1. Go From Home

17 4 2
                                    

"Atyra, mana sarapan mama?" Teriak mama dari dalam kamar, Aku hanya menghela nafas.

"Iya ma, Sebentar" Jawabku pasrah, Aku baru saja mengepel lantai walaupun belum sepenuhnya selesai. Tapi jika aku tidak buru-buru menyiapkan sarapan, itu akan menjadi bencana bagiku

Sekitar 5menit, Aku selesai memasak untuk sarapan mama. Sederhana, Hanya sepiring nasi goreng dan telor ceplok.

"Nasi goreng terus, Kamu gabisa masak yang lain apa?" Lagi-lagi mama teriak.

"Maaf mah, Tapi di dapur ngga ada bahan lain. Tyra cuma liat telur aja yang ada" Ucapku

"Alesan kamu!" mama mengambil tasnya lalu pergi begitu saja.

Tubuhku gemetar, aku berjongkok memeluk lututku. Lagi-lagi aku menangis.

"Pah, Kapan mama berubah? Hiks..." Ucapku di sela-sela tangisanku

Ini aku, Gadis berumur 18 tahun yang tinggal di kota terpencil. Aku tidak punya teman, Mereka menganggapku perempuan dengan masa depan yang suram karena aku putus sekolah.

Gaji mama tidak mencukupi untuk membayar iuran bulanan sekolah. Walaupun seperti itu, aku masih belajar mandiri di rumah.

Soal papa-ku, Dia pergi dari rumah saat umurku 10 tahun karena tidak tahan dengan sikap mama yang makin kesini makin egois. Awalnya papa akan membawaku pergi, Tapi mama menentangnya. Dan pada akhirnya aku disini, rumah yang seperti penjara bagiku.




16.31

/brak

Mama membuka pintu dengan kasar.

"Tyra, Sini kamu!" Ujar mama, Aku berjalan menghampirinya.

"Sebentar lagi kamu bakalan menikah" Ujar mama yang membuatku terkejut

"Me-menikah? Aku?" Ujarku menunjuk diriku sendiri

Mama mengangguk "dengan begitu kita gaakan hidup miskin lagi, dan mama gausah kerja banting tulang lagi" Ujar mama enteng.

"S-siapa? Sama siapa ma?" Tanyaku dengan nada sedikit bergetar

"Pak Sugin, Gaada penolak—"

"TAPI KENAPA HARUS AKU MA?!" Air mataku tidak lagi tertahan. Aku tau pak Sugin, Pria tua yang selalu saja menggodaku disaat kita bertemu. Bahkan selisih umurku dengannya sangat jauh!

"BERANI KAMU TERIAKIN MAMA?!"  Jawab mama, Aku tidak akan tinggal diam kali ini

"Dari dulu aku selalu turutin kemauan mama, tapi untuk kali ini gabisa, Ma. Ini soal masa depan Tyra! Tyra gamau menikah! Tyra masih mau lulus SMA hiks"

"Pokoknya besok kamu harus ketemu calon suami kamu. Kalo kamu menikah sama dia, Hidup kita gaakan susah lagi sayang" Ujar mama dramatis

Aku menggeleng kuat "kalo gitu kenapa ga mama aja yang nikah sama dia?"

"ATYRA!" Tegur mama

Aku terkekeh "pantes aja papa ninggalin mama"

/PLAK

Mama menamparku, Tenang. Hal ini sudah biasa terjadi padaku. Tapi sialnya air mataku tidak mau berhenti

"MASUK KAMAR KAMU!"

Aku berlari memasuki kamar lalu menenggelamkan kepalaku di bawah bantal.

Aku memikirkan bagaimana caranya agar pernikahan ini tidak terjadi. Dan hanya ada 1 ide di pikiranku. Yaitu, Pergi dari rumah dari rumah.




18.21

Aku berjalan perlahan keluar rumah disaat mamah sedang di kamar. Membawa beberapa pakaianku di dalam tas besar.

Aku tau ini hal yang bodoh, Tapi ini satu satunya cara agar aku tidak menikah dengan tuyul tua itu.

Di pinggir jalan, Aku duduk sendirian. Menunggu mobil truk sayuran yang akan aku tumpangi. Aku tidak tau kemana tujuanku, yang aku ingin aku pergi jauh dari rumah.

Aku tersenyum, mobil truk hitam aku lambaikan. Menyuruh sopirnya berhenti.

"Pak punten, Sayuran ieu bade dibawa kamana?" Tanyaku pada pak Sopir (Pak maaf, Sayuran ini mau dibawa kemana?"

"Ka Jakarta, Neng" Jawabnya ramah

"Neng tiasa ngiring, pak? Di pèngkèr oge wios" Ujarku memohon ( Neng boleh ikut pak? Di belakang juga ga apa-apa)

Sopir truk itu mengangguk "di payun we, Neng. Sok mangga lèbèt" (di depan aja neng, Silahkan masuk)

Aku tersenyum sumringah "Nuhun nya pak" (Makasih ya pak)

"ATYRA! ATYRA" Aku mendengarnya, itu suara mama. Tapi aku pura-pura tidak mendengarnya. Untung saja aku susah masuk mobil

"Ma, Maafin Tyra..." -Atyra

Sopir truk ini menjalankan mobilnya. Selama perjalanan, Aku banyak ngobrol dengannya. Membahas hal yang tidak terlalu penting.







"Neng, Ini teh tos di Jakarta. Neng bade turun dimana?" Ujar bapak-bapak di sebelahku (Neng, ini udah di Jakarta, Neng mau turun dimana?)

"Oh? disini we pak" Jawabku

"Oh enya mangga, Hati-hati Neng"
(Oh iya silahkan, Hati-hati Neng)

"Nuhun nya pak" lalu aku turun dari truk ini

Aku melihat sekeliling, Sangat banyak gedung-gedung tinggi. Aku berjalan menyusuri terotoar sembari melamun. tanpa arah tujuan yang jelas.

/TEEEEEEETT

Bunyi klakson mobil membuyarkan lamunan ku, Aku melihat seorang pria di tengah jalan seperti sedang kebingungan. Sampai akhirnya mobil dari jarak jauh membunyikan klaksonnya.

Namun pria tersebut tidak pergi, Aku meneriakinya agar ia tidak diam di tengah jalan.

"Hey! Kepinggir!" Ujarku teriak dari pinggir jalan

Mobil itu semakin dekat, Aku langsung melepaskan tas yang aku genggam dan berlari ke tengah jalan.

/Brak

Aku mendorong tubuhnya agar terhindar dari mobil yang sedari tadi membunyikan klakson dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Alhasil kami berdua terjatuh.

Aku pikir mungkin rem mobil itu tidak berfungsi, atau mungkin juga karna mood pengemudinya sedang tidak baik

"Lo gapapa?" Ujar laki-laki itu, berusaha memegang salahsatu bagian tubuhku. Namun tatapannya ke arah lain,

Dia, Tunanetra?

To Be Continue





Yeay cerita ke-2 ku ini wkwkwkwk
Gimana? Lanjutin jangan nih?

©harutomine

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MidamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang