Delsa pun sampai dirumahnya, ia melirik-lirik ke arah rumah ke-5 dari beberapa jejeran di samping rumahnya. Lebih tepatnya rumahnya Danu yang dulunya kosong dan kini mulai banyak berdatangan barang-barang menggunakan truk.
Secepat kilat Delsa masuk ke dalam rumahnya, takut bertemu dan beramah-tamah dengan Danu.
"Delsa pulang." sapa Delsa sembari memasuki ruang tamunya.
"Ngaret ya lo, gua aja udah sampai duluan."
Suara ini...
Seperti suara astral.
"Ehehehehehehe..." tawanya. Iya, dia Danu.
"Ngapain lo dirumah gue?" tanya Delsa dengan ketus.
"Mau nyuri makanan," ucapnya kemudian ia menunjuk ke arah perutnya. "Cacing cacing diperut curi semua nutrisi~"
Delsa terdiam mematung melihat Danu bernyanyi dengan nada iklan obat cacing.
"Toh rumah gua masih berantakan, lebih berantakan hidup gua sih." sambungnya, "Apalagi kalau gak ada lo."
Danu langsung menjelmakan jarinya menjadi pistol yang siap menembak hatinya Delsa, semakin membuat Delsa kesal.
Delsa pun mengacuhkan Danu, ia menuju ruang keluarga dan duduk di sofa empuk serta menyalakan televisi. Danu ikut duduk disampingnya.
Delsa melirik sekilas, "Sampai kapan lo disini?"
"WAHHH!" seru Danu seketika sedikit membuat Delsa kaget, "Wah wah wah! Pengusiran secara tidak langsung!"
"Hah?" Delsa pun bingung.
"Inget pepatah, tamu adalah Danu." ucap Danu lagi. "Danu ya bukan raja, soalnya nama gua kan Danu bukan raja. Sekali lagi gua ulang, tamu adalah Danu!"
"Lah? Yang ngusir elo siapa? Gue kan nanya sampai kapan lo disini. Maksud gue sampai kuliah, kerja, nikah, beranak, bercicit, atau gimana?" tanya Delsa setengah kesal.
"Ouh... " jawab Danu sambil meletakkan jari telunjuknya ke dagu. "Gak tau sampai kapan sih."
Delsa menghela nafas panjang dan bersilang tangan, "Lo kok bisa kenal gue sekali lihat? Gue aja gak kenal lo."
Ya, kalau dilihat-lihat kini Danu lebih ganteng. Mungkin waktu dulu gantengnya belum selesai di proses. Danu juga lebih fashionable ketiban yang dulu selalu bertanya akan memakai baju apa pada Delsa setiap harinya. Seharian di sekolah tadi pun Delsa melihat Danu lebih mudah bergaul dengan banyak orang, padahal dulu Danu hanya bisa bergaul dengan Delsa saja.
Danu pun terdiam sejenak, tak lama ia menegakkan tangannya di sofa dan mendekati wajah Delsa. "Entahlah, lo padahal juga banyak berubah."
"Rambut lo yang panjang dulu malah lo potong sepunggung gini, yaaa walau pun poninya masih sama. Lo juga lebih feminin, dulu kan lo bodyguardnya gua. Terus, pipi lo yang tembem kek bakpao sekarang lebih tirusan ya?" Danu memperhatikan setiap sudut wajahnya Delsa.
Delsa memutar bola matanya untuk tak melihat wajah Danu, "Terus kenapa lo bisa kenal gue? Liat nametag?"
"Heum... Gua gak liat nametag lo." jawab Danu.
"Terus?"
"Mungkin karena..." Danu berlagak berpikir sekuat tenaga, "Karena gua rinduin elo selama bertahun-tahun dan akhir ketemu."
Siapkan kantong plastik berwarna hitam, jika tidak silahkan berlari ke minimarket terdekat untuk meminta kantong plastik. Muntah dipersilahkan.
"JUST KIDDING TAPI! HAHAHAHAHAHA!" tawa Danu mengerjai Delsa. Delsa? hanya diam tak berkutik, memperhatikan tawa Danu yang tak henti-hentinya merasa geli dengan leluconnya sendiri.
Menurut Delsa, apanya yang lucu? Kenapa si waras ini tertawa? Masih menjadi misteri...
"Wah~" Ibunya Delsa pun datang dari dapur dengan membawa kue. "Kalian gemesin deh! Dulu masih kanak-kanak sekarang udah remaja juga masih nempel aja! Emang jo----"
"-kooooooo!" sambung Danu membuat yang seharusnya kata jodoh menjadi joko. Iya, Joko adalah tetangga mereka dulu yang merupakan pasien RSJ, dan kini pak Joko itu sudah pindah entah kemana.
"Ck, ck, ck! Danu... Danu..., kamu masih belum berubah ya, masih sama kek dulu. Delsa mah udah lebih dewasa sejak masuk SMA." ucap ibunya Delsa.
Danu tertawa sejenak, "HAHAHAHAHAHAHA! Yakin udah dewasa? Ayo taruhan, Tante!" ucapnya membuat ibunya Delsa bingung.
Danu pun melihat ke arah Delsa, "Udah punya pacar lo?"
"Hah?" kaget Delsa mendadak diserbu pertanyaan itu. "Belum."
"Apanya yang dewasa, Tante? Kalau dia masih nungguin Danu buat jadi pacar dia sampai sekarang mah bukan dewasa namanya." ucap Danu sambil berbalik ke ibunya Delsa lagi. Sontak ibunya Delsa pun tertawa nyaring.
"Iya juga ya, HAHAHAHAHA!"
"Apaan sih, Ma?" Delsa pun kesal ibunya terjangkiti virus begonya Danu. "Kepedean banget lo." elaknya membantah ucapan Danu.
"Yaudah, ditinggal dulu ya? Biar kalian bisa ngobrol." ibunya Delsa pun kembali ke dapur.
"Lo dekat sama Moskow?" tanya Delsa seketika.
"Kenapa? Suka sama Moskow? Naksir? Cinta bertepuk sebelah tangan?" tanya Danu langsung menyerbu.
"Enak aja!" bantah Delsa. "Justru gue kesel sama dia, dia musuh gue!"
"Ouh..." Angguk Danu. "Dia teman gua, kenal udah dari lama sih. Ketemu di warnet."
"Lah? Bukannya lo baru balik dari luar kota? Kok bisa di warnet?" heran Delsa.
"Emang. Gua kenal dia sehari yang lalu di warnet." jawab Danu membuat Delsa naik darah.
"SEHARI YANG LALU KENAPA LO BILANG UDAH DARI LAMA, HAH?!" kesal Delsa.
"Sekarang gua tanya deh, sehari itu berapa jam? 24 jam kan. Nah elo duduk disini selama 24 jam coba, lama kan? Ya, gak salah dong kalau gua bilang udah dari lama kecuali gua kenal dia semenit yang lalu, itu namanya kenal barusan." jelas Danu cukup masuk akal, tapi tidak dengan Delsa.
"What ever!" Delsa pun berdiri dan menuju kamarnya, namun si cecunguk satu ini mengekorinya hingga ke depan pintu kamar. "Napa lo?!"
"Sa, inget kaga dulu kita di ranjang elu main siapa yang paling cepat tidur bakal ketemu peterpan?" tanya Danu. "Yuk main lagi!"
Namun, Delsa terlebih dahulu membanting pintu kamarnya tepat didepan muka Danu. Definisi jawaban TIDAK yang sesungguhnya.
"Gua beneran gak boleh main ke kamar lo nih, Sa?" tanya Danu didepan pintu kamarnya Delsa.
"ENGGAK!" teriak Delsa dari dalam.
Delsa pun teringat kenangan kecil dia bersama Danu. Ya, memang Danu sering kali bermain dengannya di kamar bahkan pernah tidur disatu ranjang yang sama. Tapi, perlu ditekankan bahwa itu DULU.
"Yakali gue bawa anak cowok ke kamar? Gak sadar apa ya gue kan cewek, kalau dia khilaf gimana dong?!" panik Delsa dengan bergumam di kamarnya.
"Sa, beneran gak boleh masuk nih?" tanya Danu.
"YAIYALAH AH RIBET LO!" teriak Delsa.
"Sa," panggil Danu mendadak muncul di jendela kamar Delsa. "Widih! Kamar lo udah ala cewek banget ya! Cat dinding warna pink gini!"
Delsa pun terkejut melihat kepalanya Danu yang mengintip dari jendela kamar, "SANA LO! ISH!"
"Gua cuma liat elah." Danu memanyunkan bibirnya.
"PERGI!" usir Delsa mendorong-dorong kepala Danu dari dalam kamar agar ia keluar.
Delsa mendadak terdiam karena Danu menarik tangannya.
Oh? Bukan. Delsa terdiam begitu melihat wajah Danu mendadak tepat didepan wajahnya.
Danu menggenggam tangan Delsa dan menahan satu tangannya lagi di kerangka jendela kamarnya Delsa. Ia tersenyum sejenak, "Gua masih Danu yang dulu kok,"
Seketika Delsa diam seribu bahasa.
Danu menghela nafas dan akhirnya menyambung ucapannya, "Gua ga pernah berubah demi ketemu sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TOXIC DANU
Teen Fiction"KETEMU SAMA LO ITU ANTARA MUSIBAH ATAU KUTUKAN DARI ILAHI!" Nyatanya sahabat masa kecil belum tentu cocok apabila bertemu saat remaja, itu yang dialami oleh Delsa. Alih-alih akur, Delsa justru kesal setengah mati karena harus kembali bertemu den...