, ini udah malem."katanya.
KU lihat jam dindingku yang kini sudah menunjukan pukul setengah 2 dini hari. Tak terasa dari pukul 11 aku Vc dengannya hingga selarut malam seperti ini.
Baru kU mengerti. Waktu akan berputar lebih cepat ketika kita sedang jatuh cinta. Sejujurnya aku saat itu belum benar-benar mencintainya. Aku hanya tak ingin menyakiti hati lelaki jika aku menolak dirinya.Pada saat itu, tak pernah satu hari terlewatkan untuk pergi menelusuri jalan dimalam hari bersamanya. Sebenarnya, aku sudah bosan melewati jalan itu terus. Tapi kebosananku dapat ditutupi kenyamanan olehnya.
Tapi seiring waktu berjalan ia berubah. Perlahan, ia mulai cuek terhadapku. Aku maklumi ia sibuk. Tapi setidaknya hatiku akan luluh jika ia mengajak keluar jalan-jalan. Pada sore harinya ia menjemputku dan mengajaku ke suatu warung, warung tersebut berada di kerumunan sawah. Ketika sampai, ku lihat 2 orang wanita didepan ku. Lantas aku berfikir 'ada apa ini?'. Ku merasa tak asing pada 2 wanita dihadapan ku. Oh iya aku baru ingat, yang berdiri itu adalah mantan kekasih pacarku, dan sedangkan yang wanita duduk dengan wajah yang bukan orang sekitaran sini. Ia adalah teman pacarku. Tapi, aku pada saat itu perasaanku bercampur aduk antara senang, bingung, dan marah. 'Kenapa dia mengajaku kesini?' Ku tak berani menanyakannya karena jika aku menanyakan hal itu, 2 wanita didepanku ini akan melotot kearah kami.
"Ayo, turun!"katanya.
Akupun sedikit malu terhadap 2 wanita didepanku ini, untung ada spion! Ku mengaca terlebih dahulu sebelum bertatap-tatapan dengan orang itu.
"Turun ga? Jangan keras kepala."katanya yang kini ia mulai emosi terhadapku.
Sejujurnya aku itu orangnya malu ketika bertemu orang baru. KU berjalan sedikit demi sedikit langkah kaki. Karena pada saat itu perasaan kU masih canggung.
"CEPET SINI ANJIR!"sial ia membentaku didepan wanita-wanita tersebut.
Langsung kU berjalan menuju arahnya dan terus mengikutinya. Karena pada saat itu aku sangat malu.
"Duduk disana."katanya sambil menunjuk ke arah kursi.
"Oh yang ini namanya Meisya?"kata salah satu wanita yang duduk dikursi. Tak lain namanya adalah Chika, teman kekasihku.
Aku hanya mengangguk kepala yang berarti 'iya, aku Meisya".
"Oh, iya kenalin nama aku Chika. Aku emang bukan dari sini, asalku dari Madura."katanya dengan mengulurkan tangannya yang ingin bersalaman.
"Meisya."kataku sambil membalas uluran tangannya.
Baik sih, ku kira awalnya dia itu sombong karena kelihatan dari wajahnya. Biasanya orang cantik itu bakal sombong itu menurutku. Tapi ternyata tidak, dia lumayan baik. Lumayan.
"Kamu adiknya Andi kan?"yang tidak lain ia adalah mantan kekasih pacarku.
"Iya kak, ada apa ya?"tanyaku
"Oh engga, cuma nanya hehe."katanya. Andi itu adalah kakakku, dan Andi itu adalah pacarku. Aku memiliki 2 orang terpenting yang bernama Andi. Sungguh membingungkan.
Terkadang aku berfikir kenapa orang yang dekat denganku itu selalu bernama Andi? Cukup unik bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terindah
FanfictionJika ia memang terindah, kenapa aku harus berhenti memperjuangkannya? Bagiku, begitu mudah melupakan orangnya. Sangat sulit melupakan kenangan di setiap jalan yang pernah kami lalui bersama. Ah, teringat kenangan bersamanya ku merasakan bahagia! Wal...