Hallo, selamat membaca
Ayo ayo pencet dulu bintangnya sebelum lanjut. Peringatan keras!***
Surabaya
Naura mendekati Afaya yang duduk dibalkon kamarnya, ia mengambil duduk disebelah Afaya. Naura merasa miris melihat sahabatnya yang sedang terpuruk ini.
Perempuan berkaca mata bulat itu membawakan Afaya segelas air, bisa dibilang Naura adalah gadis Nerd.
Perlahan ia merangkul bahu Afaya dan mengelus punggungnya, ia dapat melihat dengan jelas tetesan bening yang turun dari mata gadis 21 tahun itu.
Ditengah kebahagiaan mereka saat wisuda yang ditunggunya selama kuliah, orang tua Afaya meninggal yang menimbulkan duka mendalam di jiwa Afaya.
Beberapa jamnya kemudian, Afaya menerima sebuah kenyataan besar dari kakak yang disayanginya namun amat membencinya, Nessa.
Dosa apa yang dibuat gadis ini?
"Aku akan pindah ke Jakarta," ungkap Afaya mendadak.
Suaranya terdengar begitu serak terhanyut dalam gelapnya malam.
Naura yang sedang melamun tadi tersentak mendengarnya, ia melepas rangkulannya dan menatap Afaya tak percaya.
"Apa maksudnya, Fay? Dan dengan siapa kau hidup disana? Lebih baik kalo kau disini sa..."
"Untuk apa aku di Surabaya kalau keadaannya sama juga seperti di Jakarta, tidak ada bedanya. Aku akan tetap sendiri."
Potong Afaya sengit. Dan dengarlah disaat mencengkam mulut gadis itu masih saja pedas."Sendiri? Gigimu!, jelas kau bisa tinggal disini, kau tidak akan sendiri Fay. Aku temanmu," balas Naura dengan dahi berkerut.
Afaya menggeleng "Aku tidak ingin menumpang hidup lagi, aku ingin hidup mandiri."
"Tapi, Fay.."
"Kau mau bantu aku? terakhir ini saja," pinta Afaya.
"Apa pun,"
"Carikan aku tiket pesawat ke Jakarta besok," ucap Afaya.
Naura terbelalak, "besok? Kenapa.."
"Tolonglah, Ra"
Naura mengangguk lemah, "baiklah kalau kau sudah yakin, semoga hidupmu jauh lebih beruntung disana, Afaya." Ucap Naura yang tiba-tiba ikut menangis.
"Terima kasih"
***
"Aku jamin kau akan ketinggalan pesawat, kalau terus menulis buku itu" peringat Naura yang baru masuk ke kamarnya.
Ia melihat ada satu koper besar yang telah disiapkan oleh Afaya untuk kepergiannya beberapa jam lagi.
Afaya yang sedang menulis diary dibuku tebalnya hanya tersenyum kecil.
"Setidaknya aku tidak akan kesepian kalau ada buku ini," ucap Afaya sambil menutup bukunya.
"Kenapa? Memangnya untuk apa," sengit Naura.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIILLDOVE'S
Teen FictionAFAYA SHAILANA & DEVANDRA GILLDOVE "Genggam tanpa memegang" Apa maksudnya? Setelah 20 tahun fakta kehidupan yang terbongkar, Afaya memutuskan memulai hidup barunya di Jakarta sendiri, catat sendiri. Tapi baru saja dirinya menginjak tanah kota metrop...