Prolog

10.7K 213 7
                                    

Pernah dengar cinta sepihak? Atau malah pernah merasakannya sendiri? Kira-kira seperti itulah yang dirasakan oleh Cika. Si gadis yang tak berani mengungkapkan perasaannya pada seorang laki-laki bernama Ardelian Ciko Narendra atau yang kerap disapa Ciko. Namanya hampir sama, dan Cika harap nasib mereka juga sama. Setidaknya itu adalah khayalan yang terus ia bangun selama beberapa tahun terakhir ini.

Ciko bukan laki-laki yang sempurna luar dalam. Poin utama yang membuat Cika jatuh cinta ya karena Ciko itu ganteng. Harus Cika akui jika semua keluarga Ciko itu bibit unggul, setidaknya jika ia menikah dengan Ciko, paling tidak dia bisa memperbaiki keturunan. Ia akui lagi, jika dirinya banyak mengkhayal. Poin kedua, Ciko itu baik. Itu terlihat bagaimana Ciko memperlakukan keluarganya. Sungguh kebetulan sekali adik Ciko itu sahabatnya sendiri. Poin yang ketiga dan yang membuatnya yakin jika cowok itu cocok menjadi laki-laki idamannya karena cowok itu pintar. Setidaknya cinta yang Cika anggap sebagai cinta monyet ini bisa mewarnai masa-masa SMA-nya.

Pertemuannya dengan Ciko terbilang cukup sederhana. Pertemuan bocah SMP dengan bocah SMA yang bisa dianggap klise, seperti kalian melihat FTV yang pertemuannya cukup sederhana tapi cukup membekas. Cika yang masih SMP, untuk pertama kalinya melihat Ciko yang tampak keren. Pulang sekolah yang harusnya Cika jadikan untuk mengerjakan tugas kelompok malah berakhir dengan menghibahkan Ciko. Ceritanya Cika yang merasa jatuh cinta pada pandangan pertama, berusaha untuk mencari tau mengenai Ciko lebih dalam lagi.

"Gila, Ris. Itu saudara lo? Keren banget." Cika mulai mengajak gadis yang ia panggil Ris, atau lebih tepatnya bernama Clarisa. "Namanya Ciko, ya? Kayak nama gue, mungkin jodoh kali."

Hanya karena pertemuan singkat itu, Cika benar-benar berubah. Dari pertemuan pertama, kedua, hingga selanjutnya. Mulai dari memuji, menatap kagum, grogi, itu yang Cika alami jika berada di dekat Ciko. Cinta yang mulanya ia anggap cinta monyet entah kenapa terus saja berlanjut, bahkan harus ia akui jika melihat laki-laki yang lebih dari Ciko, entah lebih tampan, pintar, atau yang lainnya, ia hanya merasa kagum, tapi tidak bisa melebihi apa yang ia rasakan pada Ciko.

Seperti biasanya, Cika seringkali bertanya mengenai bagaimana keadaan Ciko pada Clarisa. Saat ini, Ciko tidak bisa dalam jangkauannya, karena cowok itu memutuskan untuk berkuliah di Jogja. Bisa saja ia menanyai Ciko melalui pesan singkat bagaimana keadaan pemuda itu, tapi ia tidak seberani itu bertanya. Nomor Ciko memang sudah ia kantongi, tapi keberaniannya hanyalah sebuah harapan. Bahkan setiap kali mereka bertemu, seringkali keduanya malah merasa canggung, dan yang paling menyebalkan adalah ketika Ciko sering melupakan namanya. Memang namanya sesulit itu untuk disimpan pada memori otak, padahal nama mereka saja hampir sama.

"Habis sakit kemarin dia, tapi cuman sebentar doang. Kemarin dia habis kehujanan pas pulang mau ke kos-kosannya."

Penjelasan dari Clarisa sontak membuat Cika benar-benar merasa khawatir. Ciko baru sakit, dan pemuda itu berada jauh dari jangkauannya. "Tapi sekarang udah nggak papa, kan?"

"Udah nggak papa. Lagian cuman batuk sama pilek. Sempet panas sih katanya, tapi nggak lama."

Cika mengangguk paham. Selama ini, hanya Clarisalah yang mengetahui bagaimana perasaannya kepada Ciko. Ia cukup takut untuk mulai bercerita mengenai masalah hati kepada sembarang orang. Clarisa menjadi pemegang rahasia semenjak mereka masih SMP, tapi belum lama ini beberapa temannya sudah mulai tau. Berbicara mengenai hal ini kepada orang tuanya juga bukanlah hal yang tepat bagi Cika.

***

Akhirnya cerita ini balik lagi setelah hampir 2 tahun. Cerita ini emang sengaja aku ilangin sebentar karena cerita Clario lagi revisi. Ya seperti yang kalian tau, cerita Clario udah selesai dan aku bakalan buat cerita baru lagi, juga revisi ceritaku yang CCT. Prolognya segini aja, sampai jumpa di bab selanjutnya.

Makasih♡

MYSELF [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang