Tay Tawan, 28 Tahun, penyuka minuman bernama kopi sejak 18 tahun yang lalu hingga saat ini. Pria dengan kulit coklat gelap karena terbakar matahari sejak dirinya berada di bangku sekolah menengah pertama itu menatap keluar jendela yang mengembun karena rintik hujan diluar kafe.
"Secangkir americano," Tay menoleh, mendapatkan pria dengan apron biru tua berdiri di samping mejanya.
"Thanks Jay, lu yang terbaik." Pria bernama Jayler mengerling.
"Tumben lu kesini sorean," Tay mengangguk, menyesap pelan kopinya sebelum menjawab pertanyaan Jayler.
"Tadi siang, mendadak ada rapat anggota," Jayler mengangguk. Satu kebiasaan Tay yang tidak bisa hilang dari dirinya adalah menikmati setidaknya secangkir kopi di tengah-tengah kesibukan kerjanya. Pria dengan potongan rambut short undercut itu akan memilih menghabiskan waktu istirahat siangnya untuk menyesap kopi daripada mengunyah makan siangnya. Jika Tay sedang tidak bisa mengelak ajakan makan siang dari rekan kerjanya atau karena pekerjaannya yang tidak bisa ditinggal, maka pria jakung itu akan menikmati kopinya di sore hari, setelah pulang bekerja, seperti sekarang ini. Tay akan selalu memilih 'Senja Kopi' sebagai tempat menikmati secangkir kopi dan meja di ujung dekat jendela adalah salah satu spot kesukaannya jika tidak ada yang menempati. Senja Kopi adalah salah satu kafe kecil yang terletak tidak jauh dari kantornya, hanya perlu melangkah sejauh tiga sampai lima menit untuk mencapai lokasi kafe tersebut. Entah sejak kapan kafe itu berdiri, yang jelas bangunan itu sudah berada disana sejak pertama kali Tay dipindah tugaskan di kantor barunya, dua tahun yang lalu. Dan sejak itu pula, senja kopi menjadi salah satu atau bahkan satu-satunya tempat Tay untuk menikmati kopi, pria itu terlanjur jatuh cinta dengan suasana dan rasa kopi yang mereka hasilkan.
Kafe itu hanya memiliki 6 buah meja dengan dua kursi di masing-masing meja, dan sebuah sofa kecil di sudut satunya. Walaupun begitu, mereka memiliki berbagai jenis kopi dan makanan ringan yang menurut Tay cukup mengganjal perutnya jika ia benar-benar lapar, yang tentunya enak.
Nilai tambah lainnya adalah pendingin ruangan dan alunan musik yang terus terdengar dengan berbagai jenis lagu yang sangat cocok untuk menemani waktu bersantai terutama jika sedang hujan seperti saat ini.
Americano nya tinggal seperempat, hujan diluar semakin deras, tapi ia tidak bisa terlalu lama disini, laporannya menunggu.
"Jay." Pria di belakang etalase menoleh,
"Apa?"
"Lu ada jas hujan?" Jayler mengangguk.
"Gue pinjem dong, nanti gue antar lagi kesini, ketinggalan di rumah punya gue." Jayler mengangguk lalu menghilang dibalik pintu dan muncul kembali beberapa saat kemudian.
"Bawa aja, gue ada dua." Tay mengangguk.
"Gue pinjem dulu ya, besok gue balikin." Jayler mengangkat ibu jarinya lalu kembali ke belakang etalase. Tay meneguk kopinya, mengambil baret lalu melambai ke arah Jayler dan temannya sebelum menghilang dibalik pintu masuk, meninggalkan Senja Kopi yang tidak terlalu ramai.
☕️
Hari ini pria berseragam hijau dengan corak loreng memilih duduk di dekat meja kasir, karena spot kesukaannya telah diduduki pelanggan lain. Secangkir flate white dan playlist dari Kenny Wayne menemani istirahat siangnya kali ini.
"Kapan kalian akan menambahkan Jared James ke dalam playlist Senja Kopi?" Tanya Tay ke arah Mond yang sedang mengelap beberapa gelas.
"True lies-nya Kenny masih yang terbaik." Balas Mond tanpa menoleh ke arah Tay.
"Couldn't agree more tapi honey forgive me-nya Jared juga perlu didengarkan banyak orang." Tay menyesap kopinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Senja Kopi • [TAYNEW] ✔️
FanfictionTay Tawan tidak pernah tau, kesukaannya terhadap kopi mengantarkannya bertemu dengan sosok baru dalam hidupnya. ☕️ 'Dari kopi aku belajar, kalo yang pahit masih bisa dinikmati." -unknown Start :: °15/04/19° End :: °20/04/19°