1

20 2 8
                                    

ARDAN melangkahkan kakinya dengan sangat hati-hati. Bel sekolah sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu, tetapi cowok bersepatu merah itu baru saja tiba. Ardan menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa tidak ada orang yang melihatnya. Setelah memastikan bahwa keadaan aman, Ardan berlari melalui koridor menuju kelasnya yang berada di pojok utara. Tetapi belum sampai ia di kelasnya, Ardan telah menabrak seseorang yang muncul dari arah kanan, lorong menuju kelas 11 IPS dan perpustakaan.

Leoni yang baru saja tiba dari perpustakaan terkejud saat seseorang menabraknya saat ia hendak berbelok. Buku paket yang dibawanya pun langsung berserakan. Leoni mengangkat kepalanya untuk melihat siapa orang yang telah menabraknya. Leoni terkejud lagi saat cowok blasteran Indonesia-Spanyol itu berdiri di hadapannya dengan tas yang bertengger di pundaknya seperti baru saja tiba padahal bel sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu. Merasa bahwa itu salah, Leoni berlari ke arah kelasnya hendak memberi tahu Bu Ratna bahwa ada seseorang yang telat.

Ardan sempat kebingungan dengan sikap cewek yang baru saja ditabraknya. Ardan mengira bahwa ia akan terkena omelan cewek berkepang dua dengan kacamata itu karena telah membuat bukunya jatuh berserakan, tetapi cewek itu langsung lari tanpa berbicara sedikitpun. Ardan membalikkan badannya untuk melihat kemana cewek itu berlari. Detik selanjutnya ia tersadar bahwa cewek itu berlari ke kelasnya untuk melaporkan dirinya pada guru yang ada di kelas itu bahwa dirinya telat. Ardan kemudian berlari sekencang mungkin menuju kelasnya sebelum guru itu benar-benar menemuinya.

"ARRDAAANNN!!!" suara menggelegar milik Bu Ratna menggema di sepanjang koridor.

"Sialan tuh cewek!" gerutu Ardan sembari menambah laju larinya.

Karena terlalu sibuk berlari dan melihat ke belakang, Ardan yang tidak sadar bahwa ada Pak Jatmiko yang sedang membawa buku dari arah berlawanan akhirnya menabrak guru berkumis tebal itu. Ardan dan guru itu sama-sama terjatuh. Ardan meringis ketika bokongnya bersinggungan dengan lantai. Sedangkan Pak Jatmiko langsung berdiri ketika ia menyadari bahwa Ardan yang menabraknya.

"Pak jangan biarin Ardan lari! Dia mau kabur dari saya itu pak!" seru Bu Ratna dari kejauhan yang berusaha lari sekuat tenaga dengan tubuh gempalnya.

"Siap bu!" guru berkumis tebal itu langsung menarik tas Ardan yang hendak kabur lagi. "Mau kemana kamu Ardan? Udah nabrak saya enggak bilang maaf."

"Aduuuh,.. iya Pak. Ardan yang ganteng ini minta maaf sudah menabrak bapak. Lepasin, dong Paaak! Saya mau ke kelas ini," ujar Ardan memelas.

"Maaf-maaf enak banget kamu ngomongnya, nggak ngerasain kamu bokong saya kehantuk lantai!"

Lah, ogeb nih orang. Yang suruh minta maaf siapa coba, batin Ardan. Ardan tidak menjawab selebihnya takut salah lagi. Memang jika berhadapan dengan Pak Jatmiko semuanya serba salah dan hanya guru itu yang benar.
Selanjutnya, Ardan merasa bahwa telinganya ditarik keras oleh seseorang. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Bu Ratna menatap garang padanya.

"ARDAAAN,...KAMU INI! SUDAH BERAPA KALI IBU BILANG, KALAU BERANGKAT JANGAN TELAT! NGAPAIN AJA KAMU SAMPE TELAT!?"

Ardan menggaruk tengkuknya pelan, lalu berucap, "Saya belajar Bu."

"HALAH GAYAMU BELAJAR! SOK SIBUK BANGET KAMU! DI PELAJARAN SAYA AJA SELALU DAPAT 20, MANA MUNGKIN KAMU BELAJAR!" cibir Bu Ratna dengan tengan yang masih setia menarik telinga Ardan.

"Ya Allah... Ardan emang selalu salah, Ardan belajar salah nggak belajar salah juga. Ardan sakit hati ya Allah, tolong kasih pelajaran sama orang yang bikin Ardan sakit hati," ujar Ardan dengan tangan mengadah seperti berdoa dan duduk bersimpuh di lantai.

Muka Bu Ratna tambah memerah menahan emosi. Ardan ini memang susah sekali dibilangin. Pasti ia harus memiliki pasokan sabar yang sangat besar jika harus berhadapan bocah tengil ini, "KAMU DOAIN SAYA KENA KARMA ARDAAAN!!?" ucap Bu Ratna.

"Lah, ibu sendiri yang bilang gitu, lho! Saya kan enggak doain ibu kena karma tapi dapat pelajaran dari Allah, Buu,..." ujar Ardan dengan gaya mengelus dada seperti sabar.

"SINI BERDIRI KAMU! INI LAGI SEPATU WARNA MERAAH!! MAU SEKOLAH ATAU MAU NGAMEN KAMU ARDAN!" teriak Bu Ratna murka di depan muka Ardan.

"Astaghfirullah,...ini sepatu saya beli di Jerman, masa saya yang keren bin hits ini dibilang mau ngamen."

"TERSERAH MAU BELI DI JERMAN, DI HONGKONG, SAYA GAK PEDULI! TETAP SAJA HARUS PAKE HITAM PUTIH! LEPAS SEPATU KAMU ARDAAN!" suara Bu Ratna makin lama makin melengking menandakan guru itu benar-benar marah.

Pak Jatmiko yang sedari tadi hanya mengamati, kini ikut membantu Bu Ratna untuk memberi pelajaran kepada Ardan. Tangan Pak Jatmiko berusaha melepas sepatu merah yang melekat di kaki Ardan. Setelah melepas keduanya, sepatu itu kini langsung dibawa Pak Jatmiko ke ruang guru. "Loh-loh Pak, sepatu saya jangan disita! Haduuuh, itu sepatu saya yang paling keren Pak!!" seru Ardan saat sepatunya dibawa Pak Jatmiko.

"Kalau mau sepatu ini, ambil bersama orang tuamu!" ucap Pak Jatmiko kemudian berlalu pergi.

Ardan memasang muka memelas pada Bu Ratna berharap akan dilepaskan setelah sepatunya disita. "Ngapain kamu masang muka kayak gitu, kamu kira saya bakal luluh dengan muka kamu yang seperti itu! Sekarang kamu ibu hukum lari 20 kali keliling lapangan!" tukas Bu Ratna.

"Leoni! Ibu kasih kepercayaan ke kamu, tolong awasin Ardan selama dia menjalani hukuman. Untuk tugas kamu bisa tanyakan pada temanmu nanti," ucap Bu Ratna kepada Leoni yang baru saja selesai membereskan bukunya yang jatuh.

Leoni bengong, mimpi apa ia semalam sampai pagi ini harus berurusan dengan anak nakal bernama Ardan. Leoni mengangguk pasrah lalu memberikan semua buku yang ada di tangannya pada teman sekelasnya yang tadi ia minta untuk menemaninya mengambil buku ini.

"Ngapain lo bengong, ayo ke lapangan! Biar hukuman gue cepet selesai," sarkas Ardan. Jujur Ardan masih sebal dengan gadis berkaca mata itu. Karena gadis itu ia dihukum oleh Bu Ratna.

Leoni menatap Ardan tanpa suara. Leoni menyadari bahwa Ardan masih kesal padanya dari caranya berbicara. Pandangan Leoni kemudian turun ke kaki cowok itu. Kaki Ardan kini hanya terbalut kaos kaki berwarna hitam. Sekilas terbesit rasa kasihan Leoni untuk Ardan, tetapi dengan keras berusaha Leoni hilangkan. Hukuman ini memang pantas diterima Ardan, Ardan tidak akan jera jika cowok itu dimaafkan atau dikasihani.

*****

Dengan napas terengah-engah Ardan berlari di tengah pagi yang panas. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia baru saja menjalankan setengah dari hukumannya. Ardan melirik sekilas perempuan berkacamata yang tengah menatap dirinya. Ardan berdecak sebal karena gadis itu tidak pergi-pergi. Cowok itu kemudian berpikir keras mencari cara supaya gadis itu pergi dari lapangan dan ia bisa kabur dari hukuman ini. Sedetik kemudian ide brilian muncul di otaknya. Ardan akan menyuruh cewek itu membelikannya air mineral.

Leoni menatap iba pada Ardan yang sedang lari di pagi yang panas ini. Kulit putih cowok itu sedikit memerah karena terkena sinar matahari. Kemeja putihnya juga sudah basah terkena keringatnya. Cowok itu sedari tadi tidak ada berhenti untuk beristirahat. Kalau seperti itu Leoni jadi tidak tega sendiri.

Ardan dapat melihat tatapan iba dari cewek yang sedang duduk di kursi penonton itu. Kesempatan itu ia ambil secepatnya untuk mengelabui gadis cupu itu. Ardan tiba-tiba saja terjatuh dan hal itu membuat Leoni mendatanginya ke lapangan.

"Aduuuh,... mau pingsan dah gue ini, beliin air mineral, gih! Haus banget gue," titah Ardan dengan wajah dibuat sengenes mungkin.

Leoni yang sedari tadi sudah tidak tega dengan Ardan akhirnya mengiyakan permintaan cowok itu. Kaki jenjangnya berlari ke arah kantin untuk membeli air mineral.

Dirasa gadis itu sudah jauh Ardan segera bangkit dari jatuhnya. Cowok itu kemudian lari dengan kencang ke arah kelasnya. Selama di perjalanan, tangannya juga dengan cekatan memberi pesan pada temannya untuk menanyai di kelas ada guru atau tidak. Setelah mendapat balasan bahwa kelas kosong, kaki Ardan kembali berlari sebelum gadis itu mendapatinya kabur dari lapangan.

*****

Hai-hai, gimana sebel gak sama Ardan? Atau malah gemes?

Jangan lupa vote dan komen kalian:*

Next gak nih?

Leoni & ArdanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang