"Ra, aku tuh nggak suka kamu dekat-dekat sama Reza!" Seorang laki-laki dengan kemeja biru tiba-tiba saja berkata kepada seorang perempuan berkerudung maroon yang sedang duduk di taman universitas yang memiliki meja bundar.
"Rafan! Kami tuh cuma kawan biasa. Lagian wajar juga dekat, dia kan ketua organisasi Jurnalis yang aku ikuti." Perempuan itu mulai terlihat jenuh. Dia melepaskan kacamatanya yang sedari tadi bertengkar manis di wajah manisnya.
"Pokoknya kamu tetap nggak boleh dekat sama dia Zahara!"
"Fan please. Ngertiin posisiku juga. Hubungan ketua dengan sekretaris ya gini." Zahara bangkit dari duduknya. Dia menaruh kembali buku bertuliskan Fikih Wanita pada sampulnya ke dalam tas.
"Ara aku ini pacar kamu loh!" Rafan menarik tangan Zahara hingga dia merintih kesakitan karena cengkramannya yang terlalu kuat di lengannya.
"Kita putus aja ya?!" Zahara mengatakannya dengan sangat pelan nyaris seperti bisikan.
"What? Kamu bilang apa tadi?" Rafan refleks melepaskan tangan Zahara.
"Kita putus aja?!"
"Gara-gara si ketua itu kan pasti?" Mukanya terlihat memerah karena marah.
"Su'udzon banget sih kamu. Aku ingin memperbaiki diri. Kita sama-sama perbaiki diri Fan. Kalau kamu emang mau serius sama aku, kamu bisa langsung temui orang tuaku kan? Aku capek sama hubungan haram ini. Aku udah sadar kalau selama ini kita salah. Ini nggak bener Fan. Kamu mengerti kan?" Zahara terlihat berhati-hati dalam kata-katanya. Matanya menatap ke arah pulpen yang sedari tadi digenggamnya.
Rafan tertawa dengan nada yang dipaksakan. Matanya menatap tajam perempuan yang sedang berdiri di depannya dengan kesal.
"Maaf," Zahara berkata lagi saat tidak mendapat respon dari lawan bicaranya.
"Fan, aku pergi dulu ya, ada urusan organisasi. Assalamu'alaykum." Zahara memilih langsung meninggalkan Rafan disana sendiri. Hatinya sesak dengan keputusan yang dia buat itu. Tapi Zahara tidak punya daya apapun. Zahara melepaskan Rafan karena dia mencintai laki-laki itu karena Allah, maka dia akan melepaskannya juga karena Allah.
Cintanya tidak salah, tapi cara mengungkapkannya salah. Dengan pacaran sama saja kita membuka jalan setan untuk membuat kita terjerumus kemaksiatan. Walaupun selama ini Rafan tidak pernah macam-macam, tetap sama mereka dosa karena sering berduaan, chat privat yang sama saja dengan khalwat. Kita tidak bisa menjamin kapan iman kita akan turun kan? Zahara hanya tidak mau mereka dipertemukan dengan jalan kemaksiatan. Biarlah Allah yang akan menentukan jalannya.
Zahara menoleh ke belakang untuk melihat Rafan. Sedikit terkejut saat melihat Rafan sedang duduk bersama seorang perempuan.
Zahara mencoba menajamkan penglihatannya. "Oh Kinan." Gumamnya pelan. Zahara kembali menghela napas lega.
Kinan adalah sepupu Zahara. Kinan juga bersahabat dengan Rafan jadi Zahara tidak perlu mengkhawatirkannya karena hal itu sudah biasa.
Mereka bertiga -Zahara, Rafan dan Kinan memang selalu bersama ke manapun. Mengerjakan tugas kampus bersama, kadang berliburpun bersama.
Zahara merindukan kebersamaan mereka tapi sepertinya mulai saat ini dia akan lebih menjaga pergaulannya dengan laki-laki. Bukan hanya dengan Rafan saja.
"Semangat Ara!!" Katanya pada diri sendiri. Dengan senyumnya yang tercetak indah.
***
Bismillahirrahmanirrahim
Haii!! Selamat datang di story pertama kamiii..
Prolog ini semoga suka yaa 😊
Jazakumullahu khair 😇
Salam dari kami yang sedang berkolaborasi..
KAMU SEDANG MEMBACA
Prahara Cinta Zahara
SpiritualIni tentang perjuangan seorang muslimah dalam menggapai cinta yang lebih sempurna. Tentang Zahara wanita muslimah yang tabah dan lembut hatinya