Bukan Salah Cinta 3

57.7K 2.7K 116
                                    

Sumpah baper banget aku tuh ya menerima respon luar biasa readers tersayangku...sesuatu banget buat aku.
Terima kasih banyak buat yang udah vote dan komen, maaf bila gak semua komen readers tersayangku aku balas, tapi aku baca kok sambil senyum senyum sendiri kek orang gila...
Nah...langsung aja yak...selamat membaca...

Aku terbangun dari tidurku dan sedikit bingung dengan keadaanku. Tapi kemudian, ingatan kejadian itu kembali membuat aku sedih. Kutolehkan kepalaku dan kulihat Om Fabian tertidur dengan posisi tidak nyaman. Terlihat gurat kelelahan di wajahnya membuat aku makin sedih. Kenapa aku harus mengalami kecelakaan. Aku tidak mau makin mengganggunya , apalagi dengan kondisiku yang masih lemah...dia jadi terpaksa merawatku.

Aku menatap langit langit kamarku sambil membayangkan seandainya ada mama atau papaku, pasti Om Fabian tak perlu harus menggantikan Oma Yessy menjagaku. Aku terkejut saat kurasakan usapan jari pada air mataku yang jatuh di pelipisku.

"Ada yang sakit? Atau kamu mau sesuatu"

Aku menggelengkan kepalaku dan menatapnya. Dia juga tengah menatapku dengan ekspresi yang sulit kutebak. Aku mencoba bangkit tapi merasa aneh karena aku tak dapat merasakan kakiku merespon usahaku.

"Kenapa kaki Dee Om?"

Aku mencoba bangkit tapi Om Fabian menahanku dan menatapku sendu.

"Kan Om sudah bilang kalau tulang paha dan betis kamu patah Dee...jangan banyak bergerak dulu"

Aku terdiam dan ingat dengan benturan yang kurasakan sebelum pingsan waktu kecelakaan itu terjadi. Aku memejamkan mataku menghalau rasa tak nyaman yang kurasakan.
Om Fabian membelai rambutku dengan lembut membuat hatiku semakin terluka karena aku sudah tahu arti kehadiranku baginya.

"Om tidak ke kantor?"
"Om mau menemanimu...urusan kantor sudah Om wakilkan pada Hanna"
"Dee tidak apa apa Om...ada perawat yang akan membantu kalau Dee perlu apa apa"
"Tidak apa apa Dee..."

Aku diam enggan membantahnya lagi. Aku mengabaikan tatapannya dan memilih menatap ke arah luar jendela kamarku. Posisiku yang pas membuatku bisa melihat bunga bunga di taman luar jendela.

"Dee....maafkan..."

Kata kata Om Fabian diinterupsi ketukan pintu dan dua orang perawat bersama seorang dokter memasuki ruang rawatku.

"Selamat pagi Nona Deandra"

Aku tersenyum membalas sapaan mereka. Seorang suster memeriksa perban di kaki kananku dan seorang lagi mengecek suhu tubuh dan tekanan darahku. Dokter yang keketahui dari name tag nya bernama dr Hans tersenyum ramah.

"Apa yang anda rasakan?"
"Aku tidak merasakan kedua kakiku..."

Dokter Hans mendekatiku dan memeriksa kaki kiriku.

"Coba gerakkan jari kaki anda Nona"

Aku menuruti instruksinya tapi aku tak bisa. Aku melirik wajah Om Fabian yang terlihat tegang lalu kembali fokus menggerakkan jari jari kakiku tapi nihil. Kepanikan mulai menyerangku membuat Om Fabian mendekatiku dan menggenggam tanganku.

"Kenapa dengan kakiku?! Kenapa Dokter?!!!"
"Ssshhhh....kamu tenang dulu Dee..."
"Om? Apa yang terjadi dengan kakiku?"

Aku meronta dan menangis histeris membuat Om Fabian terlihat panik. Dokter Hans mengisyaratkan sesuatu pada seorang perawat dan tak lama kurasakan sengatan kecil di bahuku. Aku mencoba menolak tapi Om Fabian menahan gerakanku. Aku menjerit dan menangis sampai perlahan kurasakan tenagaku melemah. Om Fabian menciumi tanganku dengan mata berkaca kaca.

Aku mulai mengantuk, tapi sayup sayup kudengar percakapan Om Fabian dan Dokter Hans yang membuat aku ingin menjerit.

"Sepertinya benar dugaan awal kita..."
"Tapi dia bisa berjalan lagi kan Dokter?"
"Kita bisa melakukan terapi, tapi yang utama adalah semangat pasien...kita harus membuat dia memiliki semangat untuk sembuh"
"Baik Dokter...terima kasih"
"Sama sama...permisi"

My Another Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang