Distrik Gloucestershire, South West England, Inggris.
Sebuah mobil sedan hitam membelah kesunyian jalan kota Costwolds. Suasana masih gelap. Kabut masih menggantung dan dingin merayapi setiap sudut tempat yang mereka tuju, yaitu Desa Bibury.
Samar-samar warna jingga terlihat diujung langit. Muncul perlahan dibalik gunung-gunung dan perbukitan hijau.
Gerombolan rusa liar dan tupai yang berada di sisi jalan kembali berlari ke hutan begitu mobil itu melewatinya. Apalagi suara deru mesin dari truk pembawa barang terdengar sangat bising. Membangunkan hewan-hewan yang masih terjaga.
Ada pendatang baru.
Kabar itu mulai tersebar ke setiap penjuru tempat. Ke hutan, danau, sungai dan lautan. Disampaikan oleh angin, dan diperjelas oleh pohon-pohon yang melambai sambil saling berbisik.
Sementara itu di dalam mobil tak ada yang bicara. Elle fokus menyetir sambil sesekali melirik khawatir ke belakang melalui kaca spionnya. Mobil pengangkut barang yang mengikutinya sesekali oleng. Bisa dipastikan pengemudinya dikuasai oleh rasa kantuk.
Disampingnya Emily, putrinya, tampak terlelap tidur. Sesekali matanya terbuka ketika mobil sedikit berguncang akibat jalanan berbatu yang mereka lewati.
Emily, gadis berusia 15 tahun dengan perawakan tinggi dan berambut coklat madu. Wajahnya tirus mirip dengan Elle, kedua matanya berwarna coklat gelap dengan tatapan setajam Ayahnya, William Winslet.
Manik Emily kembali terbuka, menatap sebal jalanan yang tak kunjung habis. Ia tak tahu kemana Ibunya itu akan membawanya.
Ujung dunia, mungkin. Pikir Emily putus asa.
Setelah kematian Ayahnya, Elle memutuskan untuk pulang ke Inggris bersama Emily. Kembali tinggal di desa terindah di Inggris itu, Desa Bibury. Dimana disana Elle mempunyai sebuah cottage pemberian William sebagai kado pernikahan mereka.
Emily, menghela nafasnya. Ia kembali terpejam merasakan ingatan kelam 3 bulan lalu yang tiba-tiba menghujam keras kepalanya.
🍁🍁🍁
Flashback !!!
Washington, Musim Gugur
Dunia Emily terasa berguncang hebat. Keluarganya telah dilanda kesedihan. Ayahnya, William Winslet, mengalami kecelakaan dan mobilnya masuk ke jurang. Saat berita itu sampai dirumah, Ayahnya belum kunjung ditemukan.
Disamping Emily, Elle terus menangis. Ia semakin histeris tatkala melihat alat penderek menarik mobil William yang sudah hancur tak berbentuk.
" Tidak, suamiku !! Will !! "
" Sabar, Nyonya !! "
" Pak, tolong suamiku .. "
" Maaf Bu, melihat kondisi mobil dan dalamnya jurang ini sudah dipastikan suami anda tak akan selamat " ujar Polisi yang membuat Elle semakin terisak.
Emily menggeleng, binar matanya redup bersamaan dengan air matanya yang menggenang disana. Ia merangsek paksa melewati garis polisi dan menuruni bukit menuju jurang tempat Ayahnya terjatuh. Tak mempedulikan teriakan Polisi dan Elle.
Jika polisi tidak dapat menemukannya, maka dia sendirilah yang akan mencari Ayahnya. Emily tahu pasti Ayahnya tak akan mati semudah itu.
" Em, Emily !! " Elle dan polisi berusaha mencegahnya. Nihil, Emily sangat cepat hingga polisi dibelakangnya tak dapat mencegahnya.
Deru nafasnya terdengar kasar ketika ia berlari menuruni bukit terjal berbatu. Tak mempedulikan kakinya yang terluka akibat gesekan. Matanya nyalang menatap liar ke setiap penjuru, berharap Ayahnya bisa ia temukan.
" Kau berjanji padaku, hari ini ulang tahunku. Jangan mengecewakanku lagi, Ayah .. " batin Emily
Panggilan Polisi yang menyusulnya turun terdengar semakin samar. Emily semakin jauh berlari. Hingga ia merasa tercekik ketika nafasnya sudah tak bisa dikontrol. Matanya buram dan langkahnya goyah hingga ia terjerat akar pohon dan terjatuh bebas.
" Aaakkkhhhh !!! " Terdengar teriakannya keras.
Elle terhenyak kaget hingga tak sadarkan diri. Ia kehilangan suaminya, anak semata wayangnya pun telah celaka diujung sana.
Emily merasakan tubuhnya menggelinding beberapakali. Membentur pepohonan lapuk dan berakhir di tumpukan daun maple.
Setelah itu sunyi. Hanya suara burung elang yang memekik dilangit bersama kepakan sayapnya yang terdengar menjauh.
Sampai terdengar suara erangan dari Emily. Ia berusaha berdiri, tapi kembali meringkuk ketika dirasakannya sakit di bagian tulang rusuknya.
Nafasnya tersengal-sengal, hangat terasa ketika ujung matanya kembali berair. Bersama perih dan sakit di sekujur tubuhnya yang terlentang di tanah datar yang cukup luas.
Emily menangis sejadinya, matanya menatap langit yang kian menghitam dengan pohon-pohon menjulang tinggi seakan-akan merengkuhnya. Ia menangis diantara langit dan hutan yang membisu.
Dedaunan pohon maple berjatuhan menimpannya seperti hujan. Gelap semakin datang seperti hendak memeluknya yang berkabut duka.
Bayangan Ayahnya, William muncul ketika ia menelpon Emily untuk mengabarinya akan pulang cepat. Ia ingin hadir di acara ulang tahun putri semata wayangnya itu. Berjanji akan datang, tak mengecewakannya lagi seperti tahun lalu.
" Tak apa .. aku memaafkan mu. Tapi kumohon pulanglah, Ayah .. "
Ditengah tangisnya Emily mendengar bunyi seperti suara engsel yang terbuka. Disusul alunan musik yang mengalun pelan.
Terdengar sayup-sayup, membuat tubuh Emily menegang. Itu adalah alunan musik klasik dari kota musik milik Ayahnya.
Mengabaikan sakitnya, Emily menoleh ke sebelah kiri. Sumber suara itu berasal. Mencoba merayap di tanah basah dengan dedaunan yang hampir memenuhi tubuhnya tadi.
" Ayah .. apa itu kau ? "
Sesuatu terlihat bergerak dibalik tumpukan dedaunan. Boneka ballerina terlihat disana. Menari riang dengan senyum yang kini terlihat menyeramkan bagi Emily.
Benar. Itu kotak musik milik Ayahnya. Emily menggapai benda itu. Terselip di antara akar pohon besar yang terjulur ke lautan.
Emily terhenyak, menatap darah yang memenuhi kotak musiknya dan lautan dibawah sana. Tangisnya pecah, ia sadar telah kehilangan dan goresan luka yang dalam dihatinya.
" Ayah .. ayah !! "
🍁🍁🍁
Tbc
Aaaaaaa ini projek gua tahun 2014 anjiirrr baru gua Up sekarang. Selain genre fan fiction, romance, gua coba genre kaya gini
Semoga kalian suka 💙❤
Silahkan tinggalkan jejak dengan vote dan komentarnya.
Don't be sider 🍃🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Wizard World - The Secret Book & Forbidden Forest
FantasyDunia Emily jungkir balik setelah kematian misterius Ayahnya. Kotak musik yang berlumuran darah, pintu rahasia, hingga kedatangan Bobly, Peri yang datang dari mimpinya. "Hallo, Em. Mau bermain?"