02 • Revian Chandrakala

504 58 30
                                    

[ s e r e n i t y ]

Brak!

Mejanya digebrak kuat-kuat. Membuat sang pemilik yang sejak tadi tertidur pulas terbangun. Ia mengerjapkan matanya sejenak. Mengumpulkan kesadaran yang berceceran entah kemana.

"Bangun lo!" Suara membentak itu terdengar keras. Bahkan hingga keluar kelas. Ia menarik kerah baju lelaki yang masih terlihat mengantuk.

"Bayar utang lo!" Johan, cowok yang dari tadi hanya berteriak marah kini menyiapkan bogem mentahnya. Mengancam seorang Revian yang belum juga sadar sepenuhnya.

Revian mendorong Johan tanpa tenaga lantas berdecih. Ia mundur selangkah sebelum menyugar rambut hitamnya yang mulai gondrong hingga menutupi matanya. "Yang utang Bokap gue. Kenapa lo nagihnya ke gue?" tanyanya enteng.

"Tapi dia suruh minta sama lo!" Johan mencekal kerah Revian untuk kedua kalinya. Menatap lelaki itu penuh amarah.

Revian berdecak lantas bergumam, "Tua Bangka brengsek." Kemudian ia balik memandang Johan. "Bukannya Bokap gue utang ke Bokap lo? Kenapa lo sebagai anak ikut campur? Belajar jadi rentenir, heh?" Lelaki itu tersenyum sinis.

Bug!

Satu tinju mendarat di wajah Revian. "Lo manusia nggak berguna nggak usah banyak bacot! Tinggal bayar utang Bokap lo apa susahnya?" sentak Johan dengan wajah memerah. Bahkan urat lehernya terlihat menonjol.

Revian berdecak malas. Johan hanya salah satu dari sekian banyak orang yang selalu membuatnya babak belur. Lelaki itu sudah terlalu sering mendapat luka fisik karena ulah temannya.

Teman? Ah, sejatinya seorang Revian memang tidak pernah memiliki teman. Mana mau mereka berteman dengan lelaki bobrok sepertinya.

Rambut gondrong, pakaian yang tidak pernah rapi, seringkali terlambat, selalu tidur dalam kelas, juga murid yang seringkali dibenci guru bahkan orang-orang yang ada di SMA Dirgantara.

Jangan harap seorang Revian adalah sosok bad boy idaman seperti yang ada di novel-novel, ia hanyalah cowok pemalas dengan seabrek nilai merah. Sangat tidak pantas jika seorang Revian didamba.

Bug!

Pukulan yang dikirimkan Johan kembali mendarat di wajahnya. Hingga membuat sudut bibir semi tebalnya berdarah. Mengusapnya, lelaki itu terdiam. Tidak melawan. Sudah kerapkali ia menjadi korban dari perbuatan ayahnya. Hutang di mana-mana dan selalu saja para penarik hutang itu menodongnya, bukan cuma ayahnya.

"Gue bayar kalo emang gue ada duit. Puas lo?"

Lantas Johan malah membogem wajah Revian untuk ketiga kali hingga jatuh tersungkur karena kuatnya pukulan yang ia layangkan. Ia kemudian menendang lelaki itu dan tertawa sebelum benar-benar beranjak pergi dari sana.

Semua orang yang ada di sana hanya menonton, tidak menolong. Bahkan guru sama sekali tidak bertindak walau mereka tahu seorang Revian kerapkali dianiaya.

Mereka mana mau menolong orang tidak berguna seperti Revian?

Orang yang tidak pernah serius dalam bersekolah juga dibenci banyak manusia yang ada di SMA Dirgantara.

Meski begitu, tidak pernah sekalipun Revian memiliki catatan kenakalan yang terlalu parah. Dia juga berangkat setiap hari walau nilainya tidak pernah bagus.

Seharusnya lelaki itu bersyukur tidak dikeluarkan dari sekolah meski guru-guru selalu mempermasalahkan dirinya.

Revian menyeka sudut bibirnya. Berjalan tertatih sembari memegangi perutnya yang terasa sakit. Ia ingin ke perpustakaan. Mengasingkan juga mengistirahatkan diri.

Tidak ada yang mengulurkan tangan padanya ataupun mengantarkannya ke UKS untuk mengobati luka yang ada. Tidak ada rasa simpati untuk Revian. Tidak akan pernah ada. Mereka terlalu enggan berurusan dengan Revian.

Tidak terlihat juga tidak dianggap.

Ya... seperti itulah Revian Chandrakala.

🌕


Hollo!

Gimana pas kenal Revian?
Hehehehe saia sih pen ikutan nimpuk dia.
Sebenernya sih gamau up karena cerita ini bakal pindah lapak. Dengan beberapa perubahan yang menyertainya.
Pindah ke mana?
Ya tungguin aja.
Btw, enaknya setelah cerita ini di-unpub setelah pindah lapak atau engga?

Si yu neks taim!❤
Loplop❤
hilariousy

Serenity [pindah lapak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang