Part 01

8 5 0
                                    

Mentari mulai nampak di ufuk timur, kicauan burung-burung para tetangga samping kiri dan kanan rumah sederhana itu silih bersahutan, sayuran hijau seperti seledri, daun bawang, sawi dan pak choy milik Nyonya Rumah yang sengaja ditanam di pekarangan rumah masih terlihat berembun, segar dan lumayan sedap dipandang dan jangan lupakan bunga-bunga  yang entah apa saja nama nya mulai bermekaran di pot-pot yang berbeda.

Rumah sederhana namun lumayan asri itu adalah kediaman seorang Tono.

Seperti kesehariannya setelah mengerjakan titah sang Nyonya Rumah, Tono yang berprofesi sebagai tukang ojek pangkalan mulai memanaskan skuter matiknya yang akrab dipanggil si Tutuy.

“Ah kayaknya udah cukup. Tinggal langsung cap and cuz ke pangkalan nih,” kata Tono dengan penuh semangat.

“No…! Tono!” suara  Nyonya Rumah menggelegar yang bernama Mak Iyem, tidak lain tidak bukan adalah Ibunya Tono.

Tono terperajat kaget saat mendengar teriakan yang memekakan telinga sekalipun sang Ibunda tak nampak dihadapannya.

“Iya, Mak.” Jawab Tono sambil berlari menghampiri Mak Iyem.

Siuuuuuut…Dug!!! Adegan slowmotion diiringi suara kesakitan Tono yang terpeleset di keramik putih yang masih lembab habis dipel.

“Suara apa itu?” suara Mak Iyem masih tak menampakkan wajah di Tempat Kejadian Perkara-Terpeleset dengan nama korban adalah saudara Tono.

“Aaaw…!” teriak Tono nyaring penuh kesakitan yang istilahnya pasca terpeleset karena kelicinan lantai setelah di pel lalu disusul dengan... “Dasar kulit pisang sialan!” sungut Tono tambah kesal kuadrat sambil melemparkan kulit pisang yang menjadi penyebab kali kedua dirinya terpeleset dalam jangka waktu kurang dari semenit.

Mak Iyem yang telah mendengar double teriakan Tono langsung menghampirinya dengan raut heran yang ekspetasi awal Tono mendapatkan raut cemas namun realita memang tak pernah indah.

Tono hanya mendapati kernyitan tak paham dan wajah kebingunga dari sang Ibunda.

“No.. kenapa teriak-teriak? Kuping Emak tambah budeg denger teriak-teriakanmu itu No.. No.. No,” protes Mak Iyem.

“Kepeleset Mak,” jawab Tono sambil terus memegangi bokongnya dan mengusap-usap punggung sampai pinggangnya.

“Hah? Katepel?” kata Mak Iyem sambil mengorek sebelah kupingnya.

“Haduh…, penyakit budegnya mulai kumat,” gerutu Tono. “Kepeleset Mak, bukan katepel!” teriak Tono menerangkan duduk permasalahan.

“Oh…,kepeleset, ngomong yang jelas dong dari tadi!” kata Mak Iyem dengan polosnya. “Kok bisa kepeleset?” tanya Mak Iyem kemudian.

“Tuh, gara-gara pisang sialan itu!” jawab Tono sambil menunjuk kearah kulit pisang yang dilemparkannya tadi.

“Masa gara-gara pelepah pisang jadi kepeleset?” sambung Mak Iyem keheranan.

Tono menggeleng-gelengkan kepalanya takjub, “Kulit…Emak! Kulit pisang, Kulit pisang. Pisang Kulit.” Teriak Tono mengulang-ulang dengan geregetan.

***

Domino ApesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang