.17.

524 55 8
                                    

Bin yang tengah berbaring di atas tempat tidurnya masih menatap Chan, teman sekaligus kekasih baru adiknya itu masih sibuk dengan peralatan gamenya. Ia masih tidak percaya jika wajah polos seperti Jung Chanwoo bisa memberikan kecupan menjijikkan pada adiknya.

Tatapan tajam Bin terasa oleh Chan yang langsung menoleh dan membalasnya, "aku memang tampan jd berhenti menatap begitu" Chan kembali memainkan gamenya, "jaga adikku baik-baik"

"Mwo?"

"Jika kau menyakitnya, aku akan menghancurkan semua peralatanmu" Bin menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut, "arasseo, aku akan menjaganya.. kakak ipar".

Tepat setelah Chan mengatakan itu, Bin kembali menatapnya tajam dan mematikan paksa salah satu peralatan milik Chan. "Yak!!"

"Jangan panggil aku dengam sebutan itu" Bin kembali masuk ke dalam selimutnya, "aish anak ini".

Sementara si ruangan lain, Sua tidak bisa berhenti tersenyum setelah apa yang Chan lakukan padanya. Kencan pertama yang sangat mengesankan, ia tidak menyesal telah menunggu selama bertahun-tahun untuk moment ini.

Eunseo yang melihat itu hanya bisa tersenyum bangga, ia turut senang dengan apa yang terjadi pada Chan juga Sua. Ia sudah memiliki Minhyuk yang sangat sempurna, begitupun Chan yang harus memiliki pasangan pengganti Lisa.

Kedua matanya beralih pada Sinb yang masih asik menatap ponselnya, ntah sedang apa dengan benda tipis itu. Eunseo tersenyum lagi melihat notifikasi pesan singkat dari Minhyuk. Hidupnya benar-benar menjadi tenang, orang di sekitarnya sudah menemukan kebahagiaan masing-masing.

Sinb keluar kamar setelah dua orang yang menemaninya itu terlelap dengan damai, ia tidak bisa tidur malam ini. Memeriksa lemari pendingin dan memilih air mineral sebagai temannya.

Kedua matanya ditutup oleh tangan kekar yang lebih besar, siapa lagi kalau bukan Bin pelakunya. Pria itu duduk di sebelahnya, menemani Sinb yang sedang menatap keluar jendela. Memperhatikan bintang yang akhirnya muncul setelah beberapa hari menghilang.

"Aku sudah mengenalmu sejak lama, jika begini kau pasti sedang memikirkan sesuatu" Bin merubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Sinb, "kau tau kan, hubungan jika tidak berhasil maka akan berhenti di tengah jalan"

"Kenapa bicaramu begitu?" Bin sedikit membungkuk, "aku tidak ingin kita putus, kalaupun memang harus... kau akan tetap bersamaku kan?"

"Astaga, kenapa kau bicara tidak masuk akal begini?" Bin mengerutkan keningnya, "kau sudah menahan perasaan itu bertahun-tahun, kita juga selalu bersama sejak sekolah.. bagaimana jika kau bosan denganku? Bagaimana jika akhirnya kau akan meninggalkanku?" Bin menghela nafas panjang, duduk di depan Sinb yang masih tertunduk.

"Hwang Eunbi, perasaanku sekarang masih tetap sama seperti saat aku suka padamu pertama kali. Aku selalu berharap menjadi pria yang mendengar ceritamu, bahkan jika perlu aku akan selalu menjadi pendengar yang baik.

Aku ingin melihatmu tertawa, aku ingin menghapus air matamu. Aku akan melakukan semua itu sampai kapanpun, dan tidak akan berubah" Bin memeluk Sinb erat, seakan tidak ingin wanita itu pergi. Perlahan tangan Sinb membalas pelukannya, malam itu suasana menjadi sedikit berubah. Sekali lagi langit menjadi saksi bisu mereka.

Bin melepaskan pelukannya, ia manatap ke dalam bola mata gelap Sinb yang terlihat hanya dengan cahaya lampu jalan diluar apartemen mereka. Ia mendekatkan wajah dan sedikit memiringkannya, mencari posisi yang tepat.

Sinb menutup mata dan membiarkan apa yang akan di lakukan Bin padanya, yah.. itu ciuman pertama mereka setelah sekian lama menjadi teman, Sinb melingkarkan tangannya di sekitar leher Bin.

Dorm 98Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang