PAK HELMI CINTAKU

16.6K 291 65
                                    



AKU bergegas membereskan barang-barangku. Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam dan ini saatnya pulang. Badanku rasanya remuk. Hari ini aku merasa jauh lebih sibuk dibanding hari-hari sebelumnya.

Oh ya, kenalkan namaku Junaedi. Orang-orang memanggilku Jun. Aku bekerja sebagai satpam di sebuah bank swasta. Jam kerjaku sebenarnya hanya 7 jam, dan minggu ini bagian shift 2, tapi seorang rekan kerjaku di shift pagi izin karena ibunya sakit, jadinya aku yang ditugaskan menggantikannya sementara.

Selesai berganti baju dan mengemasi barang-barangku, aku pamit pada temanku yang bertugas di shift malam. Aku bergegas masuk ke dalam. Ada seseorang yang harus kujemput.

Hampir semua ruangan sudah gelap. Aku menaiki anak tangga menuju lantai dua. Di ujung lantai masih ada satu ruangan yang lampunya masih menyala. Aku segera menuju kesana dan masuk.

"Pak Helmi, mau pulang sekarang?" tanyaku pada seorang pria yang masih sibuk di depan laptopnya.

Pak Helmi mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Ayo!" ia mematikan laptopnya dan mengambil tas serta jaketnya.

Aku dan Pak Helmi menuju parkir belakang. Motorku kuparkirkan disana. Segera setelah memakai helm dan menyalakan mesin, aku membonceng Pak Helmi pulang.

Di tengah perjalanan, Pak Helmi melingkarkan tangannya di pinggangku. Dagunya disandarkan ke pundakku.

"Aku bakal kangen banget sama kamu, Bang," ujarnya.

Aku mengangguk. "Aku juga."

Ada rasa sedih menelusup. Hari ini adalah hari terakhir Pak Helmi bekerja, besok ia dipindah ke luar kota, ditempatkan di cabang lain.

"Tadi aku sudah pamit ke Pak Anto, dia bilang semua keperluanku sudah disiapkan disana," ujar Pak Helmi. Pak Anto adalah atasan Pak Helmi.

Aku mengelus tangannya yang melingkar di pinggangku. "Jaga kesehatanmu ya, jangan sering lembur. Hari libur, Abang janji bakal sering nemuin kamu."

"Abang juga, jangan nakal ya. Jangan suka ngobrol-ngobrol sama Mbak Santi, aku nggak suka."

Aku tertawa. "Abang nggak suka Mbak Santi, dia nggak seganteng kamu!"

Kami berdua tertawa.

"Sayang aku lapar, kita makan nasi goreng dulu yuk!" ajaknya.

Aku mengangguk. Kupinggirkan motorku di sebuah warung nasi goreng. Aku dan Pak Helmi—maksudku pacarku, makan dengan lahap disana.

Helmi Indrawan adalah pacarku sejak satu tahun lalu. Dia lebih muda lima tahun dariku. Pak Helmi ini—begitu aku menyebutnya di kantor, adalah manager di kantor. Dia orang tekun, prestasi kerjanya luar biasa, kariernya melesat, di usianya yang baru 27 tahun, ia sudah menduduki jabatan strategis.

Awal berpacaran dengannya karena dulu Pak Helmi suka lembur. Aku yang kebagian shift malam sering menemaninya. Aku sering disuruhnya membelikan makan malam, memijit pundaknya, hingga menyelimutinya ketika dia tak sengaja tertidur di meja kerjanya. Hingga rasa suka itu timbul dan aku nekat menembaknya. Diluar dugaan Pak Helmi menerimaku dan kami berpacaran sejak itu.

Aku tidak tahu kalau diriku ini memiliki kecenderungan menyukai sesama jenis. Aku sendiri pernah menikah dan bercerai karena istriku selingkuh. Aku menduda cukup lama hingga akhirnya bertemu dengan Pak Helmi yang kini menjadi pacarku. Pak Helmi sendiri belum pernah menikah, ia memutuskan melajang karena sadar dirinya seorang gay dan tak mau menikah dengan perempuan hanya untuk menutupi keadaannya.

Kami tiba di apartemen dinas milik Pak Helmi yang kami tinggali bersama semenjak resmi berpacaran karena Pak Helmi yang memintaku.

Malam ini aku menyiapkan sesuatu yang istimewa untuknya. Aku menyiapkan bak mandi penuh dengan kelopak bunga mawar merah. Tak lupa lilin-lilin beraroma terapi kupasang disekeliling agar tercipta suasana romantis.

Aku menggamit tangan kekasihku, kuajak ia menuju kamar mandi yang sudah kusiapkan.

"Sayang...ini..." Pak Helmi tampak takjub.

"Spesial buatmu, Sayang..." aku memeluknya dari belakang. Kucium lehernya dan kuhirup aroma tubuhnya.

Kekasihku hanya terdiam. Ia menikmatinya.

Dari belakang aku mulai membuka kancing kemejanya. Kuraba dadanya, kuremas putingnya. Pacarku mendesah nikmat. Dengan gerakan cepat, kubuka semua bajunya, celananya, begitupun denganku, tak kutinggalkan sehelaipun pakaian di badanku. Kubimbing kekasihku menuju bathtub. Aku berbaring lebih dulu, ia di atasku.

Dari bawah, aku meraba-raba dadanya. Kukecup lehernya, telinganya. Kuraba pusar, lantas turun ke kontolnya yang tegang. Aku memainkannya. Aku meremasnya. Aku menikmatinya.

"Sayang... teruskan..." desahnya.

Lalu kupijat bokongnya. Kuraba belahan pantatnya hingga kutemukan lubang kenikmatan yang selalu membuatku mengawang-awang.

"Masukkan Sayang, ayo..." katanya tak sabar.

Atas permintaannya. Kumasukkan kontolku perlahan. Kekasihku mengerang kesakitan tapi menyuruhku meneruskan. Aku semakin bersemangat. Kontolku melesak, masuk melalui lubang sempit itu.

Di dalam bathtub penuh bunga itu, aku ngentot Pak Helmi. Ah, rasanya sungguh luar biasa. Beda dengan yang biasa kami lakukan di atas kasur. Helmi tampak sangat menikmatinya begitupun denganku.

"Ahhh Sayang..."

"Kamu suka Sayang?"

"Suka banget, aku cinta sama kamu."

"Aku juga cinta banget sama kamu."

"Aku...aku juga..."

"Arrrggghhhh..."

Permainan kami berlanjut hingga tengah malam.


Keesokan paginya, aku mengantar Pak Helmi ke stasiun kereta. Pak Helmi tak seceria biasanya. Aku ingin sekali memeluknya namun tak bisa.

"Jaga dirimu baik-baik ya, Pak." Ucapku.

"Aku pasti bakal kangen banget sama kamu, Bang."

Aku mengangguk. "Aku juga," timpalku. "Nanti malam kutelpon ya, handphone nya jangan dimatiin."

Pak Helmi mengangguk.

Kami berpisah di depan pintu gerbang. Ia memelukku dan melambai padaku begitu melewati peron. Akhirnya kami berpisah setelah setahun lebih hidup bersama.

Siang harinya aku ke kantor. Shift 2 dimulai pukul dua siang sampai sembilan malam. Aku mulai bertugas menggantikan temanku di shift 1. Pukul lima sore, aku dipanggil Pak Anto. Beliau adalah direktur cabang bank ini.

"Sore Pak," sapaku begitu masuk ruangannya.

Pak Anto tampak sibuk di mejanya. Ia menyuruhku duduk.

"Bagaimana, Helmi sudah pergi?" ujarnya sambil menatapku.

Aku mengangguk lantas berdiri dan berjalan mendekatinya.

Kuraih tangannya dan kukecup bibirnya. "Sekarang, aku menjadi milikmu sepenuhnya."

***

Pak Helmi CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang