Prolog

38 2 0
                                    

"Kamu gak cape apa? Tiap hari kerjaannya berantem, tawuran, balapan. Papa masukin kamu ke sekolah itu buat nuntut ilmu bukan bikin yang aneh-aneh!" Hendra kini sedang menatap anaknya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Papa cape, kalo tiap hari kamu gini terus, pulang malem muka bonyok. Dan satu yang papa syukuri, papa gak perlu repot-repot datang ke sekolah karna panggilan guru kamu! Karna sekolah itu milik papa sendiri!"

"Udah mas udah!" ucap wanita sedikit masih muda dari hendra yang berjalan mendekati Hendra yang sedang memarahi anak nya lalu menyodorkan kopi di depan suaminya itu dan duduk berhadap-hadapan dengan anaknya.

Arsen!! Dia sedang di marahi papa nya habis-habisan sekarang karna ulahnya semalam. Arsen duduk di samping kiri meja makan dengan papa nya yang duduk di kursi ujung meja makan menatapnya lekat mungkin lebih tepatnya penuh emosi.

Arsen mengikuti konfoy yang berujung tawuran semalam, hingga sampai rumah wajahnya di penuhi lebam hingga sang papa memarahinya sekarang sebenarnya Arsen tak memperdulikan ucapan papa nya yang terpenting ia duduk manis dan mendengarkan ucapan papa nya lalu selesai.

Mereka sedang melaksanakan sarapan pagi ini, tapi suasana menjadi berbeda karna papa nya membahas masalah semalam di waktu sepagi ini.

"Tapi mah, papa udah gerah liat tingkah laku anak ini!" Mila, mama tiri Arsen hanya menghembuskan nafas kasar.

"Arsen gak boleh gitu dong!" ucapnya lembut "Arsen udah gede jadi harus bisa ngurus diri arsen sendiri!" lanjutnya lagi.

Namun Arsen tidak bergeming, ia tetap diam mendengarkan setiap kata yang mereka katakan, arsen malas pagi pagi harus bertengkar dengan sang papa.

"Papa harap kamu bisa lebih dewasa lagi, kamu udah kelas XI udah harus bisa liat dan pilih-pilih mana yang baik mana yang buruk buat kamu!" Hendra kembali bersuara.

Arsen hanya diam dan fokus pada roti yang sedang berhadapan denganya diatas piring, Arsen melirik sesekali kepada sang Papa. "Papa gak mau kamu terjerumus sama pergaulan yang bebas!" Hendra menyimpan gelas kopi yang sebelumnya ia seruput.

"Udah ngomong nya? Arsen berangkat dulu!" Arsen berdiri lalu meninggalkan ruang makan

"Arsen tidak sopan kamu" ucap Hendra dengan emosi

"Udah mas udah mungkin arsen masih belum menerima aku" ucap Mila kemudian.

" Tapi dia udah keterlaluan kalau seperti itu " balas Hendra menahan amarah nya

" Gak apa apa mas kita harus mengerti kondisi arsen juga " kata Mila dengan lembut

" cihh, sok manis jadi orang " batin Arsen yang masih bisa mendengar percakapan papa nya dengan ibu tiri nya

STESEN [ SLOW UPDATE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang