“Aku sedang berada di Incheon, mmm menemui client yang aku ceritakan kemarin,” ujar Irene saat ia turun dari mobil, satu tangannya memegangi ponsel.
“Ah, client mu dari Kanada?”
“Mmh, sepertinya aku akan pulang agak malam hari ini ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”
“Gwaenchana, aku juga akan pulang agak malam.”
“Baiklah, nanti aku hubungi lagi.” ujar Irene sebelum menutup telepon.
Ia memasuki restoran mewah di kawasan Gyeonggi, Incheon. Irene melirik ke arah jam tangannya sekilas, “Apa aku terlambat?” batinnya dalam hati.
“Permisi, reservasi atas nama Irene Bae, disebalah mana?” tanya Irene pada salah seorang pelayan.
“Mari saya tunjukkan,” balas pelayan itu ramah. Irene mengikuti langkahnya dari belakang, mereka menaiki tangga menuju lantai dua.
“Silahkan,” ujar pelayan itu.
“Terimakasih,” balas Irene yang buru-buru masuk pada salah satu ruangan khusus yang telah ia pesan. Tepat sesuai dugaannya, Irene terlambat. Saat ia memasuki ruangan itu, sang client dari Kanada telah menunggu di dalam. Ia tampak sibuk membaca sebuah koran, sembari menunggu kedatangan Irene.
“Permisi? Maaf, saya terlambat.” ujar Irene mengawali, ia tersenyum meminta maaf. “Jalanan cukup macet saat dalam perjalanan kemari, apakah anda sudah menunggu cukup lama?”
“Oh? Ah it's okay,” pria itu tersenyum ramah, “Aku baru datang sepuluh menit yang lalu,” ujarnya sambil meletakkan koran yang ia baca. “Apakah, anda Direktur Bae?”
