Flashback1

16 2 0
                                    

Kata orang, morfin adalah candu. Kamu adalah morfin bagiku.

- Yadhila Giovano


"Maaf, aku cintanya sama dia," isak seorang gadis tengah duduk di kursi panjang. Laki-laki di sebrangnya mengusap kasar wajahnya. Mata Vano memerah. Frustasi memendam amarah.

"Kenapa lo nggak bilang dari awal?! Kenapa lo biarin gue masuk ke dunia lo?!" Gertak Vano menghadap gadis itu.

Vano menatapnya tajam. Bibirnya bergetar. Suhu tubuhnya mendingin. Seolah kaku. Ditambah udara yang malah menyesakkan rongga dadanya.

"JAWAB!!!"

Yola tersentak. "Dulu gue kira dia nggak bakal ngeliat gue, Van. Tapi ini jauh dari ekspektasi gue"

"Trus lo lebih milih dia?" Vano mengalihkan pandangannya. Bibirnya menyungging sebelah. Meremehkan pilihan Yola. Menertawakan dirinya yang bodoh.

"Dua tahun bukan waktu yang sebentar, Yol!" lanjutnya.

"Gue tau, Van. Tapi lo-"

"CUKUP!"

Cairan bening itu keluar. Hanya setetes. Yola bisa melihatnya dengan jelas. Di mana dirinya telah mencapai di titik puncak.

"Gue hargai pengakuan lo. Gue yang akan pergi tanpa lo ngelakuin permohonan ke gue!" Suara beratnya menekan di setiap katanya. Tepat di telinga gadis itu. Sesekali Yola bergidik ngeri mendengar ucapan Vano barusan.

"WOOII!!" Seseorang menepuk keras bahu Vano. Lamunannya buyar.

"Ck. Rese lo!" Kevin terkekeh. Lalu duduk di sebelah Vano.

"Mikirin Yola yaa?" Ledek Kevin.

"Ah! Bangsat!" kata Vano sembari melepaskan rangkulan sahabatnya itu. "Sekali lo nggak ganggu gue bisa nggak, Vin?!"

"Udaahh ... Ngaku aja! Gue tau isi hati lo,"

Vano menatap malas ke arahnya. Salah satu kakinya di naikkan ke atas kursi yang didudukinya. Pandangannya leluasa bebas melihat seisi kantin.

"Lo tau itu siapa?" kata Vano tanpa menghadap Kevin.

"Siapa? Yolanda?"

Kevin terkekeh kembali.

"Ck. Sehari lo nggak ngomongin Yola bisa nggak?!" Vano memutarkan kepalanya empat puluh lima derajat ke belakang. "Liat itu cewek, siapa?!"

"Lo mau ngapain, Van?"

Vano terdiam. Matanya masih terfokus ke arahnya.

"Kalo lo mau cari pelampiasan, plis jangan dia!" ujar Kevin serius.

Vano melirik, "Kenapa lo? Suka?"

"Gue bilang jangan dia!" pintanya lagi.

Vano menghiraukan ucapannya. Kemudian bergegas menuju gadis yang dimaksud olehnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SpeechlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang