[4] Kecewa

709 71 22
                                    

Mina POV

Aku bangun di pagi hari dan melakukan aktivitas seperti biasa. Ku lihat kembali ponselku dan membuka profil orang paling aneh yang pernah aku temui.


Gila, dia bisa keren juga.

"Mina! Oppa berangkat duluan. Ada Paman Choi yang akan mengantarmu. Jaga dirimu baik baik. Love you." Kulihat Kakak ku berteriak dari balik pintu.

"Iya, oppa! Hati hati!"
.
.
.
.
.
Ahh, sepertinya aku terlalu bersemangat untuk datang ke sekolah. Lihat sekolah masih sepi.

Aku sengaja melewati kelas orang idiot itu walaupun harus ke toilet dahulu. Tapi, sepertinya itu menyenangkan. Dan ternyata si idiot itu belum datang.

Aku kembali ke kelas dan suasana kelas sudah sedikit ramai oleh para siswa.

Kedua sahabatku sama sekali belum muncul.

"Mina! Mina!" Tiba tiba Jihyo datang dan berlari seorang diri, tanpa Sana yang biasa mendampinginya seperti magnet.

"Jihyo, ada apa?" Aku sedikit panik.

"Kau tau? Kemarin malam, Jeongyeon terkena razia. Sedangkan Sana tertangkap saat akan kabur bersamaku!" Jihyo berkata dengan nafas memburu nya.

"Apa!?"

"Iya! Kemarin malam, Kim Seokjin tidak menghadiri balapan. Dia malah melaporkan pada polisi bahwa sedang ada balapan liar!" Dasar pengecut! Musnahlah kau, Kim Seokjin!

"Baiklah! Terima kasih infonya!" Aku segera berlari. Mencari Dahyun sahabat dekat Jeongyeon.
.
.
.
.
.
"Dahyun!" Aku memanggilnya yang sedang berbicara serius kepada teman teman nya. Aku tahu mereka juga teman Jeongyeon.

"Mina? Ada apa?" Dia ijin menghampiriku.

"Apa yang terjadi pada Jeongyeon?" Dahyun langsung menatap mataku.

"Darimana kau tahu?" Tanyanya heran.

"Sudah jangan banyak bicara. Langsung saja!" Sungguh, aku panik sepanik paniknya!

"Dia terjaring razia. Dan tadi pagi aku menanyakan kabarnya lewat kakaknya." Dia menjelaskan tentang yang di alami Jeongyeon kemarin.

"Lalu, bagaimana?"

"Jeongyeon di skors selama tiga hari." Entah kenapa aku jadi sedih. Mungkin karena si idiot itu tidak akan masuk sekolah selama tiga hari? Entahlah.

"Sepulang sekolah, anak anak akan mampir ke rumah Jeongyeon. Mau ikut?" Tawar Dahyun. Tentu saja aku mengangguk.

"Baiklah."
.
.
.
.
.
Aku menaiki motor Dahyun di bagian jok belakang ada satu mobil dan tiga motor termasuk Dahyun. Sesampainya di halaman rumah Jeongyeon, aku segera turun.

Ceklek

"Eh, kalian. Ayo, masuk! Jeongyeon sedang bermain PlayStation di ruang tengah." Wajah wanita itu sangat cantik. Sepertinya familiar saat aku membaca majalah atau menonton iklan di tv. Tapi, aku juga melihatnya di beberapa drama Korea.

"Kau pasti Mina, ya?" Wanita tadi menebak namaku saat aku akan masuk dan tersenyum padanya.

"I-iya, unnie." Aku tersenyum canggung padanya.

"Ngomong ngomong, perkenalkan. Aku, Yoo Seungyeon." Dia mengulurkan tangannya padaku.

"Mina, Myoui Mina." Aku balik tersenyum saat mengetahui bahwa dia adalah kakak dari Jeongyeon.

"Silahkan silahkan." Seungyeon unnie menyambutku dengan ramah.

Aku masuk dan melihat Jeongyeon sedang asyik bersama teman temannya yang baru saja masuk.

"Mina?" Jeongyeon menyadari keberadaan ku langsung berdiri dan berjalan ke arahku. Sungguh, aku sangat lega melihat dia ada di depanku sekarang. Jika saja tidak ada orang disini, aku pasti akan memeluknya.

"Guys, kalian bermain saja dulu. Aku akan segera kembali." Jeongyeon mengajakku mengobrol. Kami duduk di kursi kayu dekat kolam renang. Susana di sini sangat damai.

"Kenapa kau kemarin?" Mataku berkaca-kaca sambil menatapnya. Sungguh, aku sangat khawatir.

"Ohh, aku hanya bermain dengan Seokjin. Dia orang yang asik." Dia hanya tersenyum. Aku langsung menarik hidung mancungnya.

"Mina! Mina! Tolong lepaskan! Ini sakit!" Dia berteriak seperti anak kecil.

Aku melepaskan cubitanku padanya. Aku menatapnya.

"Aku hanya khawatir padamu. Bisakah kau berhenti melakukan hal hal berbahaya seperti itu?" Pintaku. Dia terdiam, hanya menunduk dan memainkan kuku jarinya.

"Jeong, syukur kemarin kau hanya terkena razia. Jika, lebih buruk dari itu? Atau yang mengancam nyawamu?" Dia tetap diam.

"Maaf, Mina. Aku tidak bisa." Kali ini dia menjawab. Entah, kenapa aku sangat kecewa, bahkan sangat kecewa

saat dia menolak permintaanku. Padahal itu untuk kebaikannya sendiri.

"Baiklah. Aku bukan siapa siapa bagimu. Aku lupa. Maafkan aku telah lancang. Permisi." Aku berjalan masuk. Ada Dahyun yang ku yakini hanya berpura pura mencari barang apapun itu.

"Dahyun, aku pulang dulu." Aku pamit pada Dahyun.

"Aku akan mengantar-"

"Tidak usah." Aku langsung mengambil tasku di sofa. Banyak yang menatapku penuh tanya. Aku tidak mempedulikannya, melainkan langsung bergegas pergi.
.
.
.
.
.
Ting tong

Aku memencet bel apartemen Sana. Aku yakin, dia sedang ada di apartemennya.

Ceklek

"Mina?"

"Sana..." Aku langsung menghambur ke pelukannya. Menangis guna numpahkan segala kekecewaan ku pada Jeongyeon.

"Sstt... Mina, ada apa?" Tanya Sana lembut. Ia mengajakku masuk. Lalu, memasuki kamarnya.

"Sekarang tenangkan dirimu... Jika kau sudah tenang, ceritakan padaku, ok?" Aku menarik nafas ku kemudian menghembuskannya. Aku mulai bercerita pada Sana tentang sikap Jeongyeon tadi.

Saat selesai bercerita, tiba tiba b berbunyi,

Ting tong

Aku menunggu di sini. Menunggu Sana menerima tamu.

Namun, kenapa sedikit lama?

Akupun mengecek keluar. Dan melihat dia berdiri dengan seseorang yang membuatku menangis.

"Jeongyeon?" Gumamku karena sedikit kaget. Bagaimana dia mengetahui aku disini?
.
.
.
.
.
Tebece
Maafkan typo



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia; JeongMi✓ [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang