#13

82 2 0
                                    


Emily menarik Louis pada pelukannya, anak itu yang mulanya murung sejak sore tadi berubah dengan raut wajah berserinya sampai mereka berbaring di tempat tidur dalam kamarnya. Louis terus mengoceh membicarakan Kakek-Nenek serta pamannya dari pihak Ayahnya yang baru ditemuinya itu, dia berkata Neneknya berjanji akan membawanya ke toko kue milik Neneknya nanti lalu ia boleh membantunya disana serta memakan kue sepuasnya, Kakeknya juga berjanjinya membawanya ke kantornya yang berada di lantai tiga puluh, lalu pamannya juga akan membelikannya banyak mainan.

"Kau sungguh senang?"

Louis mengangguk semangat dipekukannnya tersebut sambil tersenyum, dia sama sekali tidak menghilangkan senyuman bahagianya itu. Emily senang melihat Louis yang ternyata sudah tidak malu dengan Edna, Charles dan Liam. "Tadi kau murung dan merajuk diam di dalam kamar pamanmu, lihatlah sekarang kau berlari padaku lalu ingin tidur bersamaku,"

"Aku tidak murung,"

"Ya, kau murung dan merajuk tadi."

"Tidak!"

"Sudah lupakan, tapi jangan seperti itu lagi karena kau tau itu membuatku sedih, kau ingin membuat Mommy sedih lagi?"

"Ya, aku tidak akan melakukannya lagi," Kata Louis kembali memeluk erat pinggang Ibunya dengan erat. Emily tersenyum hangan, ia kemudian mengajukan pertanyaan yang mungkin Louis juga pertanyakan dalam dirinya. "Louis, apa kau ingin bertemu dengan Daddy-mu?"

"Daddy?"

"Ya, kau ingin bertemu dengannya?"

"Daddy sudah pulang?"

"Ya, dia sudah pulang buddy,"

Setelah dia mengerti banyak hal, Louis memang tidak sering bertanya mengenai keberadaan Ayahnya. Jeremy, Tina dan Paman-Bibinya banyak memberikan pemahaman pada Louis membuat anak itu mengerti mengapa Ibunya dan Ayahnya tidak bersama. Louis juga percaya atas ucapan Emily yang mengatakan jika Ayahnya belum menemui mereka karena dia tinggal jauh dari mereka untuk berkerja , kata-kata itu lebih di pilihnya saat itu untuk menjelaskan keberadaan Ayah Louis karena ia tau cepat atau lambat dia akan segera bertemu dengan Ayahnya yaitu Lucas, tetapi saat Louis nanti Emily berencana menceritakan yang sebenarnya tentang hubungan orangtuanya.

"Hei, kenapa kau menghilangkan senyumanmu?" Tanya Emily melihat senyuman di wajah putranya yang hilang, "Kau tidak senang akan bertemu dengan Ayahmu?"

"Apa dia akan menyanyangiku dan baik padaku seperti Nana, Papa dan Uncle Liam?"

Emily tidak bisa menjamin apapun, ia jelas mengetahui Lucas yang tidak menyukai anak kecil bahkan sepupunya sekalipun selalu dijahilinya hingga menangis, Lucas juga bukan seseorang siap menjadi seorang Ayah dan banyak hal lainnya yang belum bisa dijamin olehnya. Sejak tadi ia sudah membayangkan beberapa reaksi yang akan di keluarkan Lucas nanti setelah mengetahui dirinya yang memiliki seorang anak, dan reaksi yang paling ditakutinya adalah jika Lucas tidak mengakui Louis sebagai anaknya lalu membuat Louis sedih.

"Aku yakin dia akan menyanyangimu dan bersikap sangat baik padamu, kau tidak perlu mengkhawatirkan itu buddy,"

Louis tidak berbicara apapun setelah menganggukan kepalanya seolah dia mempercayai Ibunya. Emily memeluk kembali tubuh kecil Louis lalu mengusap kepalanya untuk membuat putranya tersebut tidur nyenyak malam ini karena besok mereka akan melalui hari berat yang juga tidak terencana seperti hari ini karena setelah mengatakan kejujuran pada Lucas nanti akan muncul pilihan lain yang akan mengubah jalan hidupnya dan juga Louis.

.

.

.

Pagi ini Lucas tengah duduk di atas ranjang dalam ruangan vvip di Rumah Sakit ini, setelah ditinggalkan keluarganya sendiri Lucas memilih pergi ke rumah sakit dengan bantuan Ian. Lucas sudah membaik, dia bisa mengatur ranjangnya agar dirinya bisa duduk senyaman mungkin agar sembari melihat-melihat berita melaui tablet yang menjadi temannya selama ia tinggal disini. Orangtuanya bahkan belum menjenguknya, dan jangan ditanya tentang Liam. Mereka berjanji akan datang pagi ini tetapi sampai sekarang mereka tidak datang.

MARRY  MY ENEMY OR NOT? [Bagian 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang