Prolog

408 36 4
                                    

"Ada murid baru kan?" ucap Nano. Siswa yang cukup terkenal sebagai jejeran tertampan nomor 5 di SMA Negeri 8. Ranking ketampanannya sesungguhnya ada diurutan ke-3, namun karena kini ia menggunakan kacamata tingkat ketampanannya pun mendapat nilai minus.

"Iya! Gantengnya wagelazek!" seru Niy. Siswi yang terkenal alias hits seangkatan karena kebacotannya dalam berbicara. "Dia friendly juga, weh. Masa baru masuk 5 jam di sekolah ini aja udah bisa ikut rombongan teratas setara sama Moskow dan antek-anteknya. Keren bangtz!"

"Cuih, berarti tuh anak baru sotoy. Makanya bisa masuk golongan cicit dajjal gitu." jawab Nano sembari memasukkan tangannya ke dalam saku jaket hoodienya.

"Omongan lo... dijaga, No." ucap Delsa sembari menyenggol pinggang lelaki tampan berkacamata itu.

"Dengerin tuh, mamski Delsa angry!" ledek Niy dengan menjulurkan lidah ke Nano.

Delsa hanya menghela nafas melihat kedua sahabatnya bercanda gurau, terkadang juga bertengkar.

"Rombongan kereta internasional lewat! Awas lo buat ulah ya, No. Gamau ikut campur gue." ucap Niy mencubit pelan lengan Nano sembari cekikikan. Delsa yang mengikuti dibelakang mereka berdua hanya bisa diam.

Ya, terkadang dalam persahabatan tiga serangkai selalu ada satu yang terlupakan. Itulah posisi Delsa dimana menjadi nyamuk diantara hubungan Nano dan Niy.

"Sialan lo berdua, lorong sekolah serasa milik berdua." gumam Delsa sembari meraih ponselnya di tas.

Delsa menyadari bahwa ada Moskow dan teman-temannya lewat. Namun, tanpa sengaja ia melihat seseorang yang ikut dalam rombongan terkenal itu.

Delsa pun melanjutkan jalannya dengan sedikit dipercepat karena Nano dan Niy sudah semakin jauh darinya.

"Oi!" panggil seseorang, tentu hanya didengar Delsa. "Oi cewek!"

"Loh, Nu?"

"Sikat! Demen kali aku sama kao nih, Nu! Gebet anak orang langsung kejar tak kasih jarak!"

"Lah?"

Suara-suara ini ikut terdengar oleh Delsa dan terdengar tak asing, namun Delsa tak menggubrisnya. Ya, banyak cewek di SMA Negeri 8, tak hanya dia jadi untuk apa menjawab. Ada pepatah dari anak kekinian, lebih baik membisu daripada menjawab dan menghasilkan malu.

Seseorang pun menarik lengan Delsa, sukses membuatnya berhenti dan berbalik. Ternyata si anak baru.

"Mata-hidung-mulut..." ucapnya memperhatikan wajah Delsa dengan intens. "DELSA KAN!"

Delsa pun mengerutkan kedua alisnya, ia memperhatikan sekelilingnya yang mulai membuat ia dengan si anak baru menjadi pusat perhatian.

"Gua Danu, Danuar Sanjaya. Inget kaga lo, hah?!" ucapnya menggebu-gebu membuat Delsa menatapnya lagi.

"Oh iya iya..." jawab Delsa mengangguk dengan senyum kecil. "Ni anak siapa sih, anying??? Sokap banget heran." tanya Delsa dalam hatinya.

"Manbocak banget lo sekarang!" seru Danu itu membuat Delsa bingung. "Manbocak, Manteb bohay cakep!"

"Napa lo kaga bilang kalau pas SMA gini lo cakep, Sa? Tau gitu gua halalin aja dari dulu lo." tambah si Danu ini lagi tak mampu membuat Delsa berkata-kata. "Tapi baru inget gua, lo kan lebih menjurus ke haram."

"Siapanya lo, Nu?" tanya Maskow sembari merangkul Danu. "Pacar? Calon? Atau elo yang bertepuk sebelah tangan?"

Danu pun melirik, "Ini Delsa, temen kecil gua. Dulu tepos banget, kucel kek anak gak mandi sebulan. Cailah, sekarang udah kaya Ketiperiy."

Nah, sekarang baru Delsa ingat. Danu, si topi saya bundar hinggap di jendela kalau tidak bundar giginya tinggal dua.

Danu, yang kalau ngomong bisa it's magic. Alias bisa paham, bisa juga tidak.

Danu, yang kalau ngupil pakai jari kelingking.

"Wah, nih anak ngajak baku hantam." seru Delsa dalam hatinya.

Danu pun menarik lengannya Delsa, "Lambang anak SAINS one. Kelas 11 IPA 1 ya lo?" ucapnya setelah melihat lambang kelasnya Delsa.

"Gua masuk ips nih, SOS three. 11 IPS 3." sambung Danu lagi sembari menepuk lengan Delsa dengan pelan dan terkekeh-kekeh. "Gua yakin lo mau nanya kelas gua, gua peka udah dari sebelum gua dibuat nyokap sama bokap gua, sehabis ditendang dari surga terus menjelma jadi sperma aja gua udah peka."

"Oh." jawab Delsa. "Plis, gue ga nanya." sambungnya dalam hati.

"Bacot ah, buru pulang." ajak Moskow menarik Danu untuk pergi.

Danu pun berjalan mundur karena masih ingin menatap Delsa sembari pergi, tak lupa dengan kissbye yang ia layangkan untuk Delsa. Membuat ingin muntah.

"Kenal lo sama anak baru?" tanya Niy mulai mendekati Delsa. "Si Danu?"

"Temen gue, mungkin?" jawab Delsa ragu. "Ga nyangka gue, dia dulunya goblok eh sekarang makin goblok."

"Gimana ceritanya lo bisa nemu wujud begitu?" tanya Nano menggaruk kepala.

Delsa pun diam sejenak, "Seinget gue, dia itu tetangga gue sekaligus teman waktu gue TK. Pas SD dia pindah ke luar kota. Then? Balik lagi."

Delsa kembali berjalan dengan kedua sahabatnya dan mendadak teringat tentang kejadian tangis-tangis ala sinetronnya dikamar sewaktu mengetahui Danu pindah ke luar kota. Bodohnya.

"Tunggu..." ucap Delsa membuat kedua sahabatnya ikut berhenti sejenak. Delsa berteriak dalam hati, "Kalau Danu udah balik, apa dia tinggal dirumah lamanya lagi?! Mampus gue!"

Ya, Delsa akhirnya menyadari. Kemunculan Danu adalah awal kesialan nasibnya.

¢

MY TOXIC DANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang