Sudah hampir sebulan belakangan ini Tay memilih datang ke Senja Kopi mendekati jam tutup. Bukan karena dirinya ingin menikmati irish coffee, bukan, tapi karena ia hanya ingin berbincang-bincang dengan pemilik Senja Kopi yang belakangan ini ia tau nama lengkapnya, New Thitipoom.
Sejak mengenal New pula lah, dirinya lebih senang menikmati secangkir kopi dengan teman mengobrol selain Jayler dan Mond tentunya. Menurut Tay, New memiliki pribadi yang hangat dan ramah juga murah senyum. Pria pucat itu selalu menyambut dirinya dengan seulas senyum manis dan kata-kata penyemangat ketika Tay mengalami masalah dalam pekerjaannya. New pula lah yang dengan senang hati mendengarkan segala keluh kesahnya tentang apapun yang ia alami belakangan ini dengan hati-hati. Bahkan mereka berdua pernah keluar dari Senja Kopi ketika jam menunjukkan angka 2 dini hari. Menurut Tay apapun yang dilakukan New untuknya itu spesial, walau bisa saja, New melakukan itu karena dirinya adalah pelanggan setia Senja Kopi, ia tidak peduli.
"Tay, kamu disana?" Pria tampan itu terkesiap ketika merasakan tepukan di tangannya.
"Ya?"
"Melamun kan? Tidak mendengarkan ku." New mencebik lucu, merajuk karena ia bercerita tanpa didengarkan.
"Sorry, tiba-tiba kepikiran kerjaan hari ini." New melirik pria di depannya yang terlihat cukup kusut saat ini.
"Ada masalah lagi?" Tay menghembuskan nafas lalu menyesap cappuccino-nya.
"Bukan masalah sih, tapi tadi komandan gue bilang, dua atau tiga bulan lagi bakal ada pemindah tugasan."
"Terus?"
"Beberapa anggota muda bakal di pindah tugaskan ke pelosok, dan sepertinya gue masuk dalam daftar." Ia mengusap wajahnya, lelah.
"Kamu takut?" Tay mengangkat wajahnya, menatap New.
"Takut kenapa?" New mengedik
"Aku pikir kamu takut makanya begitu."
"Kalo yang lu maksud takut pindah ke pelosok, jawabannya engga, gue gak takut sama sekali, karena emang itu salah satu cita-cita gue."
"Terus kenapa?"
"Iya itu emang cita-cita gue buat mengabdi di pelosok negara, tapi itu dulu." Balas Tay masih menatap New
"Emang sekarang kenapa?" New mengerjap penasaran
"Sekarang?" Tanya Tay balik
"Iya, sekarang kenapa udah gak jadi cita-cita lagi?" Ada hening yang tercipta diantara keduanya.
"Entah, gue juga gak tau." Balas Tay kemudian, memecah hening.
"Ngomong-ngomong udah waktunya tutup, gue balik dulu ya." New mengernyit lalu mengangguk.
"Tumben, biasanya nunggu sampai semua pulang." Tay terkekeh
"Kali ini gue mau lu pulang sesuai jam, jangan ngaret mulu gara-gara ngobrol sama gue." Pria jakung itu berdiri diikuti New.
"Gue pamit ya, jangan pulang terlalu malam." New mengangguk, menyusul Tay sampai ke depan Senja Kopi.
"Hati-hati Tay, sampai besok." Pria tampan itu tersenyum lalu mengusak surai New sebelum meninggalkan pria manis itu.
Tay masih bisa melihat siluet New yang berdiri di depan Senja Kopi menunggu dirinya untuk pulang, dengan segera ia memakai helm lalu menaiki motornya.
Ia melambai sekali lagi ke arah New sebelum membawa motornya pergi meninggalkan Senja Kopi, membelah jalanan malam. Sejujurnya pria itu belum berniat pulang, tapi entah mengapa dirinya tiba-tiba saja ingin segera meninggalkan Senja Kopi tanpa alasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Senja Kopi • [TAYNEW] ✔️
FanficTay Tawan tidak pernah tau, kesukaannya terhadap kopi mengantarkannya bertemu dengan sosok baru dalam hidupnya. ☕️ 'Dari kopi aku belajar, kalo yang pahit masih bisa dinikmati." -unknown Start :: °15/04/19° End :: °20/04/19°