Episode 1

8 1 0
                                    

Lampung, 7 Juni 2010

Hari ini aku bersekolah seperti biasa, suasana kelas yang baru masih sangat asing bagiku, tahun ini aku sudah menempati kelas 3 SMP. Dikelas, aku sudah punya beberapa teman yang memang dulunya sempat sekelas denganku, aku duduk sebangku dengan Zahira, teman sekelasku sewaktu kelas 7.

Sekarang kami sedang berkumpul di salah satu bangku teman kami, aku hanya tersenyum canggung saat salah satu dari mereka berbicara kepadaku, sesekali aku membalas pertanyaan mereka dengan singkat.

Kami tertawa sesaat teman kami, Ulfa berbicara hal yang lucu. Dia bilang kalau kemarin ia sempat di seruduk bebek saat sedang memberi makan lelenya di empang.

Aku tertawa sembari menutup mulutku, untungnya saja aku tidak pernah mengalami hal yang memalukan seperti itu.

" Terus waktu aku di seruduk sama bebek, Umpan leleku gak sengaja jatuh diatas mobil Kakeknya Farah. Terus..." Belum sempat ulfa melanjutkan, Dini sudah menyela duluan.

" Ehh bentar bentar, " ucapnya, " Kamu bilang Kakeknya Farah kan? Farah yang cantik itu? Yang katanya bunga desa itu bukan? " Dini melontarkan pertanyaan bertubi-tubi, mungkin ia masih tak percaya.

Ulfa mengangguk dengan semangat, aku tak mengenal memang siapa itu Farah, mungkin nanti mereka akan membicarakannya.

" Iya si Farah yang itu, Kakeknya itukan yang punya bebek dan sawah di samping empangku, tanahnya itu luaaas banget, aku aja sampe iri kalau ngeliat hidupnya si Farah. " Ucap Ulfa panjang lebar, kalau di fikir-fikir memang hidupnya Farah itu enak banget, Kakeknya punya tanah yang luas, dia juga katanya punya muka yang cantik banget, aku sih gapernah liat, cuma denger denger sih iya.

" Tapi aku kadang suka kasian sama dia, kalau malem malem sehabis teraweh dia sering di godain sama cowok-cowok di jalan, makanya dia gapernah pergi teraweh sendiri, pasti harus bareng-bareng sam temennya. " semuanya memangut-mangut setuju.

Emm bentar, kalau difikir-fikir bukannya kami tadi sedang membahas leluconnya Ulfa, mengapa sekarang kami malah meng-ghibahkan Farah? Rasanya aku pengen geleng-geleng kepala saja.

Kami terdiam sebentar, sebelum bel disekolah berbunyi mengagetkan kami, ternyata sudah waktunya untuk pulang sekolah. Hufft, akhirnya.

Aku membereskan semua alat tulis yang ada di meja, lalu memasukkannya kedalam tas.

" Aku duluan ya wi. " Zahira menepuk pelan bahuku lalu pergi meninggalkan kelas.

Oh iya, sangking asiknya aku tadi sampai lupa memperkenalkan diri, namaku Dewi Asmarandita, biasa dipanggip Dewi, aku anak satu-satunya di keluargaku. Ayahku adalah tentara di Jakarta, aku disini bersama dengan nenek dan kakekku, sedangkan ibuku ikut ayah bertugas disana.

Sesaat semua sudah selesai aku bereskan, aku menutup tasku lalu beranjak dari kelas, aku menghirup udara luar yang masih bersih dan sejuk lalu tersenyum dan menetup mataku sebentar untuk menikmatinya.

Bruk.. 

Tiba tiba saja seseorang tanpa sengaja menubruk badanku dari belakang, aku terjatuh dengan posisi tengkurap, duh malunya aku, pasti saat ini muka ku sudah memerah.

Rasa sakit yang aku rasakan saat ini tidak seberapa dibanding dengan rasa malu yang aku rasa, Bagaimana aku tidak malu jika aku terjatuh dengan posisi tengkurap di saat jam pulang sekolah.

" Ehh sorry-sorry, mari aku bantu, " Belum sempat aku terkejut dengan hantaman tiba tiba itu, kini aku dikejutkan dengan suara pria yang katanya ingin menbantuku.

Aduuh, aku harus bagaimana? Kalau aku tolak, dia akan tersinggung tidak ya?

" Kamu gapapakan? " Tiba tiba saja cowok itu sudah berjongkok di sampingku, Aduuhh gustii, aku malu banget sumpah.

Aku hanya mengangguk lalu berusaha untuk bangun sempampuku, tanpa aku sangka, cowok ini malah ikut membantuku berdiri dengan melingkarkan tangannya disekitar pinggangku, lalu melilitkan tanganku di lehernya.

Aku hanya bisa terpaku, aku sama sekali tidak bisa mengucapkan apa apa, aku tahu dia berniat untuk menolongku, tetapi karena aku tidak mempunyai pengalaman sedekat ini dengan cowok membuat ku agak sedikit canggung.

" Makasih. " Ucapku saat dia mendudukan ku di bangku dekat pos satpam, dia tersenyum dengan manis, aduuh kenapa dia harus tampan sekali sih?

" Iya, sorry banget ya tadi. " Ucapnya, aku hanya bisa tersenyum canggung lalu mengangguk.

" Oh iya, kalau kamu ga dijemput, mending pulang sama aku aja, aku antar sampai rumah, aku tau pasti kakimu masih sakit. " Ucapnya, dengan cepat aku menggelengkan kepalaku, ini pengalaman pertamaku dengan cowok, apalagi kalau sampai kakekku melihat aku di bonceng oleh cowok, bisa mati aku dimaki habis-habis an dengan kakekku.

Akhirnya aku memutuskan untuk berbohong, aku bilang saja kalau aku akan dijemput oleh ayahku, untungnya dia mengerti ke canggung-an ku, akhirnya dia pamit pergi.

Padahal mana mungkin ayahku menjemputku, ayahku kan ada dijakarta. Hehehe.

Aku terus melihatnya dari jauh, sekarang ia sedang mengambil motornya di parkiran sekolah tak jauh dari pos satpam, tanpa aku sangka, ia melambaikan kearahku lalu tersenyum dari kejauhan.

Tentu saja aku terkejut, tapi tanpa aku sadari juga, bibirku melengkungkan senyum yang sama lalu mengangguk kearahnya.

Aku melihatnya terkekeh disana, lalu ia memakai helmnya dan melambai padaku lagi, mungkin salam darinya kali ya?

Akhirnya aku mengangguk saja, lalu tidak lama ia menyalakan motornya,  lalu menjalankannya menjauh dari sekolah.

Hufft, kalau diingat lagi, ia sosok yang sangat baik dan menyenangkan.

Sudahlah, sekarang yang harus aku lakukan adalah berfikir bagaimana caraku untuk pulang dengan kaki seperti ini.

Akhirnya aku memutuskan untuk pulang dengan ojek yang berada di seberang sekolah, di perjalanan, aku terus mengingat-ingat kejadian tadi, aku tersenyum geli sendiri di atas motor, untung saja abang ojek tidak bisa melihatku dari spion, mungkin ia akan mengiraku orang gila jika melihatnya.

Hehehe, sudahlah untuk hari ini, semoga besok akan menjadi hari yang lebih baik, tidak sabar ingin melihatnya di sekolah, eh?

Hahaha, babay semua.






Jatuh⬇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang