Prolog

11.4K 901 30
                                    


"JENNIEEEEEE!!!"

BRAK!

JennieKim terkejut setengah mati ketika pintu kamarnya terbuka dengan suara kerasditambah dengan teriakan lengking sahabatnya. Ia duduk mematung di depan mejariasnya, sebuah lipstick terjepit di antara ibu jari dan telunjuknya. Coretangincu merah terlihat jelas di sudut bibirnya yang terbuka lebar.

"ParkChaeyoung?! Roh apa yang merasukimu sampai kau lupa mengetuk pintu kamarku?"

Sahabatnya,Chaeyoung, tidak menghiraukan nada kaget Jennie. Bahkan ia tidak menyadari pipimulus Jennie yang tercoreng noda lipstick karena ulahnya. Tanpa menghiraukantatapan heran Jennie, Chaeyoung menariknya menuju tempat tidur. Wajahnyaberseri-seri seperti baru saja dilahirkan kembali.

"Kautahu? Jimin melamarku!!!" seru Chaeyoung seraya merentangkan jari-jaritangannya yang panjang di depan wajah Jennie.

Dalamsekejap rasa heran Jennie berubah. Mata bulatnya melebar dan senyumnya kinimulai merekah. Kedua tangannya menangkap telapak tangan Chaeyoung dan denganseksama mengamati cincin berlian yang berkilauan di jari manis sahabatnya.

"Oh my Gosh, Chaeng! Aku turut bahagia! Congratulation, babe!!!"

Lalumereka berpelukkan diiringi teriakan melengking keduanya. Jika ada orang laindi kamar itu pasti gendang telinga mereka sudah pecah. Tapi Jennie benar-benarikut bahagia untuk Chaeyoung. Sejak dulu ia sudah yakin kalau Chaeyoung dankekasihnya akan berakhir di pelaminan.

"Semalamdia mengajakku makan malam di kapal pesiar. Dia khusus mempersiapkan segalanyauntukku. Aku tidak tahu kalau kapal itu miliknya. Ini konyol. Kami telah duatahun menjalin hubungan tapi ia tidak pernah membicarakan betapa kaya dirinya.Ya Tuhan, kenapa aku terdengar matrealistis? Tapi percayalah, aku tidak pernahmemikirkan kekayaannya," ujar Chaeyoung setelah mereka berdua tenang kembali. Jennietidak dapat menahan tawa dan ia memberi waktu pada Chaeyoung untuk menceritakansegalanya.

"Kautahu kan, kalau aku jatuh cinta pada kepribadiannya. Aku ingin menjadipendamping hidupnya, mengurus segala keperluannya dan menjadi ibu darianak-anaknya kelak. Oh Tuhan, kalau kau ingin muntah silahkan saja, Jen."

"Hahahaha,Chaeyoung-yaa. Seandainya aku merekam momen ini, kau pasti juga akan muntahjika menontonnya suatu saat nanti," ledek Jennie. Chaeyoung menampar pelanlengan sahabatnya itu.

"Okay,okay. Whatever! Aku tetapmencintaimu, Mandu."

"Ooouh,sekarang kau membuatku ingin menangis," rengek Jennie. Persahabatan 15 tahunmereka telah membuat keduanya sangat dekat layaknya saudara kandung.

"Untukitu, sebagai my maid of honor kauharus berada di sisiku sampai hari pernikahan. Dan sudah bisa kita mulai darihari Sabtu," lanjut Chaeyoung dengan senyuman bangga di wajahnya.

"A...kuadalah maid of honor?" Jenniemengulangi tak percaya. Sepasang alis Chaeyoung naik.

"Jangankonyol, Jennie Kim. Kau adalah sahabat terbaikku. Aku tidak akan mencari oranglain untuk berada di posisi itu, selain dirimu."

MataJennie berkaca-kaca. Sebuah kehormatan baginya untuk menjadi pendamping Chaeyoung.Lagipula dulu mereka telah mengikat janji akan saling menjadi maid of honor jika menikah kelak.

The Lovely Maid of HonorWhere stories live. Discover now