Saat tiba di stasiun Serpong kemudian melanjutkan perjalanannya ke stasiun bogor untuk berjumpa dengan kekasihnya. Raquel ialah gadis manis berumur dua puluh tahun, kini ia sedang dimabuk cinta, sehingga jarak tak ada artinya bagi orang yang sedang kasmaran apa pun akan dilakukannya dengan mengatasnamakan cinta.
Kakinya yangmungil berlahan mulai melangkah menuju gerbong saat kereta mengeluarkan bunyi rem dan pintunya terbuka tepat didepannya."ya Tuhan!!!, kereta selalu tak pernah absen dari keramaian," ucap Tasya dalam hati.
Tubuh kecilnya terpakasa berdesakan dengan penumpang lain di gerbong kereta khusus wanita, matanya menatap keluar jendela kereta melihat kemacetan jalan yang di lewatinya.
Stasiun demi stasiun telah dilewati, penumpang kereta yang lain pun mulai turun di stasiun tujuannya, Tasya masih harus melewati beberapa stasiun lagi sebelum ia turun dan transit di stasiun Tanah abang kemudian transit kembali di stasiun manggarai hingga sampai di stasiun tujuannya yaitu stasiun Bogor.
Setibanya di stasiun Bogor, Tasya keluar dari stasiun tersebut kemudian berjalan kearah jembatan merah yang letaknya tak jauh dari stasiun tadi, tempat dimana perjumpaan dengan kekasihnya akan terlaksana.
"Aku sudah sampai di jembatan merah ?" pesan Tasya melalui WhatsApp kepada kekasihnya.
"iya, tunggu sebentar lagi, aku masih di jalan kejebak macet di tugu kujang, lima menit lagi aku sampai" balas kekasihnya "kamu tunggu di samping warung kopi sebelah penjual bunga, nanti saya kesitu"
"Baik, mass ok" balas Tasya, sembari berjalan ke arah warung kopi yang ada di pinggir jalan sebelah penjual bunga. Ia membeli satu botol air mineral karena ia merasa haus dan meminumnya, tak berselang lama kekasihnya tiba, mereka saling bertukar kerinduan, bertukar pelukan satu sama lain.
Tasya kemudian di bonceng Adi prakoso kekasihnya dengan sepeda motor metik berwarna merah dengan sedikit list putih, menuju ke mall botani square. Di dalam mall botani square Tasya memesan makaroni panggang dan dua gelas green tea. Demi kekasih apa pun akan ia berikan atas nama cinta.
Satu suapan mendarat di mulut Adi prakoso, kemudian Adi membalasnya dengan suapan yang sama. Mereka saling bertukar suapan, ohh betapa romantisnya mereka berdua bagai sepasang burung merpati yang sedang beradu ciuman. Berapa pasang mata yang melihatnya pun pasti merasa iri.
Adi melihat ada sisa makanan di samping ujung bibirnya, kemudian ia mengelapnya dengan tisu. Setelah menyelesaikan makan mereka kemudian menanggalkan meja makannya beranjak pergi keliling mall. Tanpa sengaja, ternyata istri Adi sedang berada ditempat yang sama, ia berusaha menghindar agar istrinya tak melihatnya, namun istrinnya menyadarinya ketika memalingkan wajahnya terlebih kaarena istri Adi memahami gaya penampilan bahkan potongan rambutnya meski Adi mencoba menghindarinya.
Tasya yang melihat kepanikan kekasihnya pun merasakan kejanggalan.
"Sayang, tiba-tiba perutku sakit, kita pulang ya" ucap Adi kepada kekasihnya.
"ada apa, kok tiba-tiba ngajak aku pulang" tanya Tasya sembari memendam rasa kecurigaan.
"gak papa, ayok kita pulang saja, nanti kita ke kebon raya bogor saja" jawab Adi kekasihnya.
Namun istri Adi terus mengejar suaminya untuk memastikan siapa wanita yang sedang bersamanya, setelah beberapa meter dari pintu keluar mall, akhirnya mereka berdua ke kejar.
"siapa dia mas,?" tanya istrinya kepada Adi.
"lah, kamu siapa,?" jawab Tasya kepada perempuan tersebut.
"aku istrinya" jawab Dian istri Adi.
Mendengar ucapan dian, Taya mukanya merah karena marah dia dibohongi, tangannya terbang dan mendarat cukup kencang di pipi Adi. Adi hanya mematung tak bisa berbuat apa-apa. Satu lagi tamparan mendarat tepat di pipi Adi, kali ini datang dari tangan istrinya, sebelum akhirnya Dian dan Tasya meniinggalkan Adi di mall Botani Square.
Tasta berlari sekencang-kencangnya dengan tangia sendu menuju stasiun bogor untuk pulang ke rumah, Tasya membawa banyaj air mata yang masih tertahan di kelopak matanya.
"andai aku tahu bahwa dia sudah menikah, tak akan pernah aku mau jalan dengannya" kata Tasya dalam hatinya, dan air matanya yang deras mengalir di pipinya.
"Dasar cowok brengsek" teriakan Tasya dengan amarahnya semakin menjadi-jadi, benda-benda di sekelilingnya menjadi pelampiasannya, sudah banyak yang telah "aaaa, kenapa aku bodoh sekali, ternyata aku hanya sebagai simpanannya di saat ia bosan".
Sudah banyak janji-janji manis Adi yang telah diberikan kepada Tasya, sudah banyak waktu yang telah di korbankan hanya untuk cowok brengsek itu. Penyesalan memang selalu datang terakhir, tak ada satupun yang dapat memesan takdir, semua telah menjadi kehendak tuhan.
Waktu terus berlalu. Dua minggu kemudian Tasya berusaha untuk move on dari Adi, "ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lainnya terbuka, sudahlah untuk apa aku memikirkanya lagi" kata Ariel sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesal sebuah kisah
Short StorySeorang gadis keturunan negeri tirai bambu, terpaksa harus menelan pahitnya sebuah janji lelaki yang ia cintainya. Emosinya meledak saat ia mengetahui bahwa selama ini ia hanyalah pelampiasan.