#.prolog

51 24 13
                                    

"Genggam tanpa memegang"

Kalimat sakral yang terdiri dari tiga kata itu akan menjadi pokok perjalanan kisah Devandra, saat ia menemukan seorang gadis bernama Afaya itu.

Entah alasan dari mana, sejak bertemu secara tidak langsung dengan gadis itu, Devandra merasa dirinya menjadi titisan malaikat.

Menyelamatkan nasib seorang gadis yang hidup sendiri tanpa keluarga, gadis yang membangun kembali kehidupan di tengah asingnya kota Jakarta.

Bagi Afaya memutuskan pindah ke Jakarta adalah keputusan terbaiknya, untuk hidupnya dan untuk masa depan barunya. Demi melupakan segala rasa hambar di hatinya sekarang.

Sedangkan Devandra, dari pertama kali ia mencium bau- bau akan kehadiran orang baru dihidupnya mencoba mencari tahu segala tentang Afaya. 

Pernah Devandra merasa melihat gadis ini di masa lalunya, dan merasa ia akan menjadi masa depannya.
Masa depan? Mungkin itu jauh dari bayangan. Karena pada kenyataannya Afaya hanya menganggap Devandra orang asing yang tiba-tiba membuat masalah baru di hidup barunya.

Masalah baru? Oh ayolah, Devandra pun merasakan hal yang sama dari kehadiran Afaya, Artinya mereka sama. Sama akan menerima hal baru yang akan mengunjungi mereka, sama akan menghadapi masalah yang ditentukan takdir.

Mungkinkah ini yang dikatakan takdir terbaik dari tuhan? Afaya belum menilainya.

Atau mungkin ini Jodoh yang telah dinanti Devandra? Tapi Devandra menyebut ini malapetaka dadakan dalam skenario tuhan untuknya.

Jika memang benar, jodoh adalah perbedaan yang disatukan untuk saling melengkapi, maka Afaya dan Devandra mengakuinya.

Baiklah perjalanan dimulai...

GIILLDOVE'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang