Beberapa minggu terakhir ini, Changmin sungguh sibuk dengan beberapa pekerjaan diluar kantor. Bahkan dua hari ini dia berada diluar kota untuk mendatangi proyek pembangunan pabrik baru. Dia benar-benar sibuk, namun disela kesibukan yang begitu menyiksa tentu akan ada angin segar menyapa saat anggota keluarga tersayang memghubunginya. Changmin menatap penuh binar video call yang menampakkan nama istrinya. Dengan senyum simpul dia mengangkatnya.
"Yeo--"
"Appa!!!"
Belum selesai bicara, suara anak-anaknya menyapa dengan tidak sabar. Seketika Changmin langsung menutup telinganya.
"Appa, kenapa diam? Appa!!"
"Aigoo, kenapa berteriak?"
"KAMI RINDU APPA!!"
Ya Tuhan, ingin rasanya Changmin mengumpat, kenapa mereka harus berteriak sih? Kadang Changmin merutuki anak-anaknya, kenapa mereka cepat sekali besar, coba saja mereka tetapi jadi bayi lucu tentu teriakan mereka tidak memekakkan begini. Mana lebih dari satu lagi.
"Appa juga rindu. Kalian sedang apa? Oh kemana eomma?"
"Sedang menunggu makan malam, eomma, hmm eomma dimana ya, Hyunmin, eomma dimana?" Tanya Minrye pada adik bungsunya.
"M-ma apul."
"Ah, eomma didapur?"
"Appa kapan pulang?" Tanya Joongrye.
"Sepertinya besok appa sudah dirumah, mungkin agak malam sampai disana."
"Appa, bawa makanan yang banyak ya dari sana."
Huuuu!! Minrye dan Joongrye langsung mendorong badan Joongmin. Saudaranya itu, makanan saja pikirannya. Selalu begini kalau appa mereka keluar kota.
"Haha, tenang saja. Sudah appa siapkan semuanya. Hong Biseo sudah belikan semua pesanan kalian, untuk Hyunmin juga."
"Asiiikk! Appa terbaik!"
Changmin kembali menarik senyum dibibirnya, sambil menggeleng melihat tingkah laku anak-anaknya yang semakin hari tumbuh dengan sehat. Karena kebahagiaan terbesar Changmin adalah tahu bahwa anak-anaknya dapat tumbuh sehat dan penuh keceriaan. Sedari kecil mereka sudah dibiasakan untuk saling berbagi, bercerita satu sama lain dan tentu saja menyanyangi sesama.
Sebagai Appa, Changmin berusaha keras menjadi sosok yang menyenangkan untuk mereka berempat. Changmin ingin keempat anak mereka dekat dengannya, walau awalnya sulit karena tuntutan pekerjaan Changmin namun dia dan istrinya berusaha sebisa mungkin meluangkan waktu bersama dengan anak-anak. Meski hanya lewat video call seperti saat ini.
"Sayang, makan dulu!!"
Sayup terdengar, Sang Eomma telah memanggil mereka untuk makan.
"Waktunya makan malam, jangan sisakan makanan dengan sengaja."
"Iya Appa. Kami makam malam dulu. Bye bye."
Setelahnya, layar berubah hitam. Panggilan video itu terputus. Benar-benar anak keturunan Shim Changmin, mendengar kata makan mereka seakan tidak peduli lagi untuk bicara dengan Changmin.
"Kalian ini, benar-benar--"
Untuk kedua kalinya Ponsel Changmin berdering, nama panggilan yang sama tertera dilayar ponselnya. Changmin senang dan segera menganggat panggilan telepon itu.